Rupiah Loyo Setelah Terbang Enam Hari

mae, CNBC Indonesia
05 April 2023 15:06
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (5/4/2023).

Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan hari ini di posisi Rp 14.920/US$. Mata uang Garuda melemah 0,17%.

Pelemahan hari ini memutus tren positif rupiah yang  menguat dalam enam hari perdagangan sebelumnya.  Dalam enam hari perdagangan tersebut, rupiah melesat 1,72%.

Pada perdagangan Selasa (4/4/2023),rupiah menguat tajam melawan dolar AS hingga menyentuh lagi angka Rp 14.800/US$-an. Rupiah ditutup di posisi Rp 14.895/US$1 atau menguat 0,47% terhadap dolar AS.

Rupiah langsung melemah pada perdagangan hari ini di tengah banyaknya sentimen positif.

Di antaranya adalah melemahnya indeks dolar, derasnya capital inflow,serta ekspektasi melunaknya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Indeks dolar melandai ke posisi 101,51 pada hari ini, Rabu (5/4/2023). Posisi ini adalah yang terendah sejak 2 Februari 2023 atau sebulan terakhir.

Capital inflow di antaranya datang dari lelang Devisa Hasil Ekspor (DHE) atau term deposit. Pada Selasa (5/4/2023), lelang DHE berhasil menyerap US$56,5 juta.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan BI terus menaikkan suku bunga fasilitas DHE untuk menarik eksportir, dengan fasilitas 1 bulan dan 3 bulan sekarang menghasilkan masing-masing 4,87% dan 5,09%, dibandingkan dengan 4,64% dan 4,92% saat pertama kali diperkenalkan.

"Ini merupakan kejutan positif bagi kami. Mengingat penguatan rupiah baru-baru ini mencapai Rp 14.889 per dolar kemarin," tutur Satria, kepada CNBC Indonesia.

Dari luar negeri, sentimen juga datang dari Amerika Serikat.(AS). laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.

Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.

Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir.Jumlah lapangan kerja baru juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.

Dengan data tenaga kerja yang tidak 'sepanas' sebelumnya maka harapan bank sentral AS The Federal (The Fed) melunak.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Sebut Permintaan Dolar Meningkat, Pasokan Valas Aman?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular