
Besok, Direksi Pertamina Bakal Bahas Blok Rokan
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
21 June 2018 14:31

Jakarta, CNBC Indonesia- Persaingan untuk memegang kendali di blok minyak terbesar RI, blok Rokan, semakin memanas. Setelah Chevron gencar menyambangi pejabat tinggi negara dalam sebulan terakhir dengan membawa janji mampu naikkan produksi, kini giliran Pertamina yang menyiapkan strategi.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito menuturkan, jajaran direksi perusahaan migas milik negara ini akan membahas intens dan mendiskusikan lebih lanjut soal niat mengambil alih blok Rokan. "Besok direksi baru mau rapat soal blok Rokan," tutur Adiatma kepada media saat dijumpai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (21/6/2018).
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan nasib blok Rokan maksimal akan ditentukan Juli ini. Hingga saat ini, kata dia, memang terdapat dua perusahaan migas yang mengincar blok Rokan yakni Chevron sebagai kontraktor eksisting dan Pertamina.
Blok Rokan merupakan blok migas dengan produksi minyak tertinggi, maka tak heran blok itu menjadi incaran perusahaan migas besar. Pada kuartal I tahun ini, blok Rokan menghasilkan minyak sekitar 210.280 barel per hari (bph) atau terbanyak dibanding blok-blok lain. Sementara untuk produksi gas, Blok Rokan memproduksi sekitar 24,26 MMSCFD.
Blok minyak dengan produksi terbesar di Indonesia, ini akan habis kontrak pada 2021. Adapun, operator blok Rokan saat ini masih dipegang oleh PT Chevron Pacific Indonesia, dan Pertamina dinilai berpeluang tipis untuk bisa mengambilalih blok Rokan ini.
Pasalnya, tipisnya peluang Pertamina mendapat blok ini musabab kehadiran peraturan menteri yang baru diterbitkan Kementerian ESDM tentang ketentuan blok terminasi. Seperti diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 23 tahun 2018, kontraktor eksisting kini lebih diprioritaskan dalam kelanjutan nasib di blok terminasi. Permen ini merevisi beleid sebelumnya yang memberikan prioritas blok terminasi ke Pertamina.
Sementara Chevron, meski sudah hampir separuh abad menyedot minyak di blok Rokan, juga masih berminat untuk kembali kelola blok subur ini. Tak tanggung-tanggung, Chevron bahkan bersedia untuk menerapkan skema gross split dan berjanji mampu menaikkan produksi berkali lipat jika kembali dipercaya pemerintah untuk mengelola blok ini.
Chevron juga yakin memiliki pengalaman yang paling dibutuhkan blok Rokan, yang meski subur tapi juga bisa dibilang sudah berumur. "Blok Rokan merupakan aset tua dengan kompleksitas tinggi dan memerlukan investasi yang signifikan, pengalaman operasi yang luas, serta kemampuan teknis dalam mengelola Enhanced Oil Recovery," ujar Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Yanto Sianipar kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/6/2018).
(gus/gus) Next Article Transisi Rokan, Chevron Singgung Soal Investasi Pertamina
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito menuturkan, jajaran direksi perusahaan migas milik negara ini akan membahas intens dan mendiskusikan lebih lanjut soal niat mengambil alih blok Rokan. "Besok direksi baru mau rapat soal blok Rokan," tutur Adiatma kepada media saat dijumpai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (21/6/2018).
Blok Rokan merupakan blok migas dengan produksi minyak tertinggi, maka tak heran blok itu menjadi incaran perusahaan migas besar. Pada kuartal I tahun ini, blok Rokan menghasilkan minyak sekitar 210.280 barel per hari (bph) atau terbanyak dibanding blok-blok lain. Sementara untuk produksi gas, Blok Rokan memproduksi sekitar 24,26 MMSCFD.
Blok minyak dengan produksi terbesar di Indonesia, ini akan habis kontrak pada 2021. Adapun, operator blok Rokan saat ini masih dipegang oleh PT Chevron Pacific Indonesia, dan Pertamina dinilai berpeluang tipis untuk bisa mengambilalih blok Rokan ini.
Pasalnya, tipisnya peluang Pertamina mendapat blok ini musabab kehadiran peraturan menteri yang baru diterbitkan Kementerian ESDM tentang ketentuan blok terminasi. Seperti diketahui, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 23 tahun 2018, kontraktor eksisting kini lebih diprioritaskan dalam kelanjutan nasib di blok terminasi. Permen ini merevisi beleid sebelumnya yang memberikan prioritas blok terminasi ke Pertamina.
Sementara Chevron, meski sudah hampir separuh abad menyedot minyak di blok Rokan, juga masih berminat untuk kembali kelola blok subur ini. Tak tanggung-tanggung, Chevron bahkan bersedia untuk menerapkan skema gross split dan berjanji mampu menaikkan produksi berkali lipat jika kembali dipercaya pemerintah untuk mengelola blok ini.
Chevron juga yakin memiliki pengalaman yang paling dibutuhkan blok Rokan, yang meski subur tapi juga bisa dibilang sudah berumur. "Blok Rokan merupakan aset tua dengan kompleksitas tinggi dan memerlukan investasi yang signifikan, pengalaman operasi yang luas, serta kemampuan teknis dalam mengelola Enhanced Oil Recovery," ujar Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron Yanto Sianipar kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/6/2018).
(gus/gus) Next Article Transisi Rokan, Chevron Singgung Soal Investasi Pertamina
Most Popular