
Internasional
AS Akan Umumkan Bea Impor bagi China, Perang Dagang Terjadi?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 March 2018 12:31

Washington, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengumumkan penerapan tarif impor untuk produk-produk dari China pada hari Kamis (22/3/2018) untuk mencegah terjadinya kecurangan terhadap sektor teknologi AS. Langkah ini diperkirakan akan memicu tindakan balasan dari Beijing dan menyulut kecemasan akan terjadinya perang dagang di seluruh dunia.
Dilansir dari Reuters, belum diketahui berapa besar tarif yang akan diterapkan terhadap sektor teknologi China itu. Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan hari Rabu (21/3/2018) bea impor itu akan menargetkan sektor teknologi tinggi China dan dapat juga termasuk pelarangan investasi China di AS. Sektor lain, seperti pakaian, juga dapat terkena tarif tersebut.
"Besok Presiden akan mengumumkan langkah yang sudah diputuskannya yang didasarkan pada perjanjian penyelidikan pasal 301 oleh USTR (US Trade Representative) terhadap China yang berupaya mendistorsi pasar, memaksa, menekan, dan mencuri teknologi dan kekayaan intelektual AS," ujarnya.
Gedung Putih mengatakan Trump akan menandatangani memorandum presidensial "terhadap agresi ekonomi China" pada pukul 12:30 siang hari Kamis waktu setempat.
Penyelidikan oleh AS yang mengacu pada pasal 301 dalam Undang-Undang Perdagangan tahun 1974 membahas mengenai segala bentuk pencurian dan paksaaan terhadap perusahaan-perusahaan AS untuk mengungkapkan kekayaan intelektual mereka serta pembelian oleh dana negara Cina terhadap pengetahuan teknologi perusahaan AS.
Lighthizer mengatakan kepada badan ekonomi tingkat tinggi AS bahwa tujuan dari penerapan langkah tersebut adalah untuk meminimalisir dampak penerapan tarif bagi konsumen AS.
China mengancam akan membalas dengan mengenakan bea masuk terhadap eskpor pertanian AS jika Washington mengumumkan penerapan tarif impor senilai US$60 miliar (Rp 824,7 triliun) terhadap negaranya.
"Penyelesaiannya, bagi saya setidaknya berupa, pertama menerapkan tarif, dan kedua menerapkan tindakan di sektor investasi, dan kemudian mungkin menerapkan langkah-langkah di bidang lain," ujar Lighthizer, yang juga seorang pengacara dan negosiator perdagangan veteran.
AS memiliki defisit perdagangan yang cukup besar dengan China, yaitu senilai US$375 miliar. Sebuah penelitian memperkirakan kerugian dari peredaran barang-barang palsu, perangkat lunak bajakan, dan pencurian rahasia dagang bisa mencapai US$600 miliar.
Isu perang dagang mulai muncul sejak Trump mengumumkan menerapkan tarif tinggi untuk impor baja dan aluminium ke AS awal bulan ini, yang ditujukan untuk menekan kelebihan produksi China, namun justru juga berdampak ke sekutunya, seperti negara-negara anggota Uni Eropa.
Lighthizer memperkirakan China akan melakukan pembalasan dengan menerapkan tarif ekspor di sektor pertanian, utamanya ekspor kacang kedelai. Jika hal itu benar-benar dilakukan, Washington akan menerapkan 'tindakan balasan' lain, meskipun mengaku 'tidak ada negara yang akan menang dalam perang dagang'.
Tanggapannya diperkirakan akan memicu perselisihan dengan Trump yang menganggap perang dagang adalah 'hal bagus dan mudah dimenangkan'.
Sejak menjabat, Trump telah melakukan banyak tindakan keras dalam perdagangan. Ia membuat AS keluar dari pakta perdagangan pasifik yang terdiri dari 14 negara, dan juga mengancam akan menarik diri dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada.
Ia juga menuduh Jerman menghindari pajak untuk memperoleh keuntungan besar dalam ekspor di sektor industri mobilnya.
Beberapa kali pemerintah AS telah diminta untuk menarik kembali tarif yang telah diterapkan di impor baja dan aluminium. Sementara itu, AS akhirnya memberi pengecualian pada Kanada dan Meksiko, dan melakukan pembicaraan dengan Uni Eropa dan negara-negara lainnya untuk mendiskusikan kemungkinan pengecualian serupa.
(prm) Next Article Awas Panas! China Kenakan Bea Impor 218% ke Wine Australia
Dilansir dari Reuters, belum diketahui berapa besar tarif yang akan diterapkan terhadap sektor teknologi China itu. Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan hari Rabu (21/3/2018) bea impor itu akan menargetkan sektor teknologi tinggi China dan dapat juga termasuk pelarangan investasi China di AS. Sektor lain, seperti pakaian, juga dapat terkena tarif tersebut.
"Besok Presiden akan mengumumkan langkah yang sudah diputuskannya yang didasarkan pada perjanjian penyelidikan pasal 301 oleh USTR (US Trade Representative) terhadap China yang berupaya mendistorsi pasar, memaksa, menekan, dan mencuri teknologi dan kekayaan intelektual AS," ujarnya.
Penyelidikan oleh AS yang mengacu pada pasal 301 dalam Undang-Undang Perdagangan tahun 1974 membahas mengenai segala bentuk pencurian dan paksaaan terhadap perusahaan-perusahaan AS untuk mengungkapkan kekayaan intelektual mereka serta pembelian oleh dana negara Cina terhadap pengetahuan teknologi perusahaan AS.
Lighthizer mengatakan kepada badan ekonomi tingkat tinggi AS bahwa tujuan dari penerapan langkah tersebut adalah untuk meminimalisir dampak penerapan tarif bagi konsumen AS.
China mengancam akan membalas dengan mengenakan bea masuk terhadap eskpor pertanian AS jika Washington mengumumkan penerapan tarif impor senilai US$60 miliar (Rp 824,7 triliun) terhadap negaranya.
"Penyelesaiannya, bagi saya setidaknya berupa, pertama menerapkan tarif, dan kedua menerapkan tindakan di sektor investasi, dan kemudian mungkin menerapkan langkah-langkah di bidang lain," ujar Lighthizer, yang juga seorang pengacara dan negosiator perdagangan veteran.
AS memiliki defisit perdagangan yang cukup besar dengan China, yaitu senilai US$375 miliar. Sebuah penelitian memperkirakan kerugian dari peredaran barang-barang palsu, perangkat lunak bajakan, dan pencurian rahasia dagang bisa mencapai US$600 miliar.
Isu perang dagang mulai muncul sejak Trump mengumumkan menerapkan tarif tinggi untuk impor baja dan aluminium ke AS awal bulan ini, yang ditujukan untuk menekan kelebihan produksi China, namun justru juga berdampak ke sekutunya, seperti negara-negara anggota Uni Eropa.
Lighthizer memperkirakan China akan melakukan pembalasan dengan menerapkan tarif ekspor di sektor pertanian, utamanya ekspor kacang kedelai. Jika hal itu benar-benar dilakukan, Washington akan menerapkan 'tindakan balasan' lain, meskipun mengaku 'tidak ada negara yang akan menang dalam perang dagang'.
Tanggapannya diperkirakan akan memicu perselisihan dengan Trump yang menganggap perang dagang adalah 'hal bagus dan mudah dimenangkan'.
Sejak menjabat, Trump telah melakukan banyak tindakan keras dalam perdagangan. Ia membuat AS keluar dari pakta perdagangan pasifik yang terdiri dari 14 negara, dan juga mengancam akan menarik diri dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada.
Ia juga menuduh Jerman menghindari pajak untuk memperoleh keuntungan besar dalam ekspor di sektor industri mobilnya.
Beberapa kali pemerintah AS telah diminta untuk menarik kembali tarif yang telah diterapkan di impor baja dan aluminium. Sementara itu, AS akhirnya memberi pengecualian pada Kanada dan Meksiko, dan melakukan pembicaraan dengan Uni Eropa dan negara-negara lainnya untuk mendiskusikan kemungkinan pengecualian serupa.
(prm) Next Article Awas Panas! China Kenakan Bea Impor 218% ke Wine Australia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular