Internasional

Diskusi Dagang China-AS Diperkirakan Akan Minim Terobosan

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 May 2018 15:40
Presiden AS Donald Trump disebut tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang China.
Foto: Infografis, Arie Pratama
Washington, CNBC Indonesia - Hasil yang kemungkinan besar akan muncul dari diskusi dagang yang panas antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai hari Kamis (3/5/2018), adalah kesepakatan untuk terus berunding. Para pakar perdagangan mengatakan hal itu dipicu oleh Presiden AS Donald Trump yang tetap kukuh pada ancamannya untuk menerapkan tarif hukuman terhadap barang-barang China.

Terobosan kesepakatan yang akan secara fundamental mengubah kebijakan ekonomi China dipandang tidak mungkin terjadi, meskipun sepaket langkah jangka pendek China bisa menunda keputusan bea impor AS, Reuters melaporkan.


Diskusi yang dipimpin oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Wakil Perdana Menteri China Liu He diprediksi akan mencakup berbagai keluhan AS tentang praktik dagang China, termasuk dugaan pemaksaan transfer teknologi sampai subsidi negara untuk pengembangan teknologi.

"Ini akan menjadi serangkaian pertemuan yang relatif singkat dengan rencana pra-rapat kecil dari kedua belah pihak," kata Scott Kennedy, Kepala Kajian China di Center for Strategic and International Studies di Washington, dilansir dari Reuters.

"Menurut saya tujuan dari pihak Amerika adalah membawa perbincangan ini kembali ke jalan yang benar, dari kedua belah pihak yang mengabaikan satu sama lain menjadi China benar-benar paham bahwa perhatian Amerika itu tulus," tambahnya.

Kementerian Perdagangan China mendeskripsikan pertemuan dengan Liu, Penasehat Ekonomi nomor satu Presiden China Xi Jinping, sebagai sesuatu yang memungkinkan kedua pemerintahan "bertukar pandangan" tentang isu-isu yang jadi perhatian bersama terkait perdagangan China-AS dan relasi bisnis.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross, yang juga menjadi bagian dari delegasi AS, pada hari Selasa (1/5/2018), sama-sama menurunkan ekspektasi akan tercapainya kesepakatan besar.

Seorang pejabat pemerintah China memperingatkan Beijing tidak akan bernegosiasi tentang inti kepentingan negaranya ataupun menerima prasyarat tentang masalah apapun, termasuk program "Made in China 2025" untuk meningkatkan basis manufaktur domestik dengan produk yang lebih canggih.

Ronde pertama dari ancaman tarif senilai US$ 50 miliar (Rp 698,6 triliun) dengan penyelidikan kekayaan intelektual bertajuk "Section 301"menitikberatkan pada produk teknologi yang mendukung program 2025. Tarif AS bisa diberlakukan pada bulan Juni setelah mengakhiri masa konsultasi selama 60 hari, tetapi perwakilan dagang AS membuat rencana pemberlakuan itu tidak jelas.

China, yang menampik tuduhan tentang pemaksaan transfer teknologi, memberi ancaman langkah balasan yang setara termasuk tarif terhadap kedelai dan pesawat AS.

"Terkait perang dagang, kami memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menahan [konsekuensinya] daripada AS," kata seorang pejabat China.

Kado untuk Trump

Para pakar perdagangan AS berkata mereka mengharapkan Beijing menawarkan tim Trump sebuah paket perubahan kebijakan meliputi langkah-langkah yang diumumkan sebelumnya, seperti penghapusan ketentuan gabungan usaha di beberapa sektor, pengurangan tarif otomotif, dan peningkatan pembelian produk AS.

Trump meminta pengurangan tahunan sebesar US$100 miliar dari defisit dagang AS dengan China, yaitu US$375 miliar.

Namun, kelompok delegasi dagang AS yang beragam kemungkinan memiliki pandangan berbeda terkait manfaat tawaran semacam itu.

"Mereka akan kembali membawa sebuah penawaran dan memberi semua pendapat mereka ke Trump tentang perlunya mengambil tawaran itu," kata Derek Scissors, Pakar Perdagangan China di American Enterprise Institute, sebuah think-thank berorientasi bisnis di Washington. "Ini akan menjadi tawaran jangka pendek untuk mengurangi defisit dagang".


Mnuchin dan Penasehat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow kemungkinan akan mendukung sebuah paket yang mempertahankan kestabilan pasar keuangan dan tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Namun, Lighthizer dan Penasehat Manufaktur dan Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro kemungkinan akan mendukung hal yang lebih keras dengan menuntut perubahan dagang yang lebih fundamental, meskipun itu berarti tarif dan tekanan ekonomi jangka pendek.

"Navarro dan Lighthizer di sana untuk memastikan tidak ada inkrementalisme, bahwa semua orang dilibatkan dalam penawaran untuk mencoret beberapa tarif atau membuka beberapa sektor yang direncanakan China juga," kata Claire Reade, pengacara dagang Washington dan mantan asisten perwakilan dagang AS untuk China.
(prm) Next Article Jepang-China Eratkan Hubungan Ekonomi di Tengah Perang Dagang

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular