Ini Penyebab Dolar AS Tembus Rp 14.000 Versi BI
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
08 May 2018 10:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menilai permintaan dolar yang sangat tinggi mengakibatkan rupiah terus melemah. BI telah melakukan intervensi ganda atau dual intervention di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN) untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, menjelaskan permintaan dolar tinggi ini karena impor yang deras dan adanya repatriasi. "Tapi terutama sebagai respons pasar atas data PDB dan harga minyak. Semua mata uang negara Asia tertekan," ungkap Nanang kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/5/2018).
BI terus menjaga nilai tukar rupiah agar tetap sesuai fundamentalnya. "Ini ada genuine demand. Sudah dilakukan dual intervention di pasar valas dan SBN," ungkap Nanang.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Dolar AS menguat dan berhasil menembus Rp 14.000.
Pada Selasa (8/5/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot berada di Rp 13.995. Tidak berubah dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Namun tidak lama setelah pembukaan, dolar AS langsung menguat. Pada Pukul 08:30 WIB, dolar AS pun mencapai Rp 14.015 atau menguat 0,14%. Ini merupakan posisi terkuat sejak akhir 2015.
Pada pukul 10.00 WIB dolar masih menguat hingga Rp 14.037. Melemah 0,30% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, mengungkapkan depresiasi nilai tukar rupiah masih cukup wajar, jika dibandingkan dengan pelemahan yang terjadi pada mata uang kawasan. Level rupiah yang sebenarnya, bukan berada di level tersebut.
"Depresiasi rupiah masih wajar sama dengan mata uang regional, tidak pada levelnya yang kebetulan sudah menembus batas psikologis Rp 14.000," kata Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (7/5/2018).
Berdasarkan data otoritas moneter per hari ini, Dody mengatakan, depresiasi rupiah hanya sekitar 0,40%, atau jauh lebih baik dibandingkan depresiasi pada mata uang negara-negara kawasan seperti India Rupee, Afrika Selatan Zaar, Rusia Rubel, dan Turki Lira.
BI, sambung Dody, pun akan mengedepankan empat langkah yang akan ditempuh untuk menjaga nilai tukar rupiah. Antara lain, berada di pasar, memantau situasi global, mempersiapkan second line of defense, serta tak ragu menyesuaikan suku bunga jika rupiah terus tertekan.
"BI terus melakukan upaya stabilisasi rupiah. BI terus lakukan hal tersebut dengan konsisten meski kita tidak harus setiap saat info langkah kita. Kita perlu jaga confidence," tegasnya.
(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, menjelaskan permintaan dolar tinggi ini karena impor yang deras dan adanya repatriasi. "Tapi terutama sebagai respons pasar atas data PDB dan harga minyak. Semua mata uang negara Asia tertekan," ungkap Nanang kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/5/2018).
BI terus menjaga nilai tukar rupiah agar tetap sesuai fundamentalnya. "Ini ada genuine demand. Sudah dilakukan dual intervention di pasar valas dan SBN," ungkap Nanang.
Pada Selasa (8/5/2018), US$ 1 kala pembukaan pasar spot berada di Rp 13.995. Tidak berubah dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Namun tidak lama setelah pembukaan, dolar AS langsung menguat. Pada Pukul 08:30 WIB, dolar AS pun mencapai Rp 14.015 atau menguat 0,14%. Ini merupakan posisi terkuat sejak akhir 2015.
Pada pukul 10.00 WIB dolar masih menguat hingga Rp 14.037. Melemah 0,30% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, mengungkapkan depresiasi nilai tukar rupiah masih cukup wajar, jika dibandingkan dengan pelemahan yang terjadi pada mata uang kawasan. Level rupiah yang sebenarnya, bukan berada di level tersebut.
"Depresiasi rupiah masih wajar sama dengan mata uang regional, tidak pada levelnya yang kebetulan sudah menembus batas psikologis Rp 14.000," kata Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (7/5/2018).
Berdasarkan data otoritas moneter per hari ini, Dody mengatakan, depresiasi rupiah hanya sekitar 0,40%, atau jauh lebih baik dibandingkan depresiasi pada mata uang negara-negara kawasan seperti India Rupee, Afrika Selatan Zaar, Rusia Rubel, dan Turki Lira.
BI, sambung Dody, pun akan mengedepankan empat langkah yang akan ditempuh untuk menjaga nilai tukar rupiah. Antara lain, berada di pasar, memantau situasi global, mempersiapkan second line of defense, serta tak ragu menyesuaikan suku bunga jika rupiah terus tertekan.
"BI terus melakukan upaya stabilisasi rupiah. BI terus lakukan hal tersebut dengan konsisten meski kita tidak harus setiap saat info langkah kita. Kita perlu jaga confidence," tegasnya.
(dru) Next Article Era 'Diskon' Rupiah Masih Berlanjut
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular