
Perang Dagang Lukai Dolar Australia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2018 15:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Australia bergerak menguat. Dolar Australia memang sedang melemah terhadap mata uang dunia, seiring isu perang dagang yang semakin mengemuka.
Pada Senin (19/3/2018) pukul 15.10 WIB, dolar Australia di pasar spot diperdagangkan di Rp 10.591,4/AU$. Menguat 0,09% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Dolar Australia memang sedang dalam tren melemah. Terhadap dolar AS, mata uang ini terdepresasi hingga lebih dari 2% selama sebulan terakhir.
Investor sedang mencemaskan potensi perang dagang dalam skala global. Setelah AS resmi menerapkan bea masuk 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium, kini muncul potensi perang dagang baru.
Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar senilai US$ 60 miliar barang-barang impor dari China. Barang-barang yang akan dikenakan bea masuk tersebut adalah yang terkait dengan sektor teknologi, telekomunikasi, dan pakaian.
Langkah ini diambil guna 'menghukum' China atas pencuriaan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh korporasi asal AS. Tak sampai disitu, pemerintahan Trump juga dikabarkan berniat membatasi investasi oleh perusahaan-perusahaan asal China di AS.
Bila kebijakan ini terwujud, maka akan menjadi pukulan berat bagi perdagangan dunia. Meski AS menargetkan produk-produk made in China, tetapi produk tersebut bukan tidak mungkin menggunakan bahan baku dari berbagai negara.
Ketika produk China sulit masuk AS, maka permintaannya akan menurun sehingga produksinya pun terganggu. Hambatan produksi juga menghambat pasokan bahan baku. Maka yang terjadi adalah distrupsi di rantai pasok dunia (global supply chain).
Oleh karena itu, mata uang negara-negara yang kemungkinan terdampak terhadap perang global ini tidak menjadi pilihan investor. Mata uang negara-negara eksportir seperti won Korea Selatan, dolar Taiwan, sampai dolar Australia menjadi korban.
China merupakan mitra dagang yang penting. Pada 2017, China merupakan negara tujuan ekspor teratas dengan nilai AU$ 110,4 miliar atau 29,6% dari total ekspor.
Berikut adalah 10 besar negara tujuan ekspor utama Negeri Kanguru:
austrade.gov.au
Ketika terjadi gangguan produksi di China, maka akan mengambat pula ekspor Australia ke negara tersebut. Gangguan di China akan sangat signifikan, karena negara ini adalah mitra dagang terpenting bagi Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Pada Senin (19/3/2018) pukul 15.10 WIB, dolar Australia di pasar spot diperdagangkan di Rp 10.591,4/AU$. Menguat 0,09% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
![]() |
![]() |
Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar senilai US$ 60 miliar barang-barang impor dari China. Barang-barang yang akan dikenakan bea masuk tersebut adalah yang terkait dengan sektor teknologi, telekomunikasi, dan pakaian.
Langkah ini diambil guna 'menghukum' China atas pencuriaan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh korporasi asal AS. Tak sampai disitu, pemerintahan Trump juga dikabarkan berniat membatasi investasi oleh perusahaan-perusahaan asal China di AS.
Bila kebijakan ini terwujud, maka akan menjadi pukulan berat bagi perdagangan dunia. Meski AS menargetkan produk-produk made in China, tetapi produk tersebut bukan tidak mungkin menggunakan bahan baku dari berbagai negara.
Ketika produk China sulit masuk AS, maka permintaannya akan menurun sehingga produksinya pun terganggu. Hambatan produksi juga menghambat pasokan bahan baku. Maka yang terjadi adalah distrupsi di rantai pasok dunia (global supply chain).
Oleh karena itu, mata uang negara-negara yang kemungkinan terdampak terhadap perang global ini tidak menjadi pilihan investor. Mata uang negara-negara eksportir seperti won Korea Selatan, dolar Taiwan, sampai dolar Australia menjadi korban.
China merupakan mitra dagang yang penting. Pada 2017, China merupakan negara tujuan ekspor teratas dengan nilai AU$ 110,4 miliar atau 29,6% dari total ekspor.
Berikut adalah 10 besar negara tujuan ekspor utama Negeri Kanguru:
Negara | Nilai (AU$) | Pangsa (%) |
China | 110,4 | 29,6 |
Jepang | 44,6 | 12 |
Korea Selatan | 22,8 | 6,1 |
AS | 20,8 | 5,6 |
India | 19,2 | 5,1 |
Hong Kong | 15,8 | 4,2 |
Selandia Baru | 14 | 3,8 |
Inggris | 12,6 | 3,4 |
Singapura | 11,2 | 3 |
Taiwan | 10 | 2,7 |
Ketika terjadi gangguan produksi di China, maka akan mengambat pula ekspor Australia ke negara tersebut. Gangguan di China akan sangat signifikan, karena negara ini adalah mitra dagang terpenting bagi Australia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular