Newsletter

Amerika Rusak Pesta Warga RI, BI pun Pusing

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 June 2023 06:17
bank of england
Foto: REUTERS/Mary Turner

Pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang terpantau masih lesu kemarin.
Investor menimbang dari pidato Ketua The Fed, Powell yang mengisyaratkan akan menaikkan lagi suku bunga acuannya juga membebani saham-saham teknologi.

Pidato Powell kemarin bisa membuat pasar keuangan dalam negeri berbalik arah dari positif pada Rabu kemarin menjadi negatif pada hari ini.
Seperti diketahui, Indonesia mendapat dua suntikan sentimen positif besar dalam dua hari terakhir yakni pengumuman libur panjang serta berakhirnya pandemi.
Dua hal ini seharusnya bisa membuat pasar keuangan Indonesia "berpesta" karena sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi domestik.

Namun, masih besarnya potensi kenaikan suku bunga membuat sentimen positif seperti libur panjang serta berakhirnya pandemi terkubur. 

Powell menegaskan bahwa ke depannya akan banyak kenaikan suku bunga terjadi hingga akhir tahun ini dan sampai kemajuan tambahan dibuat untuk menurunkan inflasi.
The Fed yang memutuskan untuk menahan suku bunganya pada pertemuan edisi Juni menyatakan bahwa keputusan itu hanya bersifat sementara dan The Fed juga belum akan merubah sikap hawkish-nya pada tahun ini.

Tak hanya Powell, para pejabat The Fed juga setuju bahwa ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi di akhir tahun ini.
"Hampir semua peserta FOMC memperkirakan akan tepat untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh pada akhir tahun ini," ujar Powell dihadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS.

Powell juga mengatakan bahwa pasar tenaga kerja masih ketat meskipun ada tanda-tanda bahwa kondisi melonggar, seperti peningkatan partisipasi angkatan kerja dalam kelompok usia 25 hingga 54 tahun dan beberapa upah moderat.

Namun, ia mencatat bahwa jumlah pekerjaan yang terbuka masih jauh melebihi jumlah tenaga kerja yang tersedia.

"Kami telah melihat efek pengetatan kebijakan suku bunga pada permintaan di sektor ekonomi yang paling sensitif terhadap suku bunga. Akan memakan waktu, bagaimanapun, untuk efek penuh dari pengekangan moneter untuk direalisasikan, terutama pada inflasi," ujar Powell.

Powell juga mencatat bahwa untuk menurunkan inflasi memang perli dibutuhkan perlambatan ekonomi. Alhasil, pelaku pasar harus bersiap ketika perekonomian AS mengalami resesi.

Meski begitu, pelaku pasar masih mengharapkan hanya satu kenaikan suku bunga sebesar 25 bp pada Juli mendatang oleh The Fed untuk sisa tahun ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 71,9% The Fed akan mengerek lagi suku bunga acuan sebesar 25 bp pada Juli mendatang. Sedangkan sisanya yakni sebesar 28,1% The Fed akan kembali menahan suku bunga.

Sementara itu dari Eropa, pada hari ini, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) akan mengumumkan risalah rapatnya dan mengumumkan kebijakan suku bunga terbaru.

Pasar memperkirakan BoE akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bp menjadi 4,75% hari ini. Hal ini diperkuat dengan data inflasi Inggris yang masih cukup tinggi.

Inflasi Inggris pada periode Mei mencapai 8,7% secara tahunan (year-on-year/YoY), tak berubah dari posisi pada bulan sebelumnya.
Realisasi inflasi yang dirilis Kantor Statistik Nasional Inggris, Rabu (21/6/2023), juga berada di atas ekspektasi dan konsensus para ekonomi sebesar 8,4% (yoy).

Angka tersebut masih jauh di atas target BoE sebesar 2%, sehingga memberikan tekanan kepada bank sentral untuk tetap mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

BoE telah menaikkan biaya pinjaman ke level tertinggi 15 tahun di level 4,5% dalam upaya mendinginkan inflasi.

Kebijakan suku bunga BoE yang masih ketat dan inflasi Inggris yang juga masih cukup tinggi membuat Inggris mengalami pemogokan kerja selama berbulan-bulan oleh para pekerja yang menuntut upah lebih tinggi, untuk membantu mengatasi krisis biaya hidup.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular