Investasi Proyek Laut Dalam Chevron Turun Jadi US$ 5 Miliar

Wahyu Daniel & anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 June 2018 13:11
Investasi IDD Chevron turun dari US$ 9 miliar ke US$ 5 miliar.
Foto: CNBC Indonesia/Wahyu Daniel
Washington, CNBC Indonesia- Nilai investasi proyek laut dalam (Indonesian Deepwater Development) Chevron yang berada di Gendalo-Gehem, Kalimantan Timur, turun hingga 50% menjadi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 70 triliun.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan dengan turunnya nilai investasi ini, proyek IDD yang digagas sejak 2007 semestinya bisa cepat digarap. "Jadi kami minta Chevron bisa segera menyelesaikan IDD," ujar Jonan di Washington, Senin waktu setempat (25/6/2018).



Proyek laut dalam ini memang memiliki kisah yang panjang, di 2007 Chevron mengajukan nilai investasi proyek ini sebesar US$ 6,9 miliar. Tapi harga minyak yang melonjak hingga sentuh level US$ 100 per barel membuat kontraktor migas AS ini merevisi angka investasi pengembangan proyek (Plan of Development/POD) menjadi US$ 12 miliar di 2014.

Angka ini sempat membuat panas hubungan Chevron dan pemerintah, tawar menawar kemudian terjadi dan Chevron menurunkan perkiraan biaya proyek menjadi US$ 9,1 miliar. Meski turun, pemerintah tak serta merta menerima angka tersebut.

Alasannya, seperti yang diutarakan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Migas (SKK Migas), biaya masih terlalu besar dan insentif yang diminta Chevron berupa investment credit masih terlalu tinggi. Buat pemerintah, angka tersebut belum ada keekonomiannya untuk negara.

Bolak-balik proposal antara pemerintah dan Chevron kini mulai ada titik terang. Dari US$ 9,1 miliar, Chevron disebut mau menekan biaya proyek menjadi US$ 5 miliar dan diterima oleh pemerintah Indonesia.

Menteri Jonan menuturkan alasan di balik bisa ditekannya biaya proyek karena ada beberapa penyesuaian. "Karena dulunya mau pakai FLNG (floating liquified natural gas) diganti dengan sistem Christmas Tree (sistem untuk mengekstrak gas)," katanya di Washington.

Wakil Kepala SKK Migas Sukandar menambahkan jika proyek berjalan lancar akan ada tambahan pasokan gas ke Indonesia sebanyak 900 juta hingga 1000 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). "Kami targetkan Pre FEED kelar Juli, dan POD bisa selesai Agustus atau sebulan kemudian. Ini sudah tertunda sejak 2008," kata Sukandar.

Dengan turunnya biaya investasi ini, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar memberi tenggat kepada Chevron untuk bisa menyerahkan proposal paling lambat 28 Juni. "Proposal masuk sebelum 28 Juni," ujarnya di Kementerian ESDM.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher menuturkan studi kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain (pre-Front End Engineering and Design/FEDD) untuk proyek Indonesia Deepwater Development/IDD yang dikerjakan oleh Chevron kini telah hampir selesai. Ditargetkan, akhir minggu ini pre-FEED tersebut akan rampung.
 
"Untuk IDD, saat ini sedang penyelesaian Pre-FEED, akhir minggu ini rencananya akan selesai,"ujar Wisnu.
 
Dengan begitu, setelah pre-FEED selesai, kemudian akan dilanjutkan dengan penyusunan revisi Plan of Development (POD). Pasalnya hasil Pre-FEED tersebut akan digunakan sebagai data pendukung dalam menyusun revisi POD I.
 
Di lain pihak, Chevron mengatakan, proses pre-FEED yang sudah dilakukan sejak Desember 2017, berjalan dengan baik. Kendati demikian, Chevron belum mau mengungkapkan berapa besaran pengurangan biaya proyek IDD Gendalo-Gehem ini. "Optimalisasi konsep pengembangan dan  penyederhanaan basis rancangan menghasilkan indikasi pengurangan biaya pengembangan dan operasional yang signifikan," ujar Senior Vice President Policy, Public and Government Affairs Chevron Indonesia Yanto Sianipar.




(gus/gus) Next Article Saling Lempar di Proyek IDD, Ada Apa dengan SKK & Chevron?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular