
Internasional
Nilai Tukarnya Anjlok Parah, Dua Negara Ini di Ambang Krisis
Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 May 2018 12:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kebijakan moneter yang cenderung hawkish membawa dampak buruk bagi negara lain. Dolar AS menguat pada semua mata uang di belahan dunia mana pun.
Penguatan greenback ini pun menelan korban. Pelemahan mata uang peso Argentina dan Rupee India telah membuat kedua negara ini di ambang krisis ekonomi.
Tekanan pada nilai tukar rupee ini sangat terlihat. Pada Senin (7/5/2018) dolar AS sudah menyentuh 67,13 rupee (Rp 14.011) per dolar AS pada hari Senin (7/5/2018), paling rendah dalam 15 bulan.
Mengutip CNBC International, sejauh ini, nilai tukarnya anjlok 5,15% sejak awal tahun (year to date/ytd). Bahkan, mata uang itu diprediksi akan semakin melemah, menurut para analis termasuk bank Australia ANZ dan bank Belanda ING.
Selain itu, ekonomi India juga tertekan karena kenaikan harga minyak. India merupakan negara pengimpor minyak dan setiap kenaikan harga minyak US$10/barel akan membuat neraca transaksi berjalan dan keseimbangan fiskal defisit masing-masing 0,4% dan 0,1%.
Tertekannya rupee memberi isyarat potensi krisis yang mengintip negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia itu. Pasalnya, pertumbuhan India melambat selama setahun belakangan karena bergulat dengan kejutan demonetisasi, pengenalan Pajak Barang dan Jasa dan tumpukan kredit macet di sektor perbankan.
Pelemahan rupee dan kenaikan harga minyak akan mempercepat inflasi yang bisa saja memicu bank sentral Reserve Bank of India menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, kata para analis. Tingginya suku bunga domestik, yang muncul sebelum perekonomian stabil dan lepas landas, juga bisa menggagalkan proses pemulihan India.
Penguatan greenback ini pun menelan korban. Pelemahan mata uang peso Argentina dan Rupee India telah membuat kedua negara ini di ambang krisis ekonomi.
Selain itu, ekonomi India juga tertekan karena kenaikan harga minyak. India merupakan negara pengimpor minyak dan setiap kenaikan harga minyak US$10/barel akan membuat neraca transaksi berjalan dan keseimbangan fiskal defisit masing-masing 0,4% dan 0,1%.
Tertekannya rupee memberi isyarat potensi krisis yang mengintip negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Asia itu. Pasalnya, pertumbuhan India melambat selama setahun belakangan karena bergulat dengan kejutan demonetisasi, pengenalan Pajak Barang dan Jasa dan tumpukan kredit macet di sektor perbankan.
Pelemahan rupee dan kenaikan harga minyak akan mempercepat inflasi yang bisa saja memicu bank sentral Reserve Bank of India menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan, kata para analis. Tingginya suku bunga domestik, yang muncul sebelum perekonomian stabil dan lepas landas, juga bisa menggagalkan proses pemulihan India.
Next Page
Argentina Minta Bantuan IMF
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular