Newsletter

Amerika Rusak Pesta Warga RI, BI pun Pusing

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 June 2023 06:17
BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
  • Pasar keuangan Tanah Air berhasil cerah setelah pengumuman perubahan status Covid-19 menjadi endemi.
  • Wall Street kembali terkoreksi setelah The Fed mengatakan perlu beberapa kenaikan suku bunga lagi untuk mengekang inflasi.
  • Bank Indonesia (BI) diprediksi akan kembali menahan suku bunga acuannya hari ini dan belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia akhirnya berhasil cerah pada perdagangan Rabu (21/6/2023), di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan pasar obligasi pemerintah RI kompak menguat.

Namun, pasar keuangan RI akan mendapat tekanan berat pada hari ini menyusul perkembangan di Amerika Serikat (AS). Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,63% ke posisi 6.702,63. Padahal pada perdagangan sesi I kemarin, IHSG sempat bergerak di zona merah. Namun di sesi II, IHSG berhasil bangkit dan kembali menyentuh level psikologis 6.700.

Meski menguat, tetapi nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin masih terbilang sepi yakni hanya mencapai sekitaran Rp 8 triliun, dengan melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 280 saham terapresiasi, 240 saham terdepresiasi, dan 218 saham lainnya stagnan.

Investor asing juga masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell), namun jumlahnya berkurang yakni sebesar Rp 61,93 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Di kawasan Asia-Pasifik, terpantau beragam dengan mayoritas melemah. Indeks Straits Times Singapura menjadi yang paling parah koreksinya yakni lebih dari 2%.

Sedangkan dari bursa Asia-Pasifik yang menguat, IHSG menjadi jawaranya.

Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Rabu kemarin.


Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga berhasil ditutup menguat terhadap dolar AS. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di Rp 14.940/US$, menguat 0,37% di pasar spot.

Selain rupiah, beberapa mata uang Asia juga berhasil melawan The Greenback, yakni yuan China, rupee India, peso Filipina, dolar Singapura, dan dolar Taiwan.

Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia melawan dolar AS pada Rabu kemarin.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya berbalik menguat, menandakan bahwa imbal hasil (yield) mengalami penurunan dan tandanya sedang diburu oleh investor.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau turun 2,1 basis poin (bp) menjadi 6,324%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Kemarin, pengumuman perubahan wabah Covid-19 dari pandemi menjadi endemi menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan RI.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin akhirnya mengumumkan akhir dari status pandemi covid-19. Masyarakat mulai kemarin akan memasuki masa endemi setelah merasakan 3 tahun pandemi covid-19.

Jokowi menyatakan keputusan ini mempertimbangkan banyak aspek. Terutama adalah kondisi perkembangan kasus yang semakin mendekati nihil per hari.

"Setelah tiga tahun berjuang hadapi pandemi COVID-19 Sejak hari ini Rabu, 21 Juni 2023 pemerintah cabut status pandemi. Dan kita mulai memasuki masa endemi. Keputusan ini diambil pemerintah dengan mempertimbangkan angka konfirmasi harian COVID-19 mendekati nihil," ujar Jokowi, Rabu (21/6/2023).

Pada sisi lain, hampir seluruh masyarakat juga telah memiliki imunitas yang kuat. Baik dikarenakan sebelumnya sudah terinfeksi maupun dikarenakan vaksinasi.

"Hasil survei menunjukkan 99% masyarakat Indonesia sudah memiliki antibody Covid," papar Jokowi.

Hal ini pun langsung direspons positif oleh pelaku pasar, sehingga IHSG dan rupiah berhasil ditutup bergairah. Dengan dirubahnya status pandemi menjadi endemi, pelaku pasar berharap pemulihan ekonomi dapat lebih cepat dan stabil.

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu kemarin, di mana investor merespons terkait testimoni ketua bank sentral AS yang mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi yang masih cukup tinggi.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,3% ke posisi 33.951,52, S&P 500 terkoreksi 0,52% ke 4.365,69, dan Nasdaq Composite ambles 1,21% menjadi 13.502,2.

Tiga saham raksasa teknologi membebani indeks Nasdaq, yakni saham Tesla yang ambruk 5,46%, kemudian Microsoft yang ambles 1,33%, dan dan Nvidia yang ambrol 1,74%.

Tak hanya tiga saham raksasa teknologi tersebut, saham teknologi lainnya juga terkoreksi, seperti saham Amazon yang melemah 0,76% di sesi penutupan, setelah Komisi Perdagangan Federal AS kemarin menggugat Amazon.

Agensi tersebut menuduh bahwa Amazon membodohi jutaan pembeli untuk mendaftar ke Prime, dan kemudian menghalangi upaya mereka untuk membatalkan.

Saham Alphabet dan Netflix pun juga ambles masing-masing turun lebih dari 2%.

Saham-saham teknologi kembali merana karena sentimen dari antusiasme terkait teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) mulai memudar. Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengisyaratkan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya juga membebani saham-saham teknologi.
Chairman The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga ke depan karena inflasi masih cukup tinggi dan juga masih cukup jauh dari target yang ditetapkan sebesar 2%.

"Tekanan inflasi terus tinggi dan proses menurunkan inflasi menjadi 2% masih jauh," katanya dalam sambutan yang disiapkan untuk dengar pendapat di depan Komite Jasa Keuangan DPR.

Komentar tersebut muncul setelah kesimpulan dari pertemuan pekan lalu ketika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, setelah 10 kali kenaikan berturut-turut.

Tak hanya Powell, para pejabat The Fed juga setuju bahwa ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi di akhir tahun ini.
"Hampir semua peserta FOMC memperkirakan akan tepat untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh pada akhir tahun ini," ujar Powell dihadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS.

Meski begitu, pelaku pasar masih mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga sebesar 25 bp pada Juli mendatang oleh The Fed untuk sisa tahun ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 71,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 28,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.

Di lain sisi, saham ekspedisi FedEx ambles 2,51%, setelah raksasa ekspedisi tersebut membukukan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal terakhir.
Sedangkan saham Winnebago ambrol lebih dari 1%, setelah saham pembuat motor tersebut melewatkan estimasi pendapatan kuartal ketiga.

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang terpantau masih lesu kemarin.
Investor menimbang dari pidato Ketua The Fed, Powell yang mengisyaratkan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya juga membebani saham-saham teknologi.

Pidato Powell kemarin bisa membuat pasar keuangan dalam negeri berbalik arah dari positif pada Rabu kemarin menjadi negatif pada hari ini.
Seperti diketahui, Indonesia mendapat dua suntikan sentimen positif besar dalam dua hari terakhir yakni pengumuman libur panjang serta berakhirnya pandemi.
Dua hal ini seharusnya bisa membuat pasar keuangan Indonesia "berpesta" karena sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi domestik.

Namun, masih besarnya potensi kenaikan suku bunga membuat sentimen positif seperti libur panjang serta berakhirnya pandemi terkubur. 

Powell menegaskan bahwa ke depannya akan banyak kenaikan suku bunga terjadi hingga akhir tahun ini dan sampai kemajuan tambahan dibuat untuk menurunkan inflasi.
The Fed yang memutuskan untuk menahan suku bunganya pada pertemuan edisi Juni menyatakan bahwa keputusan itu hanya bersifat sementara dan The Fed juga belum akan merubah sikap hawkish-nya pada tahun ini.

Tak hanya Powell, para pejabat The Fed juga setuju bahwa ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi di akhir tahun ini.
"Hampir semua peserta FOMC memperkirakan akan tepat untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh pada akhir tahun ini," ujar Powell dihadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS.

Powell juga mengatakan bahwa pasar tenaga kerja masih ketat meskipun ada tanda-tanda bahwa kondisi melonggar, seperti peningkatan partisipasi angkatan kerja dalam kelompok usia 25 hingga 54 tahun dan beberapa upah moderat.

Namun, ia mencatat bahwa jumlah pekerjaan yang terbuka masih jauh melebihi jumlah tenaga kerja yang tersedia.

"Kami telah melihat efek pengetatan kebijakan suku bunga pada permintaan di sektor ekonomi yang paling sensitif terhadap suku bunga. Akan memakan waktu, bagaimanapun, untuk efek penuh dari pengekangan moneter untuk direalisasikan, terutama pada inflasi," ujar Powell.

Powell juga mencatat bahwa untuk menurunkan inflasi memang perli dibutuhkan perlambatan ekonomi. Alhasil, pelaku pasar harus bersiap ketika perekonomian AS mengalami resesi.

Meski begitu, pelaku pasar masih mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga sebesar 25 bp pada Juli mendatang oleh The Fed untuk sisa tahun ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 71,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 28,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.

Sementara itu dari Eropa, pada hari ini, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) akan mengumumkan risalah rapatnya dan mengumumkan kebijakan suku bunga terbaru.

Pasar memperkirakan BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp menjadi 4,75% hari ini. Hal ini diperkuat dengan data inflasi Inggris yang masih cukup tinggi.

Inflasi Inggris pada periode Mei mencapai 8,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), tak berubah dari posisi pada bulan sebelumnya.
Realisasi inflasi yang dirilis Kantor Statistik Nasional Inggris, Rabu (21/6/2023), juga berada di atas ekspektasi dan konsensus para ekonomi sebesar 8,4% (yoy).

Angka tersebut masih jauh di atas target BoE sebesar 2%, sehingga memberikan tekanan kepada bank sentral untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

BoE telah menaikkan biaya pinjaman ke level tertinggi 15 tahun di level 4,5% dalam upaya mendinginkan inflasi.

Kebijakan suku bunga BoE yang masih ketat dan inflasi Inggris yang juga masih cukup tinggi membuat Inggris mengalami pemogokan kerja selama berbulan-bulan oleh para pekerja yang menuntut upah lebih tinggi, untuk membantu mengatasi krisis biaya hidup.

Sementara di dalam negeri, pasar akan memantau hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini dan menanti kebijakan suku bunga terbaru dari BI.

BI tengah menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu dan Kamis pekan ini (21-22 Juni 2023). BI diproyeksikan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada bulan ini. BI juga diperkirakan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral Tanah Air tersebut akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Suku bunga sebesar 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini. Kubu MH Thamrin sendiri sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari tahun ini.
Suku bunga kemudian dipertahankan pada level tersebut pada pertemuan Februari, Maret, April, dan Mei.

BI diproyeksi akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% karena kondisi ekonomi domestik yang masih sangat baik, terutama inflasi.

Kendati inflasi sudah jauh melandai dari 5,95% (yoy) pada September 2022, BI diproyeksi masih sulit memangkas suku bunga pada tahun ini setelah The Fed kembali mengisyaratkan kenaikan suku bunga.

Dengan perkembangan terbaru dari pernyataan Powell maka BI dihadapkan pada pilihan yang sulit. Masih besar potensi kenaikan suku bunga The Fed bisa membuat rupiah terus tertekan ke depan. 
Investor asing juga diperkirakan akan memilih meninggalkan pasar keuangan Indonesia.

Bila BI tetap bertahan di suku bunga 5,75% sementara The Fed Fund rate (FFR) yang saat ini di kisaran 5,0-5,25% masih bisa naik maka real rate yang diterima investor akan berkurang. Kondisi ini membuat aset berdemoniasi rupiah tidak menarik.

Di sisi lain, bila BI menaikkan suku bunga lagi maka pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa terganggu. Permintaan kredit yang tengah lesu juga bisa terus melandai. 
Faktor domestik mulai dari inflasi hingga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sebenarnya sangat mendukung BI untuk menahan suku bunga.
Namun, bila The Fed semakin hawkish maka ada kemungkinan tekanan global meningkat sehingga BI harus berjuang melawan derasnya tekanan tersebut.

Beberapa bank sentral memang memilih untuk mempertahankan suku bunga bahkan bank sentral China (PBoC) memangkas suku bunga acuan. Langkah tersebut diambil untuk menggerakkan ekonomi Tiongkok ke depan.

Namun,  China memiliki cadangan devisa yang jauh lebih besar dari Indonesia sehingga lebih leluasa menjaga nilai tukar renminbi. Dengan perkembangan terbaru, BI sepertinya sulit memangkas suku bunga seperti yang dilakukan PBoC.

Selain menanti kebijakan suku bunga terbaru BI, pasar juga akan memantau dampak dari perubahan status Covid-19 dari pandemi menjadi endemi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin akhirnya mengumumkan akhir dari status pandemi covid-19. Masyarakat mulai kemarin akan memasuki masa endemi setelah merasakan 3 tahun pandemi covid-19.

Jokowi menyatakan keputusan ini mempertimbangkan banyak aspek. Terutama adalah kondisi perkembangan kasus yang semakin mendekati nihil per hari.
Pada sisi lain, hampir seluruh masyarakat juga telah memiliki imunitas yang kuat. Baik dikarenakan sebelumnya sudah terinfeksi maupun dikarenakan vaksinasi.

Masih di dalam negeri, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy memberikan keterangan pers terkait SKB tambahan cuti bersama.

Sebagai informasi, Pemerintah telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 624 Tahun 2023, Nomor 2 Tahun 2023, dan Nomor 2 Tahun 2023.

Dalam SKB itu, Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 29 Juni 2023. Kemudian cuti bersama jatuh pada 28 dan 30 Juni 2023 yaitu Rabu dan Jumat.

Selain itu, Komisi VII DPR RI akan menggelar RDP dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM dan DIrut ANTAM dan RDPU dengan Dirut PT LAPI ITB, Dirut PT Lawu Agung Mining, dan 11 Dirut Penambang Lokal terkait progres tindak lanjut Blok Mandiodo di Sulawesi Tenggara.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Keterangan pers Menteri PMK terkait SKB tambahan cuti bersama Idul Adha (09:00 WIB),
  2. Keputusan suku bunga Bank Indonesia (14:00 WIB),
  3. Keputusan suku bunga bank sentral Inggris (18:00 WIB),
  4. Rilis data klaim pengangguran Amerika Serikat periode pekan yang berakhir 17 Juni (19:30 WIB),
  5. Pidato Ketua bank sentral Amerika Serikat (21:00 WIB).

 

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1.       RUPS Tahunan PT Dafam Property Indonesia Tbk (09:00 WIB),
  2.       RUPS Tahunan PT Aman Agrindo Tbk (09:00 WIB),
  3.       RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Perdana Gapuraprima Tbk (09:00 WIB),
  4.       RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Transkon Jaya Tbk (09:00 WIB),
  5.       RUPS Tahunan PT Cemindo Gemilang Tbk (09:30 WIB),
  6.       RUPS Tahunan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (09:30 WIB),
  7.       RUPS Tahunan PT Asuransi Jasa Tania Tbk (10:00 WIB),
  8.       RUPS Tahunan PT Asuransi Ramayana Tbk (10:00 WIB),
  9.       RUPS Tahunan PT Bank BTPN Tbk (10:00 WIB),
  10.   RUPS Tahunan PT Natura City Development Tbk (10:00 WIB),
  11.   RUPS Tahunan PT Jasnita Telekomindo Tbk (10:00 WIB),
  12.   RUPS Tahunan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (10:00 WIB),
  13.   RUPS Tahunan PT Martina Berto Tbk (10:00 WIB),
  14.   RUPS Tahunan PT Onix Capital Tbk (10:00 WIB),
  15.   RUPS Tahunan PT Steady Safe Tbk (10:00 WIB),
  16.   RUPS Tahunan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (10:00 WIB),
  17.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (10:00 WIB),
  18.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk (10:00 WIB),
  19.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Clipan Finance Indonesia Tbk (10:00 WIB),
  20.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Graha Layar Prima Tbk (10:00 WIB),
  21.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Itama Ranoraya Tbk (10:00 WIB),
  22.   RUPS Tahunan PT Fast Food Indonesia Tbk (11:00 WIB),
  23.   RUPS Tahunan PT Golden Energy Mines Tbk (11:00 WIB),
  24.   RUPS Tahunan PT Bank Pan Indonesia Tbk (11:00 WIB),
  25.   RUPS Tahunan PT Arkha Jayanti Persada Tbk (13:00 WIB),
  26.   RUPS Tahunan PT Unilever Indonesia Tbk (13:30 WIB),
  27.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (13:30 WIB),
  28.   RUPS Tahunan PT Asahimas Flat Glass Tbk (14:00 WIB),
  29.   RUPS Tahunan PT Blue Bird Tbk (14:00 WIB),
  30.   RUPS Tahunan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (14:00 WIB),
  31.   RUPS Tahunan PT Pan Brothers Tbk (14:00 WIB),
  32.   RUPS Tahunan PT Pyridam Farma Tbk (14:00 WIB),
  33.   RUPS Tahunan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (14:00 WIB),
  34.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Radana Bhaskara Finance (14:00 WIB),
  35.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Kresna Graha Investama Tbk (14:00 WIB),
  36.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Ladangbaja Murni Tbk (14:00 WIB),
  37.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (14:00 WIB),
  38.   RUPS Tahunan dan Luar Biasa PT Maharaksa Biru Energi Tbk,
  39.   Cum date dividen tunai PT Elang Mahkota Teknologi Tbk,
  40.   Cum date dividen tunai PT Hillcon Tbk,
  41.   Cum date dividen tunai PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk,
  42.   Cum date dividen tunai PT Kobexindo Tractors Tbk,
  43.   Cum date dividen tunai PT Lautan Luas Tbk,
  44.   Cum date dividen tunai PT Surya Citra Media Tbk,
  45.   Ex date dividen tunai PT Garuda Metalindo Tbk,
  46.   Ex date dividen tunai PT Ekadharma International Tbk,
  47.   Ex date dividen tunai PT Champ Resto Indonesia Tbk,
  48.   Ex date dividen tunai PT KMI Wire & Cable Tbk,
  49.   Ex date dividen tunai PT Multistrada Arah Sarana Tbk,
  50.   Ex date dividen tunai PT Mayora Indah Tbk,
  51.   Ex date dividen tunai PT Kedoya Adyaraya Tbk,
  52.   Ex date dividen tunai PT Unggul Indah Cahaya Tbk,
  53.   Ex date dividen tunai PT Mega Perintis Tbk.

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2023 YoY)

5,03%

Inflasi (Mei 2023 YoY)

4,00%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Mei 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN April 2023)

1,12% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2023 YoY)

0,9% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2023 YoY)

US$ 6,5 miliar

Cadangan Devisa (Mei 2023)

US$ 139,3 miliar

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular