
Internasional
Data Facebook Bocor, Mark Zuckerberg Akhirnya Buka Suara
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
22 March 2018 07:47

San Francisco, CNBC Indonesia - Setelah lama bungkam, Chief Executive Facebook Mark Zuckerberg akhirnya buka suara hari Rabu (21/3/2018). Ia mengatakan perusahaannya membuat kesalahan dalam menangani data milik 50 juta penggunanya dan berjanji akan mengambil tindakan yang lebih keras untuk mencegah developer mengakses data sejenis.
Jaringan media sosial terbesar sedunia itu sedang menghadapi pemeriksaan ketat dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Eropa atas tuduhan seorang whistleblower bahwa sebuah perusahaan konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica, telah secara tanpa izin menggunakan informasi dari pengguna Facebook untuk membuat profil pemilih AS. Profil itu kemudian digunakan untuk membantu kampanye Presiden Donald Trump tahun 2016, dilansir dari Reuters.
Zuckerberg, dalam pernyataan publik pertamanya sejak skandal itu terbongkar akhir pekan lalu, mengatakan dalam sebuah post di Facebook bahwa perusahaan "membuat kesalahan, ada lebih banyak hal yang harus dilakukan, dan kami perlu bertindak dan melakukannya."
Ia tidak menjelaskan lebih lanjut kesalahan apa yang dimaksud namun mengatakan media sosia itu berencana melakukan penyelidikan terhadap berbagai aplikasi di platform-nya, melarang developer mengakses data, dan memberi pengguna alat yang dapat membuat mereka dengan lebih mudah menutup akses terhadap data Facebook mereka.
Ia tidak secara gamblang meminta maaf atas penggunaan data tanpa izin itu dan rencananya tidak menunjukkan pengurangan besar terhadap kemampuan pengiklan, yang merupakan sumber kehidupan perusahaan, menggunakan data Facebook.
Saham Facebook menguat setelah pernyataan Zuckerberg itu beredar dan menutup perdagangan hari Rabu dengan kenaikan 0,7%. Perusahaan telah kehilangan US$45 miliar (Rp 617,3 triliun) dari nilai kapitalisasi pasarnya dalam tiga hari terakhir karena investor cemas kegagalan raksasa teknologi melindungi data pribadi pengguna akan membuat takut pengiklan dan menimbulkan pengaturan yang lebih ketat.
(prm) Next Article Facebook Tahu Data Bocor Sejak 2015 Namun Diam Saja
Jaringan media sosial terbesar sedunia itu sedang menghadapi pemeriksaan ketat dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Eropa atas tuduhan seorang whistleblower bahwa sebuah perusahaan konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica, telah secara tanpa izin menggunakan informasi dari pengguna Facebook untuk membuat profil pemilih AS. Profil itu kemudian digunakan untuk membantu kampanye Presiden Donald Trump tahun 2016, dilansir dari Reuters.
Zuckerberg, dalam pernyataan publik pertamanya sejak skandal itu terbongkar akhir pekan lalu, mengatakan dalam sebuah post di Facebook bahwa perusahaan "membuat kesalahan, ada lebih banyak hal yang harus dilakukan, dan kami perlu bertindak dan melakukannya."
Ia tidak secara gamblang meminta maaf atas penggunaan data tanpa izin itu dan rencananya tidak menunjukkan pengurangan besar terhadap kemampuan pengiklan, yang merupakan sumber kehidupan perusahaan, menggunakan data Facebook.
Saham Facebook menguat setelah pernyataan Zuckerberg itu beredar dan menutup perdagangan hari Rabu dengan kenaikan 0,7%. Perusahaan telah kehilangan US$45 miliar (Rp 617,3 triliun) dari nilai kapitalisasi pasarnya dalam tiga hari terakhir karena investor cemas kegagalan raksasa teknologi melindungi data pribadi pengguna akan membuat takut pengiklan dan menimbulkan pengaturan yang lebih ketat.
(prm) Next Article Facebook Tahu Data Bocor Sejak 2015 Namun Diam Saja
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular