Bisakah Energi Baru Jadi Juru Selamat Defisit Dagang RI?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
16 October 2019 10:43
Energi baru terbarukan ditawarkan menjadi solusi defisit neraca dagang, bisakah?
Foto: Infografis/Mobil Listrik Siap Meluncur, Bagaimana Nasib B20 RI?/Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit neraca dagang menjadi salah satu permasalahan ekonomi di republik ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca dagang di bulan September 2019 sebesar US$ 160 juta.

Mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan ini, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) FX Sutijastoto menawarkan energi baru terbarukan (EBT). Biodiesel (B20) salah satu langkah untuk menekan impor.



Menurutnya B20 capaiannya sekitar 97 persen dengan volume 6,6 juta kiloliter. Dari B20 tahun depan akan ditingkatkan menjadi B30. Melalui kebijakan B30 hitungan kementrian ESDM diperlukan setidaknya 9,6 juta kiloliter FAME untuk mendukung B30 di 2020.

"Ini menggantikan BBM yang impor, oleh karena itu B20 kita dorong jadi B30, insyallah kita mulai Januari," ungkapnya di gedung EBTKE, Cikini, Selasa (15/10/2019).



Lalu panas bumi, kata Sutijastoto, memiliki potensi yang cukup besar, namun baru terpakai 4%. Padahal dengan pembangunan ini pengembang ikut turun tangan membangun infrastruktur. Seperti pembangunan jalan, jembatan, hingga pelabuhan. Jika tidak dibangun pengembang maka pemerintahlah yang harus berinvestasi.

"Panas bumi kan tidak tergantung dari harga minyak dunia. Apakah mau naik apa tidak tidak signifikan," terangnya.

Pemanfaatan panas bumi ramah lingkungan. Meski, tambahnya, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) cukup murah, namun dalam jangka panjang biaya lingkungan akan ditanggung oleh masyarakat. "Kalau ini kan ditanggung EBT," paparnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang kembali defisit untuk September kemarin. Neraca dagang Indonesia di September kembali mengalami defisit. Sepanjang September 2019, neraca dagang Indonesia masih mencatatkan defisit sebesar US$ 160 juta.
(gus) Next Article Terpukul Corona, Sederet Proyek Energi Baru RI Molor ke 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular