
Internasional
Iran: Airbus Segera Umumkan Keputusan Penjualan Pesawat
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
11 May 2018 20:11

Ankara, CNBC Indonesia - Iran mengatakan pada hari Jumat (11/5/2018), Airbus dalam beberapa hari ke depan akan mengumumkan apakah akan menjual pesawat ke Tehran setelah Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dan berkata negaranya akan kembali memberlakukan sanksi ke Republik Islam tersebut.
Melansir dari Reuters, pemerintah AS telah mengatakan akan mencabut lisensi ekspor yang diperlukan oleh para produsen pesawat untuk menjual pesawat komersial ke Iran. Meskipun Airbus adalah perusahaan Eropa, pesawatnya menggunakan komponen dan teknologi AS.
Sejauh ini, Iran telah mengimpor setidaknya 11 pesawat, tiga diantaranya dari Airbus dan delapan lainnya berasal dari ATR, produsen turboprop asal Franco-Italia.
"Airbus akan mengumumkan keputusannya dalam beberapa hari ke depan," kata Penasehat Senior untuk Menteri Pengembangan Jalan dan Perkotaan Asghar Fakhrieh-Kashan kepada kantor berita Fars.
"Tidak ada uang muka yang dibayarkan oleh Iran kepada para produsen pesawat untuk pengiriman ke depan," katanya.
Presiden AS Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran pada hari Selasa (8/5/2018). Langkah tersebut meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah, membuat sekutunya di Eropa kecewa dan menciptakan ketidakpastian tentang pasokan minyak global.
Penarikan diri AS juga mengisyaratkan gagalnya perjanjian pesawat senilai US$38 miliar antara Tehran dan perusahaan-perusahaan Barat. Hal itu mengakibatkan Airbus menghadapi risiko yang lebih besar daripada Boeing, pesaingnya asal AS, menurut beberapa orang yang terlibat dalam kesepakatan itu.
"Selama perbincangan dengan Airbus dan Boeing, kami tidak mempertimbangkan segala kemungkinan tentang penarikan dari kesepakatan dan hal itu tidak dibahas di kontrak," kata Fakhriyeh-Kashan, mantan Wakil Menteri yang menegosiasikan kontrak itu.
Maskapai nasional IranAir telah memesan 200 pesawat penumpang, terdiri atas 100 dari Airbus, 80 dari Boeing dan 20 dari ATR. Semua kesepakatan itu tergantung pada lisensi AS karena banyaknya penggunaan komponen Amerika di pesawat.
Maskapai Iran lainnya juga telah melakukan pesanan.
Dengan kesepakatan nuklir itu, Iran membatasi program nuklirnya agar tidak dikenakan sebagian besar sanksi non-nuklir internasional yang diterapkan ke negara itu dan merugikan perekonomiannya selama bertahun-tahun. Mayoritas sanksi tersebut sudah ditarik pada tahun 2016.
(roy) Next Article Awas Iran Ngamuk, AS Jatuhkan Sanksi Baru
Melansir dari Reuters, pemerintah AS telah mengatakan akan mencabut lisensi ekspor yang diperlukan oleh para produsen pesawat untuk menjual pesawat komersial ke Iran. Meskipun Airbus adalah perusahaan Eropa, pesawatnya menggunakan komponen dan teknologi AS.
"Tidak ada uang muka yang dibayarkan oleh Iran kepada para produsen pesawat untuk pengiriman ke depan," katanya.
Presiden AS Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran pada hari Selasa (8/5/2018). Langkah tersebut meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah, membuat sekutunya di Eropa kecewa dan menciptakan ketidakpastian tentang pasokan minyak global.
Penarikan diri AS juga mengisyaratkan gagalnya perjanjian pesawat senilai US$38 miliar antara Tehran dan perusahaan-perusahaan Barat. Hal itu mengakibatkan Airbus menghadapi risiko yang lebih besar daripada Boeing, pesaingnya asal AS, menurut beberapa orang yang terlibat dalam kesepakatan itu.
"Selama perbincangan dengan Airbus dan Boeing, kami tidak mempertimbangkan segala kemungkinan tentang penarikan dari kesepakatan dan hal itu tidak dibahas di kontrak," kata Fakhriyeh-Kashan, mantan Wakil Menteri yang menegosiasikan kontrak itu.
Maskapai nasional IranAir telah memesan 200 pesawat penumpang, terdiri atas 100 dari Airbus, 80 dari Boeing dan 20 dari ATR. Semua kesepakatan itu tergantung pada lisensi AS karena banyaknya penggunaan komponen Amerika di pesawat.
Maskapai Iran lainnya juga telah melakukan pesanan.
Dengan kesepakatan nuklir itu, Iran membatasi program nuklirnya agar tidak dikenakan sebagian besar sanksi non-nuklir internasional yang diterapkan ke negara itu dan merugikan perekonomiannya selama bertahun-tahun. Mayoritas sanksi tersebut sudah ditarik pada tahun 2016.
(roy) Next Article Awas Iran Ngamuk, AS Jatuhkan Sanksi Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular