Internasional

CEO Cambridge Analytica Klaim Terlibat dalam Pilpres AS

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 March 2018 12:10
Dalam sebuah video yang direkam secara rahasia, CEO Cambridge Analytica mengaku memengaruhi pemilu-pemilu di luar negeri.
Foto: Reuters
London, CNBC Indonesia - Chief Executive Cambridge Analytica yang dicopot sementara dari jabatannya, mengatakan lembaga konsultasi politiknya yang berbasis di Inggris itu turut berperan dalam kemenangan Presiden Donald Trump dalam pemilu tahun 2016 lalu. Hal itu diungkapkannya dalam sebuah video yang direkam secara rahasia dan disiarkan hari Selasa (20/3/2018).

Pendapatnya, yang belum dapat diverifikasi itu, bisa menjadi masalah bagi Facebook Inc ke depannya ketika perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu kini tengah disorot oleh anggota parlemen di Amerika Serikat dan Eropa, dilansir dari Reuters.

Facebook menjadi perhatian regulator karena masalah penyalahgunaan 50 juta data pribadi pengguna platform tersebut oleh Cambridge Analytica, yang ditujukan untuk menggaet pemilih dalam pilpres AS.

Saham media sosial itu ditutup turun 2,5%, yang merupakan penurunan kedua dalam dua hari berturut-turut, karena investor khawatir permasalahan yang tengah melanda Facebook akan mempengaruhi reputasi perusahaan, menghalangi pengiklan, dan menyebabkan regulasi diperketat.

Perusahaan telah kehilangan US$60 miliar (Rp 825,3 triliun) kapitalisasi pasarnya dalam dua hari.

Jajaran direksi Cambridge Analytica men-suspend CEO Alexander Nix pada hari Selasa, sesaat sebelum televisi Inggris, Channel 4, mengekspos video mengenai cara kerja perusahaan.

Dalam program tersebut Nix memaparkan praktik ilegal yang digunakan untuk memengaruhi pemilu-pemilu di luar negeri dan mengatakan perusahaannya melakukan seluruh riset, analisis, dan menargetkan pemilih untuk kampanye TV dan digital Presiden AS Donald Trump. Ia juga mengaku pernah bertemu Trump 'beberapa kali' saat ia masih menjadi kandidat untuk presiden dari partai Republik.

Pengakuan Nix "tidak mewakili nilai atau cara kerja perusahaan, dan pemberhentian sementaranya menandakan keseriusan kami menangani pelanggaran ini," ujar Cambridge Analytica dalam sebuah pernyataan hari Selasa.

Cambridge Analytica telah membantah semua laporan media terkait penyalahgunaan data itu dan mengklaim telah menghapus semua data terkait setelah mengetahui data tersebut tidak sejalan dengan aturan perlindungan data.

Brad Parscale, penasihat digital utama dalam kampanye Trump pada tahun 2016, yang juga sering berhubungan dengan Cambridge Analytica, belum memberikan tanggapan apapun terkait pengakuan Nix.


Hukum di AS melarang keterlibatan pihak asing untuk berkontribusi atau mendanai kepentingan kampanye pemilihan presiden AS, namun penggunaan jasa Cambridge Analytica untuk kepentingan kampanye Trump bukanlah tindakan ilegal. Hal itu disampaikan oleh Bradley Smith, mantan anggota partai Republik yang tergabung dalam Komisi Pemilihan Federal AS.

"Faktanya perusahaan Inggris itu tidak menambahkan apapun ke dalam analisnya, kecuali mereka memberikan jasa secara gratis atau dibayar dibawah harga pasaran," ujar Smith, yang sekarang menjadi profesor di Capital University Law School di Ohio, AS.
(prm) Next Article Cambridge Analytica, Dari Iklan Hingga Curi Data Facebook

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular