Sectoral Insight

Nasdaq Masuk Bull Market Lagi, Saham Teknologi RI Menyusul?

Research - Tri Putra, CNBC Indonesia
01 April 2023 09:38
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Nasdaq 100 akhirnya memasuki bull market untuk kali pertama sejak hampir 3 tahun lalu pada Rabu waktu AS (29/3) seiring investor memborong saham teknologi dan kekhawatiran problem perbankan mulai mereda.

Indeks saham yang berisikan banyak saham teknologi tersebut melonjak lebih dari 20% dari level terendah pada 28 Desember lalu. Ini berkat reli saham-saham raksasa macam Apple Inc, Microsoft Corp, Amazon.com Inc.

nasGrafik: Nasdaq
Foto: Refinitiv

Sebelumnya, terakhir kali Nasdaq 100 masuk ke bull market pada April 2020 usai rebound tajam usai anjlok akibat Covid pada Maret 2020.

Bahkan, di rentang April dan Juni 2020, Nasdaq melompat lebih dari 30% seiring bank sentral AS, The Fed, dan pemerintah federal AS mengguyur stimulus demi merespons pandemi.

Sementara, saat ini, lonjakan Nasdaq 100 terjadi berkat langkah cepat The Fed yang menyuntikkan dana hingga US$400 miliar dalam upaya menyelamatkan Silicon Valley Bank (SVB) dan perbankan lainnya yang mengalami krisis likuiditas di awal Maret ini.

Sebagai gambaran, dilihat SVB jatuh, balance sheet atau neraca The Fed tercatat sebesar US$ 8,9 triliun dan kemudian turun menjadi US$ 8,3 triliun setelah mereka mulai menaikkan suku bunga.

Kemudian, ketika SVB jatuh, neraca The Fed naik hingga US$ 8,7 triliun. Ini terjadi hanya dalam waktu tiga minggu.

Pada gilirannya, krisis perbankan dan risiko resesi yang meningkat membuat ekspektasi The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada tahun ini turut membuat imbal hasil (yield) Treasury AS turun dan mendongkrak saham teknologi Paman Sam.

"Sama seperti stock growth [saham pertumbuhan] dan saham teknologi yang paling menderita tahun lalu seiring The Fed menaikkan suku bunga pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak mengherankan bahwa saham tersebut akan bangkit kembali lebih dari pasar secara umum karena orang mulai melihat akhir dari tren kenaikan suku bunga," kata Chris Larkin, direktur pelaksana perdagangan dan investasi E*Trade Financial Corp, dikutip Bloomberg News (30/3).

Bagaimana Saham Tekno RI?

Optimisme yang sedang tumbuh di saham teknologi AS tampaknya belum begitu terasa di saham tech dalam negeri.

Indeks saham teknologi (IDXTECHNO) tercatat hanya naik 1,49% year to date (YtD) pada 2023 ini.

Bahkan, dibandingkan level tertinggi pada Agustus 2021, IDXTECHNO sudah anjlok hingga 57%. Kala itu, lonjakan saham-saham macam DCI Indonesia (DCII) di tengah euforia bank digital dan secara umum saham teknologi AS sempat membuat indeks tersebut melompat ke angkasa.

idxGrafik: IDXTECHNO
Foto: Refinitiv 

Sejatinya, saham raksasa teknologi RI, GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) sempat rebound di awal tahun ini, dari level Rp90-an hingga naik di Rp130/saham pada 8 Maret lalu. Namun, setelahnya uptrend tersebut terganggu dengan saham GOTO akhirnya turun ke Rp109/saham.

Upaya efisiensi demi mengejar profitabilitas (terutama EBITDA) masih belum membuat investor berani beramai-ramai masuk ke saham-saham teknologi macam GOTO, Bukalapak.com (BUKA) dan lain-lain.

Secara umum, saham tech RI masih menunggu katalis positif lainnya untuk bisa melakukan rebound yang signifikan.

Namun, selagi The Fed masih bimbang soal suku bunga dan upaya menuju bottom line yang positif belum terlihat, saham-saham teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum bisa menunjukkan tajinya.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)

[Gambas:Video CNBC]