Internasional

Ada Juga Misi Rahasia Facebook dengan Dokter dan Rumah Sakit

Rehiya Sebayang, CNBC Indonesia
06 April 2018 11:30
Facebook telah meminta beberapa rumah sakit besar AS untuk membagikan data rahasia pasiennya.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Jakarta, CNBC Indonesia - Facebook telah meminta beberapa rumah sakit besar AS untuk membagikan data rahasia pasiennya, seperti informasi mengenai riwayat penyakit dan daftar obat-obatan yang di konsumsi pasien. Hal ini untuk kepentingan proyek penelitian yang sedang di usulkan.

Facebook bermaksud mencocokkan data tersebut dengan data pengguna platformnya yang telah dikumpulkannya, yang ditujukan untuk membantu pihak rumah sakit menemukan pasien mana saja yang mungkin membutuhkan perhatian atau perawatan khusus.

Dilansir dari CNBC International, Jumat (6/4/2018) proposal tersebut masih terus dalam tahap perencanaan dan sedang ditunda pelaksanaannya akibat mencuatnya skandal penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica yang memicu pertanyaan dari berbagai pihak mengenai bagaimana Facebook dan pihak lainnya dalam mengumpulkan dan menggunakan data tersebut.

"Pekerjaan ini belum melewati tahap perencanaan dan kami belum menerima, membagikan, maupun menganalisis data siapapun," ujar juru bicara Facebook kepada CNBC.

Baru beberapa bulan lalu perusahaan melakukan pembicaraan dengan beberapa organisasi kesehatan seperti Stanford Medical School dan American College of Cardiology, mengenai penandatanganan kesepakatan pembagian data.

Dalam kesepakatan pembagian data tersebut, disebutkan informasi identitas pribadi seperti nama pasien, akan disembunyikan dalam penggunaannya. Facebook mengusulkan penggunaan teknik ilmu komputer biasa yang disebut 'hashing' untuk mencocokkan data pasien mana saja yang ada di platform maupun di rumah sakit. Facebook mengatakan data tersebut hanya akan digunakan untuk penelitian yang dilakukan oleh komunitas medis.

Proyek ini memunculkan kekhawatiran baru terkait banyaknya jumlah data yang dikumpulkan Facebook dari penggunanya dan bagaimana data ini digunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan.

Masalah ini mulai ribut diperbincangkan sejak awal Maret lalu saat The Observer dan The New York Times mengabarkan mengenai penyalahgunaan 50 juta data pengguna Facebook oleh badan analisis politik asal Inggris yang membantu kampanye pemilu presiden AS, Donald Trump, pada tahun 2016.

Kemarin, Facebook mengklarifikasi dan mengatakan ada sebanyak 87 juta data yang disalahgunakan. Facebook telah menyatakan melakukan perubahan kebijakan dan aturan privasi di platformnya sebagai tanggapan atas masalah tersebut. Mulai Senin Facebook akan merilis alat di platformnya, yang memungkinkan pengguna untuk melihat aplikasi mana saja yang menyimpan data pengguna dan mereka bisa menghapusnya.


(dru) Next Article Facebook Tahu Data Bocor Sejak 2015 Namun Diam Saja

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular