
Jokowi Bicara Soal Proteksionisme dan Efeknya ke RI
Arys Aditya, CNBC Indonesia
05 March 2018 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal tren perdagangan global yang mulai protektif, terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana mengenakan bea masuk untuk impor baja dan aluminium.
Rencana tersebut memancing rekan-rekan dagangnya untuk mempersiapkan aksi balasan terhadap berbagai produk asal negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
"Kecenderungan negara tujuan ekspor kita yang menerapkan kebijakan yang protektif, proteksionisme, ... [membuat] kita harus memperkuat daya saing kita," ujar Jokowi di sela-sela sidang kabinet paripurna di Istana Negara hari Senin (5/3/2018).
"Kita harus mencari pasar alternatif, non tradisional, sehingga pasar kita meluas," tambah Presiden yang juga mantan eksportir meubel ini.
Ia juga mengingatkan berbagai risiko yang dapat mengganggu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 dan Rancangan APBN (RAPBN) 2019, yaitu dinamika ekonomi dunia yang sangat dinamis, baik suku bunga, komoditas, arus modal masuk keluar, dan nilai tukar.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergejolak beberapa minggu terakhir karena merespons perkembangan kebijakan yang terjadi di AS, baik mengenai pernyataan Gubernur Federal Reserve mengenai kenaikan suku bunga acuannya yang lebih hawkish tahun ini dan kebijakan dagang protektif Trump.
"Karena itu semua memengaruhi ekonomi kita, daya saing kita. Oleh karena itu, harus betul-betul diantisipasi," kata Jokowi.
(prm/wed) Next Article Pengumuman Kebijakan Bea Impor Baja Trump Bisa Saja Mundur
Rencana tersebut memancing rekan-rekan dagangnya untuk mempersiapkan aksi balasan terhadap berbagai produk asal negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.
"Kecenderungan negara tujuan ekspor kita yang menerapkan kebijakan yang protektif, proteksionisme, ... [membuat] kita harus memperkuat daya saing kita," ujar Jokowi di sela-sela sidang kabinet paripurna di Istana Negara hari Senin (5/3/2018).
Ia juga mengingatkan berbagai risiko yang dapat mengganggu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 dan Rancangan APBN (RAPBN) 2019, yaitu dinamika ekonomi dunia yang sangat dinamis, baik suku bunga, komoditas, arus modal masuk keluar, dan nilai tukar.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergejolak beberapa minggu terakhir karena merespons perkembangan kebijakan yang terjadi di AS, baik mengenai pernyataan Gubernur Federal Reserve mengenai kenaikan suku bunga acuannya yang lebih hawkish tahun ini dan kebijakan dagang protektif Trump.
"Karena itu semua memengaruhi ekonomi kita, daya saing kita. Oleh karena itu, harus betul-betul diantisipasi," kata Jokowi.
(prm/wed) Next Article Pengumuman Kebijakan Bea Impor Baja Trump Bisa Saja Mundur
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular