
Terpukul Corona, Sederet Proyek Energi Baru RI Molor ke 2021
Ratu Rina, CNBC Indonesia
21 April 2020 18:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan (PLT EBT) terhambat seiring dengan semakin masifnya penyebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) semula berusaha mengejar target Energi Baru Terbarukan atau EBT sebesar US$2.3 miliar dan 10,843MW (+6.7% yoy) pada akhir 2020. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencapai target EBT 23% pada 2025.
Direktur Konservasi Energi, DJEBTKE, Kementerian ESDM, Hariyanto, mengatakan beberapa proyek PLT EBT yang sedang dalam tahap konstruksi akan molor. Semula direncanakan kelar di 2020, jadi mundur ke 2021.
"Wabah covid-19 ini memang ada beberapa pergeseran-pergeseran diantaranya adalah sebagai contoh misalnya untuk target di 2020 di panas bumi ada yang sudah estimasi bahwa COD akan bergeser di 2021," kata Hariyanto, dalam Diskusi Media Daring via Zoom dengan topik Dampak Pandemi Covid-19 Pada Sektor Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan di Indonesia, Selasa (21/4/2020).
"Namun demikian, wabah covid-19 ini kan kita semua berharap ini terjadi jangka pendek, nah untuk proyek-proyek EBT ini kita desain proyek jangka menengah, sehingga sampai sekarang ini belum dilakukan pergeseran secara signifikan, tapi ada kemunduran-kemunduran dari beberapa target yang terjadi, diantaranya adalah yang sedang konstruksi dsb," Ujarnya.
Ia juga akan mengevaluasi target investasi di proyek EBT. Pasalnya, terjadi penundaan pencairan dana dari Perbankan karena khawatir terhadap kondisi pandemi covid-19 saat ini yang berdampak pada keberlangsungan proyek.
Deretan Proyek yang Molor
Hariyanto, mengatakan target beberapa proyek PLT EBT yang sedang dalam tahap konstruksi akan mengalami kemunduran. Salah satu proyek yang terancam molor adalah Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sokoria sebesar 5 MW di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Proyek ini semula ditargetkan bisa beroperasi pada Februari 2020, namun kini diperkirakan bergeser menjadi di 2021.
Sementara itu, dua proyek lainnya yaitu PLTP Rantau Dadap sebesar 90 MW, PLTP Sorik Merapi 45 MW masih akan tetap diupayakan untuk dapat beroperasi sesuai jadwal yang ada.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menargetkan tiga PLTP yang akan beroperasi komersial alias Commercial Operation Date (COD). Saat ini, proyek panas bumi tersebut tengah dalam tahapan pembangunan tenaga pembangkit.
Selain itu, proyek APBN pemasangan PLTS atap oleh Kementerian ESDM di 800 titik dengan total anggaran sebesar Rp 175 miliar juga masih akan terus diupayakan.
"Masih dikejar karena pertimbangannya tadi ada masalah logistik, karena didaerah terluar seperti di gunung merapi kemudian di pos jaga TNI itu kan daerahnya sulit dijangkau dan sementara kita tidak tahu wabah covid-19 sampe kapan, secara administrasi proyek APBN harus terhenti pada desember tahun ini, maka kita coba refocusing kepada proyek-proyek yang mungkin masih bisa dijangkau di waktu yang tersisa," lanjut Hariyanto.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak pada penundaan pelaksanaan proyek PLTS yang dimiliki oleh PLN seperti proyek PLTS Bali Barat dan Timur selama tiga hingga 6 bulan dari jadwal semula. kemudian, apelaksanaan lelang proyek-proyek PLTS baru juga mengalami penundaan akibat Covid-19.
"Kalau melihat dari sisi timeline diperkirakan rencana investasi bisa saja berkurang, kalau tertunda diharapkan proyek-proyek itu tetap bisa berjalan tahun depan, tetapi untuk tahun depan bergantung pada persiapan tahun ini, misalnya lelang kalau tahun ini dilakukan maka eksekusi tahun depan, kalau lelang tahun ini mundur maka eksekusi juga tidak bisa tahun depan," kata Fabby.
(gus) Next Article 3 Proyek Panas Bumi 140 MW Gagal Beroperasi Tahun Ini
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) semula berusaha mengejar target Energi Baru Terbarukan atau EBT sebesar US$2.3 miliar dan 10,843MW (+6.7% yoy) pada akhir 2020. Hal ini dilakukan sebagai upaya mencapai target EBT 23% pada 2025.
Direktur Konservasi Energi, DJEBTKE, Kementerian ESDM, Hariyanto, mengatakan beberapa proyek PLT EBT yang sedang dalam tahap konstruksi akan molor. Semula direncanakan kelar di 2020, jadi mundur ke 2021.
"Namun demikian, wabah covid-19 ini kan kita semua berharap ini terjadi jangka pendek, nah untuk proyek-proyek EBT ini kita desain proyek jangka menengah, sehingga sampai sekarang ini belum dilakukan pergeseran secara signifikan, tapi ada kemunduran-kemunduran dari beberapa target yang terjadi, diantaranya adalah yang sedang konstruksi dsb," Ujarnya.
Ia juga akan mengevaluasi target investasi di proyek EBT. Pasalnya, terjadi penundaan pencairan dana dari Perbankan karena khawatir terhadap kondisi pandemi covid-19 saat ini yang berdampak pada keberlangsungan proyek.
Deretan Proyek yang Molor
Hariyanto, mengatakan target beberapa proyek PLT EBT yang sedang dalam tahap konstruksi akan mengalami kemunduran. Salah satu proyek yang terancam molor adalah Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sokoria sebesar 5 MW di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Proyek ini semula ditargetkan bisa beroperasi pada Februari 2020, namun kini diperkirakan bergeser menjadi di 2021.
Sementara itu, dua proyek lainnya yaitu PLTP Rantau Dadap sebesar 90 MW, PLTP Sorik Merapi 45 MW masih akan tetap diupayakan untuk dapat beroperasi sesuai jadwal yang ada.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menargetkan tiga PLTP yang akan beroperasi komersial alias Commercial Operation Date (COD). Saat ini, proyek panas bumi tersebut tengah dalam tahapan pembangunan tenaga pembangkit.
Selain itu, proyek APBN pemasangan PLTS atap oleh Kementerian ESDM di 800 titik dengan total anggaran sebesar Rp 175 miliar juga masih akan terus diupayakan.
"Masih dikejar karena pertimbangannya tadi ada masalah logistik, karena didaerah terluar seperti di gunung merapi kemudian di pos jaga TNI itu kan daerahnya sulit dijangkau dan sementara kita tidak tahu wabah covid-19 sampe kapan, secara administrasi proyek APBN harus terhenti pada desember tahun ini, maka kita coba refocusing kepada proyek-proyek yang mungkin masih bisa dijangkau di waktu yang tersisa," lanjut Hariyanto.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak pada penundaan pelaksanaan proyek PLTS yang dimiliki oleh PLN seperti proyek PLTS Bali Barat dan Timur selama tiga hingga 6 bulan dari jadwal semula. kemudian, apelaksanaan lelang proyek-proyek PLTS baru juga mengalami penundaan akibat Covid-19.
"Kalau melihat dari sisi timeline diperkirakan rencana investasi bisa saja berkurang, kalau tertunda diharapkan proyek-proyek itu tetap bisa berjalan tahun depan, tetapi untuk tahun depan bergantung pada persiapan tahun ini, misalnya lelang kalau tahun ini dilakukan maka eksekusi tahun depan, kalau lelang tahun ini mundur maka eksekusi juga tidak bisa tahun depan," kata Fabby.
(gus) Next Article 3 Proyek Panas Bumi 140 MW Gagal Beroperasi Tahun Ini
Most Popular