
Internasional
Hati-hati Ikut Tes Online, Data Jutaan Akun Facebook Dicuri
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
18 March 2018 12:55

Washington, CNBC Indonesia - Facebook men-suspend akun Cambridge Analytica yang dilaporkan mengambil data profil jutaan pemilih di Amerika Serikat (AS) tanpa seizin mereka.
Cambridge Analytica adalah perusahaan analisis data yang disewa Presiden AS Donald Trump selama masa kampanye pemilihan presiden tahun 2016.
Menurut pemberitaan koran AS The New York Times dan surat kabar Inggris Observer, perusahaan itu telah mencuri informasi dari data profil 50 juta pengguna Facebook untuk membantu mereka mendesain piranti lunak (software) yang dapat memprediksi dan memengaruhi pilihan para pemilih pada saat pemungutan suara pemilu, dilansir dari AFP, Minggu (18/3/2018).
Facebook juga men-suspend akun organisasi induk Cambridge Analytica, Strategic Communication Laboratories, termasuk akun psikolog Universitas Cambridge Aleksandr Kogan dan Christopher Wylie, seorang ahli analisa data yang bekerja bersama Kogan.
Wylie adalah orang yang pertama kali mengungkapkan hal ini kepada publik (whistleblower).
"Kami menggunakan Facebook untuk mengumpulkan profil jutaan orang. Dan membangun model yang dapat mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menargetkan kebencian dalam hati mereka. Itu adalah dasar dari mengapa perusahaan ini dibangun," ujarnya kepada Observer yang dikutip AFP.
Cambridge Analytica diketahui dibiayai hingga US$15 juta (Rp 206,3 miliar) oleh miliuner AS Robert Mercer yang juga seorang donor besar untuk Partai Republik, partai penyokong Trump.
Observer melaporkan perusahaan itu dipimpin oleh Steve Bannon, seorang penasihat Trump sebelum dipecat tahun lalu, pada masa kampanye itu.
"Di tahun 2015, kami mengetahui bahwa ... Kogan telah berbohong pada kami dan melanggar Kebijakan Platform kami dengan meneruskan data dari sebuah aplikasi yang menggunakan data login Facebook kepada SCL/Cambridge Analytica, sebuah firma yang bergerak di bidang politik, pemerintahan, dan militer di seluruh dunia," tulis Facebook dalam sebuah post hari Jumat (16/3/2018) malam waktu setempat.
Aplikasi buatan Kogan, thisisyourdigitallife, menawarkan tes prediksi kepribadian dan menjelaskan dirinya di Facebook sebagai sebuah aplikasi riset yang digunakan para psikolog.
Sekitar 270.000 orang mengunduh aplikasi itu dan secara otomatis membuka akses informasi, seperti kota tempat mereka tinggal dan konten yang baru saja mereka "like", untuk Kogan.
"Namun, aplikasi itu juga mengumpulkan informasi teman Facebook para penggunanya dan menyebabkan adanya akumulasi data dari puluhan juta pengguna," Observer melaporkan.
Akan tetapi, Facebook kemudian menampik klaim pencurian data itu dan mengeluarkan pernyataan baru hari Sabtu yang menyatakan penyalahgunaan data terbatas hanya pada mereka yang mengikuti tes di aplikasi tersebut.
"Orang-orang secara sadar memberikan data mereka, tidak ada sistem yang disusupi dan tidak ada password atau material sensitif yang dicuri atau diretas," kata wakil presiden Facebook Paul Grewal dalam pernyataan itu.
Sementara itu, Cambridge Analytica mengatakan sedang berkomunikasi dengan Facebook untuk menyelesaikan masalah itu secepatnya. Perusahaan itu menyalahkan Kogan atas penyalahgunaan data itu dan mengaku telah menghapus data yang mereka dapat dari perusahaan Kogan, Global Science Research (GSR).
"Tidak ada data dari GSR yang digunakan Cambridge Analytica dalam pekerjaan yang dilakukan untuk kampanye pilpres Donald Trump tahun 2016," ujar perusahaan.
Namun, The New York Times melaporkan salinan data yang dikumpulkan untuk Cambridge Analytica masih tersedia secara online dan bahwa tim koran tersebut telah melihat beberapa data mentahnya.
(prm) Next Article Banyak Skandal, Ini Resolusi Bos Facebook di 2019
Cambridge Analytica adalah perusahaan analisis data yang disewa Presiden AS Donald Trump selama masa kampanye pemilihan presiden tahun 2016.
Menurut pemberitaan koran AS The New York Times dan surat kabar Inggris Observer, perusahaan itu telah mencuri informasi dari data profil 50 juta pengguna Facebook untuk membantu mereka mendesain piranti lunak (software) yang dapat memprediksi dan memengaruhi pilihan para pemilih pada saat pemungutan suara pemilu, dilansir dari AFP, Minggu (18/3/2018).
Wylie adalah orang yang pertama kali mengungkapkan hal ini kepada publik (whistleblower).
"Kami menggunakan Facebook untuk mengumpulkan profil jutaan orang. Dan membangun model yang dapat mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menargetkan kebencian dalam hati mereka. Itu adalah dasar dari mengapa perusahaan ini dibangun," ujarnya kepada Observer yang dikutip AFP.
Cambridge Analytica diketahui dibiayai hingga US$15 juta (Rp 206,3 miliar) oleh miliuner AS Robert Mercer yang juga seorang donor besar untuk Partai Republik, partai penyokong Trump.
Observer melaporkan perusahaan itu dipimpin oleh Steve Bannon, seorang penasihat Trump sebelum dipecat tahun lalu, pada masa kampanye itu.
"Di tahun 2015, kami mengetahui bahwa ... Kogan telah berbohong pada kami dan melanggar Kebijakan Platform kami dengan meneruskan data dari sebuah aplikasi yang menggunakan data login Facebook kepada SCL/Cambridge Analytica, sebuah firma yang bergerak di bidang politik, pemerintahan, dan militer di seluruh dunia," tulis Facebook dalam sebuah post hari Jumat (16/3/2018) malam waktu setempat.
Aplikasi buatan Kogan, thisisyourdigitallife, menawarkan tes prediksi kepribadian dan menjelaskan dirinya di Facebook sebagai sebuah aplikasi riset yang digunakan para psikolog.
Sekitar 270.000 orang mengunduh aplikasi itu dan secara otomatis membuka akses informasi, seperti kota tempat mereka tinggal dan konten yang baru saja mereka "like", untuk Kogan.
"Namun, aplikasi itu juga mengumpulkan informasi teman Facebook para penggunanya dan menyebabkan adanya akumulasi data dari puluhan juta pengguna," Observer melaporkan.
Akan tetapi, Facebook kemudian menampik klaim pencurian data itu dan mengeluarkan pernyataan baru hari Sabtu yang menyatakan penyalahgunaan data terbatas hanya pada mereka yang mengikuti tes di aplikasi tersebut.
"Orang-orang secara sadar memberikan data mereka, tidak ada sistem yang disusupi dan tidak ada password atau material sensitif yang dicuri atau diretas," kata wakil presiden Facebook Paul Grewal dalam pernyataan itu.
Sementara itu, Cambridge Analytica mengatakan sedang berkomunikasi dengan Facebook untuk menyelesaikan masalah itu secepatnya. Perusahaan itu menyalahkan Kogan atas penyalahgunaan data itu dan mengaku telah menghapus data yang mereka dapat dari perusahaan Kogan, Global Science Research (GSR).
"Tidak ada data dari GSR yang digunakan Cambridge Analytica dalam pekerjaan yang dilakukan untuk kampanye pilpres Donald Trump tahun 2016," ujar perusahaan.
Namun, The New York Times melaporkan salinan data yang dikumpulkan untuk Cambridge Analytica masih tersedia secara online dan bahwa tim koran tersebut telah melihat beberapa data mentahnya.
(prm) Next Article Banyak Skandal, Ini Resolusi Bos Facebook di 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular