
Kebut Proyek Laut Dalam Rp 72 T, Jonan Sambangi Chevron ke AS
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
24 May 2019 13:21

Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan jauh-jauh menyambangi kantor pusat Chevron di Houston, Amerika Serikat (AS) untuk membahas kelanjutan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).
"Kunjungan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melakukan finalisasi pengembangan proyek IDD," ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher melalui keterangan resminya, Jumat (24/5/2019).
Dalam mengunjungi Chevron, Jonan tidak sendiri. Ia ditemani oleh didampingi Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Amerika Serikat Mahendra Siregar, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, Konsul Jenderal RI di Houston Nana Yuliana, dan Staf Khusus Menteri ESDM Eddi Hariyadhi.
Adapun, dalam kesempatan terpisah, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan pentingnya pertemuan tersebut untuk mempercepat berjalannya proyek IDD.
"Pemerintah ingin proyek IDD bisa dipercepat, dan bisa memberikan keekonomian yang terbaik bagi negara dan juga investor, demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," kata Dwi.
Sebagai informasi, proyek IDD terdiri atas lapangan gas pada wilayah kerja eksplorasi Rapak dan Ganal di Selat Makassar ini telah dilakukan pembahasan mengenai keekonomian sejak 2008, namun sempat terhenti beberapa kali.
Proyek IDD merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi fokus perhatian Pemerintah untuk dapat segera diwujudkan.
"Oleh karenanya, pembahasan lanjutan antara Wakil Negara RI dan manajemen tertinggi Chevron ini perlu dilakukan untuk dapat memastikan penanganan proyek IDD sesuai harapan tersebut," pungkas Wisnu.
Sebelumnya, Chevron Pacific Indonesia (CPI) menyampaikan bahwa pihaknya belum mencapai kesepekatan dengan pemerintah terkait pembahasan proyek ultra laut dalam/Indonesia Deepwater Development (IDD). CPI dan pemerintah masih berkutat pada masalah keekonomian yang menyebabkan proposal rencana pengembangan (Plan of Development/POD) tak kunjung disetujui.
Senior Vice President Policy and Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia Wahyu Budiarto mengatakan, Chevron dengan Pemerintah Indonesia memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat nilai keekonomian.
Kendati demikian, ia menuturkan, sudah mulai ditemukan titik terang terkait persoalan tersebut. Hanya saja, Wahyu masih enggan menyampaikan opsi-opsi apa saja yang akan diambil Chevron dan pemerintah.
Sebagai informasi, estimasi produksi proyek ini sebesar 1.120 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas dan 40.000 barel per hari (bph) untuk minyak. Biaya pengembangan diperkirakan sebesar US$ 5 miliar atau setara Rp 72 triliun, dan ditargetkan masuk tahap desain rinci atau front end engineering design (FEED) dan contract awarding atau penunjukkan pemegang pada tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Kebut Masela, POD Megaproyek Laut Dalam RI Hampir Kelar
"Kunjungan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melakukan finalisasi pengembangan proyek IDD," ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher melalui keterangan resminya, Jumat (24/5/2019).
Adapun, dalam kesempatan terpisah, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan pentingnya pertemuan tersebut untuk mempercepat berjalannya proyek IDD.
"Pemerintah ingin proyek IDD bisa dipercepat, dan bisa memberikan keekonomian yang terbaik bagi negara dan juga investor, demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," kata Dwi.
Sebagai informasi, proyek IDD terdiri atas lapangan gas pada wilayah kerja eksplorasi Rapak dan Ganal di Selat Makassar ini telah dilakukan pembahasan mengenai keekonomian sejak 2008, namun sempat terhenti beberapa kali.
Proyek IDD merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang menjadi fokus perhatian Pemerintah untuk dapat segera diwujudkan.
"Oleh karenanya, pembahasan lanjutan antara Wakil Negara RI dan manajemen tertinggi Chevron ini perlu dilakukan untuk dapat memastikan penanganan proyek IDD sesuai harapan tersebut," pungkas Wisnu.
Sebelumnya, Chevron Pacific Indonesia (CPI) menyampaikan bahwa pihaknya belum mencapai kesepekatan dengan pemerintah terkait pembahasan proyek ultra laut dalam/Indonesia Deepwater Development (IDD). CPI dan pemerintah masih berkutat pada masalah keekonomian yang menyebabkan proposal rencana pengembangan (Plan of Development/POD) tak kunjung disetujui.
Senior Vice President Policy and Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia Wahyu Budiarto mengatakan, Chevron dengan Pemerintah Indonesia memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat nilai keekonomian.
Kendati demikian, ia menuturkan, sudah mulai ditemukan titik terang terkait persoalan tersebut. Hanya saja, Wahyu masih enggan menyampaikan opsi-opsi apa saja yang akan diambil Chevron dan pemerintah.
Sebagai informasi, estimasi produksi proyek ini sebesar 1.120 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas dan 40.000 barel per hari (bph) untuk minyak. Biaya pengembangan diperkirakan sebesar US$ 5 miliar atau setara Rp 72 triliun, dan ditargetkan masuk tahap desain rinci atau front end engineering design (FEED) dan contract awarding atau penunjukkan pemegang pada tahun ini.
[Gambas:Video CNBC]
(gus) Next Article Kebut Masela, POD Megaproyek Laut Dalam RI Hampir Kelar
Most Popular