Newsletter

RI Punya Cukup Senjata, Semoga Bisa Redam Badai dari Amerika

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
03 August 2023 06:00
fitch ratings
Foto: Reuters/Reinhard Krause

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang berjatuhan karena investor khawatir dengan meningkatnya kembali ketidakpastian global setelah peringkat utang AS dipangkas.

Sebelumnya pada Rabu pagi waktu Indonesia, Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

"Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal," tulis Fitch.

Laporan ini ditentang mentah-mentah oleh Gedung Putih. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan ia "sangat" tidak setuju dengan keputusan Fitch. "Sewenang-wenang dan berdasarkan data yang sudah ketinggalan zaman," tegasnya.

"Sekuritas treasury tetap menjadi aset aman dan likuid terkemuka di dunia dan ekonomi Amerika secara fundamental masih kuat," tambahnya.

Jika dilihat lembaga pemeringkat lain, seperti Moody's Investors Service saat ini memberi peringkat AAA pada surat utang AS. Adapun, S&P Global Ratings memberikan peringkat AA+ sejak 2011, saat krisis batas utang terjadi sebelumnya.

Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk di pasar keuangan Indonesia.

Namun, baik Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.

"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia.

Direktur Surat Utang Negara (SUN) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan sejauh ini belum ada pergerakan signifikan dalam pasar SBN. Dia juga menambahkan jika dampak negatif penurunan rating ke pasar Indonesia akan terbatas.

"Sejauh ini belum ada pergerakan signifikan. Tentu harus kita monitor dalam beberapa waktu ke depan," tutur Deni, kepada CNBC Indonesia.

Dia juga menambahkan downgrade surat utang AS tidak akan berpengaruh kepada target penerbitan obligasi pemerintah.
Menurutnya, indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi 'senjata' kuat untuk melawan gejolak eksternal.

Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
'Senjata' ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda.

"Kinerja APBN cukup solid diiringi dengan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah sehingga mengurangi supply risk secara signifikan di pasar SBN. rencana penerbitan SBN hingga tahun 2023 akan relatif on track," ujarnya.

Selain penurunan surat utang AS, sentimen lain yang bisa menggerakkan pasar hari ini adalah data tenaga kerja terbaru di AS.
Data terbaru menunjukkan bahwa sektor tenaga kerja masih cukup kuat dan dapat membuat The Fed belum akan merubah sikap hawkish-nya.

Perusahaan pemrosesan penggajian ADP melaporkan perolehan pekerjaan mencapai 324.000 pada bulan lalu, dengan 201.000 berasal dari pekerjaan perhotelan dan rekreasi. Itu jauh di atas 175.000 tambahan yang diperkirakan ekonomi Dow Jones.

Meski begitu, angka ini lebih rendah dari periode Juni lalu, di mana ada 455.000 lapangan kerja yang tersedia.
Namun, masih ada beberapa data tenaga kerja di AS yang akan dirilis pada pekan ini, sehingga data-data berikutnya akan terus dipantau oleh pasar dan tentunya The Fed.

Adapun data tenaga kerja lainnya yang akan dirilis di sisa pekan ini yakni data klaim pengangguran mingguan dan data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP).

Sementara itu dari perilisan data ekonomi pada hari ini, data aktivitas jasa periode Juli 2023 akan dirilis di beberapa negara seperti Australia, Jepang, China, Uni Eropa, Inggris, dan AS.

Dari Inggris, bank sentral (Bank of England/BoE) pada hari ini akan mengumumkan hasil rapat pertemuan kebijakan moneter terbarunya.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp menjadi 5,25%.
Kenaikan ini mungkin kembali terjadi setelah BoE mengejutkan pasar dengan peningkatan besar-besaran pada Juni lalu.

BoE yang diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuannya kembali hari ini juga disebabkan karena inflasi di Inggris masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%, meski inflasi Juni lalu sudah tampak mereda.

Sebelumnya, inflasi Inggris turun secara signifikan pada Juni 2023 menjadi 7,9% secara tahunan (year-on-year/YoY), sekaligus berada di bawah ekspektasi para ekonom sebesar 8,2% (yoy). Adapun, inflasi pada bulan sebelumnya yakni Mei 2023 mencapai 8,7% (yoy).

Inggris telah mengalami inflasi yang terus-menerus tinggi, yang dapat mengakar dalam perekonomian akibat krisis biaya hidup, kenaikan harga bahan bakar, dan pasar tenaga kerja yang ketat.

Gubernur BoE, Andrew Bailey dan Menteri Keuangan Inggris, Jeremy Hunt mengatakan kepada audiensi di London pada awal Juli lalu bahwa penyelesaian upah yang tinggi merusak upaya mereka untuk menahan inflasi.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular