
Jonan Kecam Chevron: IDD Tidak Jelas, Blok Rokan Dilepas
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
29 June 2018 17:13

Dubai, CNBC Indonesia- Sikap Chevron yang masih belum jelas terkait revisi biaya investasi di proyek ultra laut dalam (IDD) membuat pemerintah gemas, bercampur kesal. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pun mengecam kontraktor migas asal Amerika Serikat (AS) ini untuk lebih cepat mengambil keputusan.
"Kalau tidak mau dilaksanakan silakan dilepas IDD, jangan ditahan-tahan. Kalau sampai tidak melakukan apa-apa di IDD kami pertimbangkan untuk tidak memperpanjang Chevron di Rokan," kata Jonan di Dubai, Jumat (29/6/2018).
Pemerintah, kata Jonan, meminta Chevron untuk menyelesaikan proyek IDD di selat Makassar yang mandeg sejak masuk proposal POD (plan of development) pada 2008 lalu. Sementara, jatuh temponya di 2020 mendatang.
Jonan menegaskan, Chevron sebagai perusahaan migas internasional beroperasi sebagai kontraktor di berbagai negara. Untuk mengoperasikan proyek IDD, Chevron menggandeng ENI dan Pertamina.
Ada dua proyek besar Chevron di Indonesia saat ini, yakni proyek laut dalam Gendalo-Gehem (IDD) dan proyek perpanjangan operasional di blok minyak terbesar di Indonesia, Blok Rokan.
Dari dua proyek tersebut proyek pengembangan laut dalam di Selat Makasar bisa dibilang yang paling tersendat-sendat, sejak digagas 2007 hampir sepuluh tahun lebih masih terganjal terutama untuk proyek pengembangan tahap II yakni di lapangan Gendalo-Gehem.
Pengembangan tahap dua ini tertunda karena persoalan angka biaya investasi rencana pengembangan lapangan (Plan of Development) yang dinilai pemerintah terlalu tinggi.
Pemerintah dibuat kesal karena pengajuan biaya untuk pengembangan proyek Ultra Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) Gendalo-Gehem oleh Chevron selalu berubah-ubah.
"Bayangkan, dalam waktu 24 jam bisa lebih dari tiga kali perubahan angka," tutur Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Perubahan angka ini terbaca dari berbedanya pernyataan Jonan dan Arcandra. Jonan sebut angka revisi berubah di US$ 5 miliar, tapi Arcandra bilang di US$ 6 miliar. Angka ini ternyata belum pasti juga, karena rapat terakhir masih belum ada hasil final.
Tapi beda dengan IDD yang digantung, Chevron justru menggebu-gebu di blok Rokan. Siapa juga yang tidak tergoda untuk mengelola sumur minyak dengan produksi terbanyak di Indonesia. Demi blok ini, Chevron bahkan bolak-balik ke beberapa instansi dengan janji bisa naikkan produksi hingga dua kali lipat jika diizinkan kembali memeluk Rokan.
(gus/gus) Next Article Saling Lempar di Proyek IDD, Ada Apa dengan SKK & Chevron?
"Kalau tidak mau dilaksanakan silakan dilepas IDD, jangan ditahan-tahan. Kalau sampai tidak melakukan apa-apa di IDD kami pertimbangkan untuk tidak memperpanjang Chevron di Rokan," kata Jonan di Dubai, Jumat (29/6/2018).
Jonan menegaskan, Chevron sebagai perusahaan migas internasional beroperasi sebagai kontraktor di berbagai negara. Untuk mengoperasikan proyek IDD, Chevron menggandeng ENI dan Pertamina.
Ada dua proyek besar Chevron di Indonesia saat ini, yakni proyek laut dalam Gendalo-Gehem (IDD) dan proyek perpanjangan operasional di blok minyak terbesar di Indonesia, Blok Rokan.
Dari dua proyek tersebut proyek pengembangan laut dalam di Selat Makasar bisa dibilang yang paling tersendat-sendat, sejak digagas 2007 hampir sepuluh tahun lebih masih terganjal terutama untuk proyek pengembangan tahap II yakni di lapangan Gendalo-Gehem.
Pengembangan tahap dua ini tertunda karena persoalan angka biaya investasi rencana pengembangan lapangan (Plan of Development) yang dinilai pemerintah terlalu tinggi.
Pemerintah dibuat kesal karena pengajuan biaya untuk pengembangan proyek Ultra Laut Dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) Gendalo-Gehem oleh Chevron selalu berubah-ubah.
"Bayangkan, dalam waktu 24 jam bisa lebih dari tiga kali perubahan angka," tutur Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Perubahan angka ini terbaca dari berbedanya pernyataan Jonan dan Arcandra. Jonan sebut angka revisi berubah di US$ 5 miliar, tapi Arcandra bilang di US$ 6 miliar. Angka ini ternyata belum pasti juga, karena rapat terakhir masih belum ada hasil final.
Tapi beda dengan IDD yang digantung, Chevron justru menggebu-gebu di blok Rokan. Siapa juga yang tidak tergoda untuk mengelola sumur minyak dengan produksi terbanyak di Indonesia. Demi blok ini, Chevron bahkan bolak-balik ke beberapa instansi dengan janji bisa naikkan produksi hingga dua kali lipat jika diizinkan kembali memeluk Rokan.
(gus/gus) Next Article Saling Lempar di Proyek IDD, Ada Apa dengan SKK & Chevron?
Most Popular