Internasional

Bahrain Gantungkan Perbaikan Ekonomi Dari Ladang Minyak Baru

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
08 May 2018 19:38
Bahrain Gantungkan Perbaikan Ekonomi Dari Ladang Minyak Baru
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Penemuan ladang minyak baru yang besar di Bahrain bisa bantu kerajaan memperbaiki kekuatan perekonomian dan fiskal secara dramatis, menurut para analis di lembaga pemeringkat utang Moody's.

Di awal bulan April, Menteri Perminyakan Bahrain Sheikh Mohammed bin Khalifa Al Khalifa mengumumkan penemuan cadangan hidrokarbon terbesar dalam beberapa dekade yang jumlahnya diprediksi setidaknya 80 miliar barel minyak shale, serta gas alam sedalam antara 10 sampai 20 triliun kubik kaki.

Jika penemuan di lepas pantai barat Bahrain itu diverifikasi oleh konsorsium minyak nasional sebagai pendorong pemulihan secara teknis maupun ekonomi, maka itu bisa menjadi anugerah untuk perekonomian negara.

Defisit anggaran Bahrain mencapai 17,8% terhadap produk domestik bruto (PDB) di tahun 2016, dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi akan ada defisit sebesar 11,9% terhadap PDB di tahun 2018.

Namun meski membaik, faktor utang Bahrain terus menjadi kekhawatiran bagi lembaga pemeringkat dan IMF, dilansir dari CNBC Internasional.

Dengan begitu, sebuah penemuan minyak baru bisa menjadi sesuatu yang dibutuhkan Bahrain untuk mendorong memperbaiki kondisinya.

"Penemuan itu [...] bisa menstimulasi investasi swasta di sektor energi negara itu dalam jangka waktu dekat, dan dalam jangka menengah bisa menaikkan pendapatan pemerintah terkait minyak dan gas, serta mengurangi defisit neraca berjalan dan fiskal negara," kata para analis Moody's Alexander Perjessy, Matt Robinson dan Marie Diron dalam sebuah catatan hari Rabu (2/5/2018).

Layaknya negara Teluk lain, Bahrain sangat tertarik untuk mendiversidikasi perekonomiannya dari minyak. Namun, pendapatan dari ekspor minyak masih menyumbang sebagian besar pemasukan pemerintah. Pendapatan terkait hidrokarbon berkontribusi 75% ke dalam pemasukan pemerintah di tahun 2017, turun dari 87% di tahun 2013.

Meski Bahrain adalah salah satu pengekspor minyak terkecil di kawasannya, negara itu ada produsen minyak tertua di negara-negara Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) karena memulai produksi di tahun 1930-an.

Moody's mengatakan sokongan hidrokarbon Bahrain relatif kecil dengan produksi sekitar 198.000 barel per hari (barrel per day/bpd). Sekitar 150.000 bpd dari jumlah itu dihasilkan oleh ladang minyak lepas pantai yang dibagi dengan Arab Saudi, yang justru memproduksi 12,3 juta bpd.

Cadangan minyak pantai Bahrain diprediksi berjumlah sekitar 125 juta barel, dengan laju produksi saat ini, akan bertahan kurang dari tujuh tahun, kata para analis. Hal itu membuat penemuan minyak sebanyak 80 juta barel menjadi sangat penting.

"Penemuan minyak dan gas yang signifikan bisa memperbaiki kekuatan perekonomian dan fiskal Bahrain dengan memungkinkan kerajaan itu mendorong tingkat produksi hidrokarbon [kemudian produk domestik bruto] dan/atau memperpanjang laju produksi saat ini menjadi beberapa tahun tambahan," kata Moody's.

Jika penemuan minyak terbaru ini terbukti bisa dilanjutkan, mengarah ke peningkatan produksi minyak Bahrain yang pesat dan pendapatan fiskal terkait, maka secara materi itu bisa mengurangi defisit anggaran kerajaan dan memperbaiki keseimbangan dagangnya.

Moody's menurunkan peringkat utang Bahrain tahun lalu menjadi B1 dengan proyeksi negatif. Lembaga itu mengatakan penurunan didorong oleh pandangan bahwa profil utang pemerintah Bahrain akan "terus melemah secara materi di tahun mendatang terutama karena, meski ada beberapa usaha reformasi fiskal, ada kekurangan strategi konsolidasi yang jelas dan komprehensif."

Lembaga itu juga memprediksi beban utang dan keterjangkauan utang pemerintah Bahrain akan memburuk secara signifikan dalam dua hingga tiga tahun mendatang.

Ada harapan bahwa perbaikan harga minyak belakangan ini juga akan membantu perekonomian. Reuters memberitakan gubernur bank sentral Bahrain pada bulan Februari berkata dia berharap kenaikan harga minyak akan memicu pertumbuhan, meski dia memperingatkan defisit anggaran.

Minyak brent saat ini diperdagangkan sekitar $73,12 dan WTI sekitar $67, sebuah perbaikan pesat dari 2014 ketika harganya tersungkur di bawah $30 per barel. Akibatnya, perekonomian Bahrain pun berjuang lebih keras ketimbang negara tetangga yang lebih kaya.

Bahrain dikabarkan meminta bantuan pendanaan dari sejumlah sekutu Teluk tahun lalu. Bantuan itu kabarnya diperlukan untuk mencegah devaluasi mata uang seraya bank sentral susah payah mempertahankan dinar Bahrain terhadap dolar. 

Bank sentral mengatakan di bulan Desember, pihaknya berkomitmen terhadap patokan itu. Artinya, bank sentral harus mempertahankan nilai tukar tetap terhadap dolar dengan membeli atau menjual mata uangnya.

Pada bulan Agustus, IMF memperingatkan Bahrain "segera perlu" mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menstabilkan keuangan negara dan mendukung nilai tukar dinar terhadap dolar, menurut pemberitaan Reuters.

Para analis Moody's mengatakan tekanan pada nilai tukar saat ini lebih tinggi dari sebelumnya, seraya menjelaskan kondisi keuangan Bahrain saat ini.

"Ekspor minyak berkontribusi 55% ke dalam total ekspor barang di tahun 2017. Ketika harga minyak merosot setelah pertengahan tahun 2014, nilai dolar dari ekspor minyak Bahrain turun secara signifikan dan neraca berjalan negara anjlok dari surplus sekitar 8% terhadap PDB di tahun 2012-2013 menjadi defisit sekitar 3,7% terhadap PDB di tahun 2015-2017," kata para analis.

"Sejak itu cadangan sudah pulih di balik penerbitan obligasi negara eksternal, termasuk obligasi internasional sebesar $3 miliar di bulan September 2017 dan sukuk obligasi Muslim senilai $1 miliar di bulan April 2018. Namun, cadangan devisa sebanyak $2,8 miliar di akhir 

November hanya mencakup 1,4 bulan impor barang dan jasa, serta kurang dari 10% utang eksternal jangka pendek Bahrain. Tekanan terhadap nilai tukar Bahrain saat ini berada di level tertinggi sejak patokan resmi rial terhadap dolar diperkenalkan tahun 2001."




(roy) Next Article Cadangan Minyak Indonesia Terus Menurun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular