Newsletter

Pasar RI Bisa Senyum Nih, Musim Bagi Dividen Jumbo Dimulai!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
06 April 2023 06:00
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • IHSG dan rupiah kompak melemah pada perdagangan kemarin di tengah ketakutan investor akan ekonomi AS
  • Investor mulai beralih ke saham defensif menyebabkan Nasdaq tumbang akibat keadaan ekonomi yang tak kunjung stabil
  • Musim bagi dividen jumbo emiten batu bara dimulai dari ITMG yang membagikan dividen final Rp 6.416/saham dengan pertumbuhan laba hingga 156% pada 2022.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak melemah pada perdagangan kemarin, di mana pasar saham tumbang dan nilai tukar rupiah keok setelah menguat selama enam hari beruntun.

Pasar keuangan Tanah Air diharapkan membaik pada hari ini ditopang oleh sejumlah sentimen positif. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca di halaman 3.

Mengacu data Refinitiv, pada perdagangan Rabu (5/4/2023) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,20% menjadi 6.819,67 secara harian.

Adapun sebanyak 286 saham melemah, 239 saham menguat sementara 189 saham lainnya tidak bergerak.

Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp10,23 triliun dengan melibatkan 18,54 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv hanya setengah dari total sektor melemah dengan sektor industri memimpin pelemahan 1,15%.

Di regional Asia-Pasifik, pelemahan IHSG bersamaan dengan Indeks Nikkei 225 Jepang yang ditutup ambles 1,68% ke posisi 27.813,3.

Sedangkan untuk indeks ASX 200 Australia ditutup naik tipis 0,02% ke 7.237,2, Straits Times Singapura menguat 0,23% ke 3.318,87, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,59% menjadi 2.495,21.


Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi, di mana beberapa investor menilai lonjakan harga minyak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global, terutama di kawasan Asia-Pasifik.

Pekan ini, pasar energi menjadi potensi sumber ketidakpastian lainnya, setelah OPEC+ mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel minyak per hari. Alhasil, kabar ini dapat kembali melambungkan harga minyak mentah dunia.

Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi OPEC+ pada akhir tahun 2023 sebesar 1,1 juta bpd dan menaikkan perkiraan harga Brent untuk tahun 2023 sebesar US$ 5 menjadi US$ 95 per barel dan sebesar US$ 3 menjadi US$ 100 per barel untuk tahun 2024.

Harga minyak yang menguat dapat menguntungkan emiten produsen minyak. Namun secara keseluruhan dapat memberikan efek negatif yakni kenaikan inflasi.

Inflasi yang menguat akan tetap membuat bank sentral hawkish pada kebijakan suku bunganya dan akan berdampak negatif terhadap ekonomi.

Di sisi lain, rupiah akhirnya keok juga terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah menguat selama enam hari.

Dari data Refinitiv, rupiah melemah 0,17% pada perdagangan hari ini ke posisi Rp 14.920/US$.

Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan ini sifatnya hanya koreksi sesaat. Pasalnya kondisi sentimen baik di dalam dan luar negeri tidak ada perubahan dari sebelumnya.

Menurut tim Riset CNBC Indonesia, rupiah langsung melemah pada perdagangan hari ini di tengah banyaknya sentimen positif. Salah satunya adalah melemahnya indeks dolar, derasnya capital inflow,serta ekspektasi melunaknya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Indeks dolar melandai ke posisi 101,51 pada hari ini, Rabu (5/4/2023). Posisi ini adalah yang terendah sejak 2 Februari 2023 atau sebulan terakhir.

Kemudian, sentimen pendukung lainnya juga datang dari Amerika Serikat (AS). Laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta. Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.

Indeks teknologi Amerika Serikat, Nasdaq Composite, jatuh karena investor beralih dari saham pertumbuhan ke saham yang lebih defensif di tengah tanda-tanda bahwa ekonomi AS melemah.

Mengutip Refinitiv indeks Nasdaq longsor 1,07% menjadi 11.996,86. Sementara indeks Dow Jones naik 0,24%, menjadi ditutup pada 33.482,72, didukung oleh kinerja saham kesehatan. Kemudian, indeks S&P500 merosot 0,25% menjadi 4.090,38.

Penurunan indeks Nasdaq karena para pelaku pasar mempertimbangkan laporan gaji perusahaan swasta, yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan melambat pada Maret.

Hal itu menyusul laporan lowongan pekerjaan pada Februari, jumlah posisi yang tersedia turun di bawah 10 juta untuk pertama kali dalam setahun.

"Secara terarah, saya pikir langkah lebih tinggi masuk akal, tetapi pada saat yang sama arahnya belum jelas," kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi di Edward Jones.

"Kami ragu pasar akan "bersiul" melalui potensi perlambatan ekonomi dan kekhawatiran pertumbuhan, yang telah kami lihat selama dua hari terakhir."

Adapun saham teknologi yang longsor seperti Zscaler dan CrowdStrike masing-masing turun 8,3% dan 6,6%. Saham produsen chip juga berada di bawah tekanan, dengan Advanced Micro Devices turun lebih dari 3%.

Peralihan ke saham yang lebih defensif membuat saham perawatan kesehatan melesat seperti Saham Johnson & Johnson naik 4,5%, mendorong kinerja indeks Dow Jones.

Sementara itu, imbal hasil Treasury AS turun tetapi potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut dari bank sentral berkontribusi terhadap volatilitas pasar.

Bank sentral Selandia Baru semalam menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, mencatat bahwa inflasi " terlalu tinggi dan terus-menerus ."

Sementara itu, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa menurutnya bank sentral AS masih perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut.

IHSG berpotensi bergerak fluktuatif jelang libur panjang pekan ini dan ketidakpastian ekonomi global. Rentang harga pergerakan IHSG pun berada di 6700-6860.

Para pelaku pasar saat ini melihat adanya potensi pelemahan ekonomi Amerika Serikat setelah data pekerjaan yang lemah.

Hal ini mendorong para investor untuk lebih moderat di pasar ekuitas yang memiliki risiko relatif tinggi. Aksi tersebut ditandai dengan migrasi investor ke saham defensif. Indeks Nasdaq pun tumbang 1% pada perdagangan kemarin.

Laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta. Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.

Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir. Jumlah lapangan kerja baru di AS juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.

Meskipun demikian, di sisi lain data tenaga kerja yang tidak sepanas sebelumnya maka harapan bank sentral AS The Federal (The Fed) melunak.

Terlihat dari perangkat Fedwatch di mana sebesar 56,5% pelaku pasar melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Mei nanti. Sedangkan 43,5% yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin.

Ekspektasi kenaikan suku bunga tersebut selaras dengan pejabat The Fed tampak masih bersikukuh jika kenaikan suku bunga masih diperlukan untuk meredam inflasi.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa menurutnya bank sentral AS, Federal Reserves/The Fed, masih perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Salah satu pendorongnya adalah harga minyak mentah dunia yang melesat didorong kebijakan OPEC yang akan memotong produksi minyaknya.

Dalam sepekan harga minyak acuan Brent dan jenis light sweet yakni West Texas Intermediate (WTI) menguat hingga 6,5%.

Dari dalam negeri harga komoditas batu bara masih menjadi sorotan karena dapat memberi efek langsung terhadap harga emiten batu bara.

Di sisi lain bagi-bagi dividen jumbo sektor batu bara sudah dimulai dari emiten tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk.

(ITMG) sepakati pembagian dividen tunai kepada pemegang saham pada tahun buku 2022 sebesar Rp6.416 per saham  dan yield sebesar 15,7% (dengan harga penutupan di Rp40.900/saham. Adapun total nilai pembagian dividen sebesar US$ 474,63 juta atau Rp7,06 triliun (asumsi kurs ($1 = Rp14.914).

Mengutip keterbukaan informasi pada Rabu (5/4/2023), data Keuangan per 31 Desember 2022 yang mendasari pembagian dividen adalah laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp17,89 triliun.

Kemudian saldo laba ditahan sebesar US$ 1,5 miliar atau Rp22,39 triliun dan total ekuitas sebesar US$ 1,9 miliar atau setara Rp29,09 triliun

Kemudian dari dalam negeri, capital inflow di antaranya datang dari lelang Devisa Hasil Ekspor (DHE) atau term deposit. Pada Selasa (5/4/2023), lelang DHE BI berhasil menyerap US$56,5 juta.

 

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Caixin Services PMI China (8.45 WIB)
  • Klaim awal pengangguran (19.30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

  • LPPF Cum Date Dividen Rp525/saham
  • SIDO Cum Date Dividen Rp23/saham

Berikut sejumlah agenda perekonomian nasional:

  • Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir menjadi npembicara dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus) 2022 (10:00 WIB).
  • Peluncuran awal calon pedagang aset kripto dan PT Sentra Bitwewe (15:30 WIB)

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q4-2022 YoY)

5,01%

Inflasi (Februari 2023 YoY)

4,97%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Maret 2023)

5,75%

Surplus Anggaran (APBN Januari 2023)

0,43% PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q4-2022 YoY)

1,3% PDB

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q4-2022 YoY)

US$4,7 miliar

Cadangan Devisa (Februari 2023)

US$140,3 miliar

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

 


(ras/ras) Next Article Arab Saudi Cs Pangkas Produksi Minyak, Bikin Masalah Bagi RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular