
Internasional
Trump Incar Tarif Hingga Rp 824,2 T untuk Produk China
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
14 March 2018 11:06

Washington/Beijing, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengincar penerapan tarif hingga US$60 miliar (Rp 824,2 triliun) untuk impor dari China dengan menargetkan sektor teknologi dan telekomunikasi. Informasi tersebut diungkapkan pada hari Selasa (13/3/2018) oleh dua orang yang terlibat diskusi tentang permasalahan terkait dengan pemerintahan Trump kepada Reuters.
Pihak ketiga yang mengetahui rencana itu mengatakan tarif akan dikaitkan dengan investigasi kekayaan intelektual "Pasal 301" dari Pakta Perdagangan Tahun 1974 AS yang dilakukan bulan Agustus tahun lalu. Penerapan tarif pun bisa terjadi "dalam waktu dekat".
Sementara sebagian besar tarif akan ditargetkan ke produk teknologi informasi, elektronik konsumen dan telekomunikasi, penerapannya bisa juga meluas dan pada 100 produk.
Pihak Gedung Putih menolak untuk berkomentar tentang besaran tarif ataupun waktu penerapannya.
Washington menargetkan untuk menghukum perusahaan teknologi tinggi China karena kebijakan investasi China. Kebijakan itu efektif memaksa perusahaan AS untuk menyerahkan rahasia teknologi agar perusahaan AS diperbolehkan beroperasi di Negara Tirai Bambu.
AS juga menuduh China melakukan pencurian kekayaan intelektual. China memiliki surplus perdagangan senilai $375 miliar terhadap AS. Ketika penasehat ekonomi Presiden China Xi Jinping mengunjungi Washington baru-baru ini, pihak pemerintah AS mendesaknya supaya hadir dengan solusi untuk mengurangi jumlah surplus.
Trump menjabat dengan agenda proteksionis, dan tindakan pertama yang ia lakukan sebagai presiden adalah menarik AS keluar dari pakta perdagangan 14 negara Pasifik, atau dikenal juga dengan sebutan Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP).
Ia mulai berbicara tentang renegoisasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) dan yang paling terbaru adalah menerapkan tarif untuk baja dan aluminium impor.
Sementara bea impor baja dan aluminium yang Trump umumkan pekan lalu dipandang relatif sepele untuk impor dan ekspor, tindakan untuk menargetkan China berisiko mendapatkan respon yang langsung dan keras dari Beijing.
Situs berita Politico sebelumnya melaporkan bahwa kantor Perwakilan Perdagangan AS telah memberikan Trump sebuah paket tarif senilai $30 miliar pekan lalu. Namun, Trump mengatakan kepada para asistennya bahwa jumlah tersebut belum cukup tinggi.
Sumber bisnis pertama yang mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Gedung Putih mengatakan jumlah tarif saat ini meningkat menjadi sekitar $60 miliar, dengan pertimbangan potensi susunan produk yang lebih luas.
Sumber kedua, seorang pelobi industri di Washington yang mengetahui rencana pemerintahan, mengatakan proses tersebut dipimpin oleh Peter Navarro. Seorang proteksionis yang sempat menuduh perusahaan-perusahaan Amerika berkomplot dengan China. Rencana tersebut juga dipimpin oleh Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer yang menganggap tarif sebagai alat.
Saat berbicara kepada wartawan di Capitol, Kepala Komite Cara dan Sarana DPR (House Ways and Means Committee) AS Kevin Brady menekankan bahwa Trump serius dengan isu pencurian hak atas kekayaan intelektual.
"Dia serius tentang permintaan campur tangan, dan menurut pemahaman saya, mereka mengincar rentetan pilihan yang luas untuk melakukannya," kata Brady.
Sementara keluhan tentang penyalahgunaan hak atas kekayaan intelektual China tidak terbatas hanya di AS, tarif baja dan aluminium global dari Trump dapat memperumit usaha Washington untuk mengerahkan sekutunya dalam membantu menekan China.
Sumber bisnis dari China yang mengetahui diskusi di antara pejabat senior Eropa mengatakan ada "usaha yang jelas" dari pemerintah AS selama enam bulan terakhir untuk memperkenalkan pendekatan terkoordinasi pada kebijakan industri China. Namun, fakta bahwa Trump mengusulkan tarif logam dengan Pasal 232 dari Pakta Perluasan Perdagangan Tahun 1962 telah meremehkan dukungan dari Eropa.
"Pejabat senior pemerintah Trump secara langsung mendekati pimpinan Eropa di level senior. Ada kemauan untuk melakukan sesuatu dengan China. Itu tidak mungkin saat ini. Anda tidak bisa bekerjasama ketika dipukul dari berbagai sisi," kata sumber tersebut kepada Reuters.
(roy/roy) Next Article AS Kenakan Bea Masuk 30% untuk Sel Surya dan Mesin Cuci
Pihak ketiga yang mengetahui rencana itu mengatakan tarif akan dikaitkan dengan investigasi kekayaan intelektual "Pasal 301" dari Pakta Perdagangan Tahun 1974 AS yang dilakukan bulan Agustus tahun lalu. Penerapan tarif pun bisa terjadi "dalam waktu dekat".
Sementara sebagian besar tarif akan ditargetkan ke produk teknologi informasi, elektronik konsumen dan telekomunikasi, penerapannya bisa juga meluas dan pada 100 produk.
AS juga menuduh China melakukan pencurian kekayaan intelektual. China memiliki surplus perdagangan senilai $375 miliar terhadap AS. Ketika penasehat ekonomi Presiden China Xi Jinping mengunjungi Washington baru-baru ini, pihak pemerintah AS mendesaknya supaya hadir dengan solusi untuk mengurangi jumlah surplus.
Trump menjabat dengan agenda proteksionis, dan tindakan pertama yang ia lakukan sebagai presiden adalah menarik AS keluar dari pakta perdagangan 14 negara Pasifik, atau dikenal juga dengan sebutan Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP).
Ia mulai berbicara tentang renegoisasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement/NAFTA) dan yang paling terbaru adalah menerapkan tarif untuk baja dan aluminium impor.
Sementara bea impor baja dan aluminium yang Trump umumkan pekan lalu dipandang relatif sepele untuk impor dan ekspor, tindakan untuk menargetkan China berisiko mendapatkan respon yang langsung dan keras dari Beijing.
Situs berita Politico sebelumnya melaporkan bahwa kantor Perwakilan Perdagangan AS telah memberikan Trump sebuah paket tarif senilai $30 miliar pekan lalu. Namun, Trump mengatakan kepada para asistennya bahwa jumlah tersebut belum cukup tinggi.
Sumber bisnis pertama yang mendiskusikan permasalahan tersebut dengan Gedung Putih mengatakan jumlah tarif saat ini meningkat menjadi sekitar $60 miliar, dengan pertimbangan potensi susunan produk yang lebih luas.
Sumber kedua, seorang pelobi industri di Washington yang mengetahui rencana pemerintahan, mengatakan proses tersebut dipimpin oleh Peter Navarro. Seorang proteksionis yang sempat menuduh perusahaan-perusahaan Amerika berkomplot dengan China. Rencana tersebut juga dipimpin oleh Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer yang menganggap tarif sebagai alat.
Saat berbicara kepada wartawan di Capitol, Kepala Komite Cara dan Sarana DPR (House Ways and Means Committee) AS Kevin Brady menekankan bahwa Trump serius dengan isu pencurian hak atas kekayaan intelektual.
"Dia serius tentang permintaan campur tangan, dan menurut pemahaman saya, mereka mengincar rentetan pilihan yang luas untuk melakukannya," kata Brady.
Sementara keluhan tentang penyalahgunaan hak atas kekayaan intelektual China tidak terbatas hanya di AS, tarif baja dan aluminium global dari Trump dapat memperumit usaha Washington untuk mengerahkan sekutunya dalam membantu menekan China.
Sumber bisnis dari China yang mengetahui diskusi di antara pejabat senior Eropa mengatakan ada "usaha yang jelas" dari pemerintah AS selama enam bulan terakhir untuk memperkenalkan pendekatan terkoordinasi pada kebijakan industri China. Namun, fakta bahwa Trump mengusulkan tarif logam dengan Pasal 232 dari Pakta Perluasan Perdagangan Tahun 1962 telah meremehkan dukungan dari Eropa.
"Pejabat senior pemerintah Trump secara langsung mendekati pimpinan Eropa di level senior. Ada kemauan untuk melakukan sesuatu dengan China. Itu tidak mungkin saat ini. Anda tidak bisa bekerjasama ketika dipukul dari berbagai sisi," kata sumber tersebut kepada Reuters.
(roy/roy) Next Article AS Kenakan Bea Masuk 30% untuk Sel Surya dan Mesin Cuci
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular