
Internasional
Penetapan Bea Masuk AS Dikhawatirkan Jadi Awal Proteksionisme
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 January 2018 18:37

Seoul/ Beijing, CNBC Indonesia - Korea Selatan dan China memprotes kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengenakan bea masuk tinggi terhadap impor mesin cuci dan panel surya ke negara itu. Kebijakan itu memicu kekhawatiran di Asia bahwa akan ada lebih banyak tindakan proteksionis yang diterapkan Washington di masa depan.
Dari semua janji-janji kampanye Trump, kebijakan-kebijakannya di bidang perdagangan selama setahun pertama menjabat ternyata tidak seburuk yang dikhawatirkan banyak negara, paling tidak hingga saat ini.
“Kejadian ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump saat ini memang sedang mulai membuat langkah-langkah pembatasan perdagangan dengan alasan mewujudkan janji-janji yang dibuat selama kampanye pemilihan presiden,” ujar Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di kantor konsultan global Oxford Economics, sebagaimana dilansir dari Reuters.
“Langkah ini bisa jadi hanya permulaan dari banyak langkah [proteksionis] selanjutnya,” ujar Kuijs. Ia memperkirakan impor aluminium dan baja sudah masuk dalam daftar pembatasan Washington selanjutnya.
Sikap AS menjadi halangan bagi perdagangan dunia yang saat ini sedang bangkit dan diharapkan dapat ikut menciptakan perekonomian dunia yang lebih baik. Namun, setidaknya ekonom percaya bahwa AS akan menghindari tindakan yang dapat mempengaruhi rantai pasokan global perusahaan-perusahaan AS, terutama untuk mobil dan barang elektronik.
Pengenaan tarif pada impor mesin cuci mengguncang perusahaan elektronik Korea Selatan Samsung Electronics dan LG Electronics.
Secara gabungan, kedua perusahaan mengirim sekitar 2,5 juta sampai 3 juta mesin cuci setiap tahunnya ke AS, dengan nilai penjualan sekitar $1 miliar (Rp 13,3 triliun). Mereka menguasai seperempat pangsa pasar AS yang selama ini didominasi oleh Whirlpool dan General Electric.
Menteri perdagangan Korea Selatan, Kim Hyun-chong, mengatakan penetapan tarif AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“AS telah memilih tindakan yang mengedepankan kepentingan politik ketimbang standar internasional,” kata Kim dalam pertemuan pelaku industri.
“Pemerintah [Korea Selatan] akan secara aktif merespons perkembangan tindakan protektif tersebut untuk melindungi kepentingan nasional,” tambahnya.
China, yang merupakan produsen panel surya terbesar di dunia, menyebut tindakan ini sebagai ‘aksi berlebihan’ yang akan mengganggu situasi perdagangan dunia untuk produk yang terdampak.
“Keputusan AS ini … adalah penyalahgunaan kebijakan perdagangan, dan China menyatakan ketidakpuasan yang mendalam mengenai hal ini,” kata Wang Hejun, kepala Biro Investigasi Perdagangan dan Kebijakan dalam sebuah pernyataan di akun microblog-nya.
“China akan bekerja sama dengan anggota WTO untuk secara tegas mempertahankan kepentingannya yang sah dari keputusan AS yang salah itu,” ujarnya.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China mengatakan proyeksi ekspansi bisnis perusahaan-perusahaan panel surya ke luar negeri tidak terlalu menggembirakan karena adanya sentimen proteksionisme yang menjadikan panel surya China sebagai target utama penyelidikan perdagangan global.
China tetap mendorong perusahaan untuk membangun pabrik dan mengembangkan bisnisnya di luar negeri pada waktu dan dengan skala yang tepat, tulis kementerian dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan-perusahaan itu, lanjutnya, harus menyelesaikan perselisihan perdagangan dengan baik melalui kerja sama dengan otoritas negara terkait.
Meksiko mengatakan akan menggunakan upaya hukum untuk memastikan Washington memenuhi kewajiban internasionalnya.
India baru-baru ini membuka kembali perselisihan dengan AS dan menuduh Washington telah gagal mematuhi putusan tentang tenaga surya.
Vietnam juga telah menggugat tindakan anti-dumping AS terhadap ekspor fillet ikannya, menurut laporan WTO.
(prm) Next Article AS Kenakan Bea Masuk 30% untuk Sel Surya dan Mesin Cuci
Dari semua janji-janji kampanye Trump, kebijakan-kebijakannya di bidang perdagangan selama setahun pertama menjabat ternyata tidak seburuk yang dikhawatirkan banyak negara, paling tidak hingga saat ini.
“Kejadian ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump saat ini memang sedang mulai membuat langkah-langkah pembatasan perdagangan dengan alasan mewujudkan janji-janji yang dibuat selama kampanye pemilihan presiden,” ujar Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di kantor konsultan global Oxford Economics, sebagaimana dilansir dari Reuters.
Sikap AS menjadi halangan bagi perdagangan dunia yang saat ini sedang bangkit dan diharapkan dapat ikut menciptakan perekonomian dunia yang lebih baik. Namun, setidaknya ekonom percaya bahwa AS akan menghindari tindakan yang dapat mempengaruhi rantai pasokan global perusahaan-perusahaan AS, terutama untuk mobil dan barang elektronik.
Pengenaan tarif pada impor mesin cuci mengguncang perusahaan elektronik Korea Selatan Samsung Electronics dan LG Electronics.
Secara gabungan, kedua perusahaan mengirim sekitar 2,5 juta sampai 3 juta mesin cuci setiap tahunnya ke AS, dengan nilai penjualan sekitar $1 miliar (Rp 13,3 triliun). Mereka menguasai seperempat pangsa pasar AS yang selama ini didominasi oleh Whirlpool dan General Electric.
Menteri perdagangan Korea Selatan, Kim Hyun-chong, mengatakan penetapan tarif AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“AS telah memilih tindakan yang mengedepankan kepentingan politik ketimbang standar internasional,” kata Kim dalam pertemuan pelaku industri.
“Pemerintah [Korea Selatan] akan secara aktif merespons perkembangan tindakan protektif tersebut untuk melindungi kepentingan nasional,” tambahnya.
China, yang merupakan produsen panel surya terbesar di dunia, menyebut tindakan ini sebagai ‘aksi berlebihan’ yang akan mengganggu situasi perdagangan dunia untuk produk yang terdampak.
“Keputusan AS ini … adalah penyalahgunaan kebijakan perdagangan, dan China menyatakan ketidakpuasan yang mendalam mengenai hal ini,” kata Wang Hejun, kepala Biro Investigasi Perdagangan dan Kebijakan dalam sebuah pernyataan di akun microblog-nya.
“China akan bekerja sama dengan anggota WTO untuk secara tegas mempertahankan kepentingannya yang sah dari keputusan AS yang salah itu,” ujarnya.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China mengatakan proyeksi ekspansi bisnis perusahaan-perusahaan panel surya ke luar negeri tidak terlalu menggembirakan karena adanya sentimen proteksionisme yang menjadikan panel surya China sebagai target utama penyelidikan perdagangan global.
China tetap mendorong perusahaan untuk membangun pabrik dan mengembangkan bisnisnya di luar negeri pada waktu dan dengan skala yang tepat, tulis kementerian dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan-perusahaan itu, lanjutnya, harus menyelesaikan perselisihan perdagangan dengan baik melalui kerja sama dengan otoritas negara terkait.
Meksiko mengatakan akan menggunakan upaya hukum untuk memastikan Washington memenuhi kewajiban internasionalnya.
India baru-baru ini membuka kembali perselisihan dengan AS dan menuduh Washington telah gagal mematuhi putusan tentang tenaga surya.
Vietnam juga telah menggugat tindakan anti-dumping AS terhadap ekspor fillet ikannya, menurut laporan WTO.
(prm) Next Article AS Kenakan Bea Masuk 30% untuk Sel Surya dan Mesin Cuci
Most Popular