
Uhuk, Target Energi Baru RI Dinilai Cuma Sebatas Mimpi..
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 October 2019 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Target Indonesia untuk menggapai bauran energi baru dan terbarukan 23% di 2025 dinilai hanya sebatas keinginan.
Saat ini, realisasi angka baruan energi baru masih di angka 12,4% dan tak beranjak selama bertahun-tahun. Padahal 2025 tinggal 6 tahun lagi.
"Menurut saya itu hanya keinginan namun tidak disebutkan cara dan strategi. Setelah RUEN itu tidak ada strategi kebijakan yang dibuat pemerintah,"ujar mantan Bos Pertamina sekaligus anggota Bimasena Energy Team Ari Soemarno, Rabu (16/10/2019).
Menurutnya, perlu dilihat dan dikaji kembali soal target tersebut karena akan sulit tercapai. "Buat kebijakan yang komprehensif konsepnya, dasarnya, kebijakan, rencana pencapaian, dan strategi," tambahnya.
Group Chief Economist dari BP Spencer Dale mengatakan ketersediaan sumber daya bisa mendukung percepatan EBT. Yakni melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Pemerintah juga perlu menyediakan skema power purchase agreement (PPA) yang menarik sebagai penjamin kepastian jangka panjang.
Menurutnya insentif bagi negara yang belum mencapai hasil dalam pengembangan EBT sangat penting. "Semisal India dan China, perkembangan tekhnologi mereka bertumbuh. Hingga EBT mampu bersaing dengan batubara," paparnya.
Berdasarkan data terakhir, masih ada 19 proyek EBT Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang belum mendapatkan pendanaan. Sisa 19 proyek itu merupakan update terakhir dari sebelumnya 32 proyek yang belum dapat pendanaan. ESDM memiliki 70 proyek pada 2017 belum dapat mencapai tahap financial close atau pendanaan dari bank.
(gus/gus) Next Article Duh, 19 Proyek EBT Masih Terganjal Urusan Pendanaan
Saat ini, realisasi angka baruan energi baru masih di angka 12,4% dan tak beranjak selama bertahun-tahun. Padahal 2025 tinggal 6 tahun lagi.
Menurutnya, perlu dilihat dan dikaji kembali soal target tersebut karena akan sulit tercapai. "Buat kebijakan yang komprehensif konsepnya, dasarnya, kebijakan, rencana pencapaian, dan strategi," tambahnya.
Group Chief Economist dari BP Spencer Dale mengatakan ketersediaan sumber daya bisa mendukung percepatan EBT. Yakni melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Pemerintah juga perlu menyediakan skema power purchase agreement (PPA) yang menarik sebagai penjamin kepastian jangka panjang.
Menurutnya insentif bagi negara yang belum mencapai hasil dalam pengembangan EBT sangat penting. "Semisal India dan China, perkembangan tekhnologi mereka bertumbuh. Hingga EBT mampu bersaing dengan batubara," paparnya.
Berdasarkan data terakhir, masih ada 19 proyek EBT Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang belum mendapatkan pendanaan. Sisa 19 proyek itu merupakan update terakhir dari sebelumnya 32 proyek yang belum dapat pendanaan. ESDM memiliki 70 proyek pada 2017 belum dapat mencapai tahap financial close atau pendanaan dari bank.
![]() |
(gus/gus) Next Article Duh, 19 Proyek EBT Masih Terganjal Urusan Pendanaan
Most Popular