
Target Energi Baru 23% di 2025 Dinilai Tak Akan Tercapai
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
19 March 2018 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia- Lembaga riset The International Institute for Sustainable Development (IISD) menilai target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23% di 2025 dinilai tidak akan tercapai.
Hasil riset yang dipimpin oleh Richard Bridle ini menyebut sejak 2007 Indonesia masih mengandalkan batu bara sebagai sumber listriknya, sementara porsi energi baru dan terbarukan tak pernah beranjak dari angka 12%.
"Hasil interview dengan para pakar dan responden juga tidak ada yang meyakini bisa terpenuhi target 23% di 2025. Ini semestinya jadi alarm bagi pemerintah, Indonesia harus mulai mengubah kebijakannya jika masih ingin memenuhi target ini dan benar-benar menghindari ketergantungan pada batu bara dalam puluhan tahun mendatang," kata Richard sebagaimana tertuang dalam riset tertulisnya kepada CNBC Indonesia, Senin (19/3/2018).
Ia memaparkan risetnya menemukan pertumbuhan pembangunan pembangkit energi baru tertinggi terjadi di 2014, di mana mencapai hingga 7%. Dengan tren pengembangan eksplorasi lapangan energi baru saat ini dan segala hambatannya, diperkirakan hingga 2025 porsi bauran energi hanya sekitar 12%, jauh di bawah target.
Setidaknya terdapat 4 penyebab sulitnya porsi energi baru ini bertambah, yakni soal harga jual listrik, regulasi yang inkonsisten dan berubah-ubah, kebijakan yang tidak supportif terhadap pengembang atau investor energi baru, adanya konflik kepentingan di tubuh PLN.
Dan hambatan finalnya adalah peran dan dukungan para pemangku kepentingan lintas sektor. IISD menilai selama ini tidak ada ketegasan dari para pejabat soal pengembangan energi baru, sikapnya sebatas mendukung tapi tidak terlibat secara konkrit atau lebih cenderung moderat.
(gus/gus) Next Article Pengembangan Energi Baru di 2018 Mandek, 2019 Suram
Hasil riset yang dipimpin oleh Richard Bridle ini menyebut sejak 2007 Indonesia masih mengandalkan batu bara sebagai sumber listriknya, sementara porsi energi baru dan terbarukan tak pernah beranjak dari angka 12%.
Ia memaparkan risetnya menemukan pertumbuhan pembangunan pembangkit energi baru tertinggi terjadi di 2014, di mana mencapai hingga 7%. Dengan tren pengembangan eksplorasi lapangan energi baru saat ini dan segala hambatannya, diperkirakan hingga 2025 porsi bauran energi hanya sekitar 12%, jauh di bawah target.
Setidaknya terdapat 4 penyebab sulitnya porsi energi baru ini bertambah, yakni soal harga jual listrik, regulasi yang inkonsisten dan berubah-ubah, kebijakan yang tidak supportif terhadap pengembang atau investor energi baru, adanya konflik kepentingan di tubuh PLN.
Dan hambatan finalnya adalah peran dan dukungan para pemangku kepentingan lintas sektor. IISD menilai selama ini tidak ada ketegasan dari para pejabat soal pengembangan energi baru, sikapnya sebatas mendukung tapi tidak terlibat secara konkrit atau lebih cenderung moderat.
(gus/gus) Next Article Pengembangan Energi Baru di 2018 Mandek, 2019 Suram
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular