Internasional

Permintaan Kedelai AS Tetap Kuat Meski China Kurangi Impor

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 May 2018 11:48
Pembatalan pesanan kedelai AS oleh China per 26 April mengakibatkan penurunan sebanyak 133.700 metrik ton terhadap penjualan bersih ke China.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan kedelai Amerika Serikat (AS) tetap kuat, terlepas dari kekhawatiran China yang menargetkan sektor pertanian AS sebagai pembalasan atas penerapan tarif oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

China telah membatalkan beberapa pesanan kedelai dari AS bulan lalu dan menimbulkan pertanyaan apakah negara tersebut mengambil tindakan pendahuluan terhadap AS dengan mengurangi pembelian. Namun, para analis mengatakan pengurangan itu masih dalam jumlah yang kecil dan tidak terlalu mengejutkan dari perspektif musiman, tulis CNBC International.


"AS menyumbang 37% dari total ekspor kedelai di seluruh dunia. Selain Brasil, benar-benar tidak ada negara lain. Meskipun ada kekhawatiran perdagangan, benar-benar tidak ada negara lain. Tidak akan ada penurunan besar-besaran dalam ekspor kedelai AS," kata Rich Nelson, direktur penelitian di Allendale, sebuah perusahaan riset dan perdagangan pasar pertanian.

Pembatalan pesanan kedelai AS oleh China untuk pekan yang berakhir pada tanggal 26 April mengakibatkan penurunan sebanyak 133.700 metrik ton terhadap penjualan bersih ke China, seperti ditunjukkan dalam data Layanan Pertanian Luar Negeri USDA hari Kamis (3/5/2018).

Tetapi, 66.000 metrik ton dari kedelai itu akhirnya dikirim ke Vietnam.

Sementara itu, AS baru saja menjual 82.700 metrik ton kedelai ke Meksiko, 68.800 metrik ton ke Taiwan, 60.000 metrik ton ke Argentina, dan 52.600 metrik ton ke Belanda. Meskipun Argentina adalah pengekspor kedelai ketiga terbesar, kekeringan yang parah telah mengurangi produksi negara itu sebesar 7 juta ton, menjadi hanya 40 juta, menurut perkiraan USDA.

"Hal ini menunjukkan bahwa kami tidak bergantung pada China untuk ekspor kedelai. China membeli begitu banyak kedelai sehingga mereka tidak akan dapat menghindari pasar AS," kata Michael Stumo, kepala Koalisi untuk Amerika Sejahtera, lembaga nonprofit yang mewakili kepentingan pelaku bisnis di bidang manufaktur, pertanian, dan serikat pekerja.

Harga kontrak berjangka (futures) kedelai naik 9,5% tahun ini setelah China mengumumkan rencana penerapan tarif pada produk AS dan barang-barang lainnya sebagai pembalasan atas bea masuk senilai US$50 miliar terhadap barang impor China yang diterapkan pemerintahan Trump. Futures kedelai naik hampir 1% dalam perdagangan hari Kamis.

Menurunnya angka pembelian China pada bulan April juga mencerminkan perlambatan musiman dalam permintaan.

Faktanya, ekspor kedelai AS secara keseluruhan ke China diperkirakan menurun pada tahun pemasaran saat ini, yang berakhir 31 Agustus, karena rendahnya kandungan protein kedelai AS, kata Allendale Nelson.


Kekhawatiran yang sebenarnya, katanya, adalah apakah China mengurangi permintaan untuk kedelai AS di tahun pemasaran mendatang, yang dimulai 1 September.

Sejauh ini, data USDA mengindikasikan bahwa China telah meningkatkan pesanan untuk tahun itu, dan sudah memesan 1,02 juta ton kedelai AS.
(prm) Next Article Pejabat AS Benarkan China Akan Tambah Impor Rp 971 T

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular