Internasional

Buntut Tindakan AS ke Iran: Boeing, Airbus, GE Rugi Besar

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
09 May 2018 14:43
Pemerintahan Trump pada hari Selasa (8/5/2018) memberi perusahaan 90 sampai 180 hari untuk membatalkan kontrak yang sedang berjalan di Iran.
Foto: REUTERS/Fabian Bimmer
New York, CNBC Indonesia - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran mengancam bisnis beberapa perusahaan besar, termasuk Boeing, Airbus, dan General Electric (GE).

Kedua raksasa penerbangan itu ada di antara sejumlah perusahaan yang menerima lisensi dari Kementerian Keuangan AS untuk mulai melakukan bisnis di Iran dengan pengawasan ketat setelah pencabutan sanksi dalam kesepakatan tahun 2015.

Meski sudah ada kelonggaran, Washington terus memberlakukan embargo kepada warga negara Amerika untuk berbisnis di Iran dan melarang entitas Iran menggunakan sistem keuangan AS.

Pemerintahan Trump pada hari Selasa (8/5/2018) memberi perusahaan 90 sampai 180 hari untuk membatalkan kontrak yang sedang berjalan.

Berikut adalah daftar perusahaan yang terdampak, dilansir dari AFP.



Boeing dan Airbus

Perusahaan penerbangan mungkin paling diuntungkan dari kesepakatan nuklir Iran, yang menyoroti keperluan Iran untuk memodernisasi armada pesawatnya.

Pada bulan Desember 2016, Boeing mengumumkan sebuah perjanjian penting untuk menjual 80 pesawat kepada Iran Air senilai US$16,6 miliar (Rp 234 triliun). Perusahaan itu juga mengumumkan sebuah kontrak di bulan April 2017 untuk menjual 30 pesawat Boeing 737 MAX kepada maskapai Iran Aseman Airlines senilai $3 miliar, dengan hak pembelian 30 pesawat lagi.

Raksasa penerbangan itu mengatakan kontrak di Iran akan membuka puluhan ribu lapangan pekerjaan.

Boeing berkata akan mengikuti kebijakan AS terhadap Iran pada hari Selasa.

Raksasa penerbangan asal Eropa, Airbus, juga telah mengumumkan kontrak dengan dua maskapai, yakni Iran Air Tour dan Zagros Airlines, untuk pembelian masing-masing 100 pesawat.

Dengan kapasitas industri di AS, Airbus juga harus mematuhi sanksi AS.

General Electric, Volkswagen, Total, PSA

Sejak tahun 2017, bisnis GE yang berada di luar AS menerima kontrak senilai total puluhan juta dolar untuk peralatan proyek produksi gas, serta pabrik gas dan petrokimia, menurut formulir sekuritas tanggal 1 Mei.

Total, raksasa minyak Perancis, berisiko kehilangan kontrak untuk bantu mengembangkan ladang gas South Pars milik Iran setelah AS menarik diri dari kesepakatan. Total sendiri sudah memperingatkan bahwa posisinya di proyek itu tergantung dengan kesepakatan nuklir yang lebih luas.

Sementara itu, Volkswagen di tahun 2017 mengumumkan pihaknya melanjutkan penjualan mobil di Iran untuk pertama kalinya di tahun itu. Perusahaan asal Jerman itu terus menghadapi pertanyaan tentang skandal "dieselgate" di AS yang sudah lama menjadi pasar utamanya.

PSA Peugeot Citroen, produsen otomotif asal Perancis, tahun lalu memperoleh kesepakatan untuk menjual mobil di Iran. Mereka juga melaporkan penjualan di Iran terus naik sejak itu.

PSA telah menunjukkan minatnya untuk kembali ke pasar AS, sebuah tujuan yang memaksanya untuk kembali mempertimbangkan rencana bisnisnya di Iran.



Perjalanan dan perhotelan

British Airways dan Lufthansa yang telah kembali terbang ke Teheran akan dihadapkan dengan sebuah pilihan, antara meneruskan bisnis itu atau mempertahankan penerbangan internasional ke AS.

Permasalahan serupa juga dihadapi oleh rantai hotel asal Perancis, Accor, yang membuka hotel pertamanya di Iran tahun 2015, serta bisnis perhotelan lain seperti Melia Hotels International dari Spanyol dan Rotana Hotels milik Uni Emirat Arab.
(prm) Next Article Trump Batalkan Perjanjian, Iran Bangun Fasilitas Nuklir Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular