
Pendiri WhatsApp Serukan Hapus Akun Facebook
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
21 March 2018 14:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah-tengah skandal penyalahgunaan data 50 juta pengguna Facebook oleh lembaga konsultan politik Cambridge Analytica, co-founder WhatsApp Brian Acton menyerukan kepada pengikut (follower) akun Twitter-nya untuk menghapus akun Facebook.
"Ini waktunya. #deletefacebook," tulisnya di platform media sosial itu, dilansir dari CNBC International.
Acton memiliki hampir 21.000 pengikut di Twitter.
Facebook mengakuisisi WhatsApp senilai US$19 miliar (Rp 261,4 triliun) tahun 2014. Acton tetap bekerja untuk WhatsApp selama beberapa tahun sebelum keluar dan memulai Signal Foundation awal tahun ini.
Co-founder WhatsApp lainnya, Jan Koum, masih memimpin perusahaan dan berada di jajaran direksi Facebook.
Acton juga sempat melamar kerja di Facebook tahun 2009 dan membagi soal penolakan yang diterimanya di Twitter.
"Facebook menolak saya. Ini adalah kesempatan yang besar dapat terhubung dengan beberapa orang hebat. Menantikan petualangan hidup selanjutnya," tulisnya.
Facebook sedang menjadi sorotan minggu ini setelah beberapa pemberitaan muncul dan menyebut Cambridge Analytica mengakses data 50 juta pengguna media sosial itu tanpa izin.
Cambridge Analytica memperoleh data itu dari pembuat sebuah kuis yang diikuti oleh 270.000 pengguna Facebook. Pembuat tes itu meneruskan datanya kepada Cambridge Analytica dan melanggar aturan platform Facebook. Raksasa media sosial itu telah mengetahui soal kebocoran data tersebut tahun 2015 namun tidak mengungkapkan apapun kepada publik hingga surat kabar AS The New York Times dan koran Inggris Observer melaporkannya akhir pekan lalu.
Cambridge Analytica didanai sebagian besar oleh Robert Mercer, salah seorang donatur Presiden AS Donald Trump. Perusahaan membantu Trump menyiapkan target iklan politik pada masa kampanye, namun membantah menggunakan data tersebut dalam prosesnya.
CEO Facebook Mark Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg masih belum memberikan pernyataan apapun. Sikap mereka itu menimbulkan lebih banyak kritik dari para analis dan investor dan mereka yang menginginkan regulasi yang lebih ketat terhadap raksasa teknologi.
(prm) Next Article Pendiri WhatsApp Mundur dari Facebook
"Ini waktunya. #deletefacebook," tulisnya di platform media sosial itu, dilansir dari CNBC International.
![]() |
Facebook mengakuisisi WhatsApp senilai US$19 miliar (Rp 261,4 triliun) tahun 2014. Acton tetap bekerja untuk WhatsApp selama beberapa tahun sebelum keluar dan memulai Signal Foundation awal tahun ini.
Acton juga sempat melamar kerja di Facebook tahun 2009 dan membagi soal penolakan yang diterimanya di Twitter.
"Facebook menolak saya. Ini adalah kesempatan yang besar dapat terhubung dengan beberapa orang hebat. Menantikan petualangan hidup selanjutnya," tulisnya.
![]() |
Cambridge Analytica memperoleh data itu dari pembuat sebuah kuis yang diikuti oleh 270.000 pengguna Facebook. Pembuat tes itu meneruskan datanya kepada Cambridge Analytica dan melanggar aturan platform Facebook. Raksasa media sosial itu telah mengetahui soal kebocoran data tersebut tahun 2015 namun tidak mengungkapkan apapun kepada publik hingga surat kabar AS The New York Times dan koran Inggris Observer melaporkannya akhir pekan lalu.
Cambridge Analytica didanai sebagian besar oleh Robert Mercer, salah seorang donatur Presiden AS Donald Trump. Perusahaan membantu Trump menyiapkan target iklan politik pada masa kampanye, namun membantah menggunakan data tersebut dalam prosesnya.
CEO Facebook Mark Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg masih belum memberikan pernyataan apapun. Sikap mereka itu menimbulkan lebih banyak kritik dari para analis dan investor dan mereka yang menginginkan regulasi yang lebih ketat terhadap raksasa teknologi.
(prm) Next Article Pendiri WhatsApp Mundur dari Facebook
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular