Ikuti Wall Street, Bursa Asia Dibuka Bergairah! Ini Sebabnya

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 April 2023 08:39
A woman stands in front of a display showing market indices at the Tokyo Stock Exchange (TSE) in Tokyo June 29, 2015. REUTERS/Thomas Peter
Foto: Tokyo Stock Exchange TSE (REUTERS/Thomas Peter)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menghijau pada perdagangan Senin (3/4/2023), di mana investor akan menanti rilis data aktivitas manufaktur di kawasan Asia-Pasifik.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,59%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,03%, Shanghai Composite China bertambah 0,18%, Strais Times Singapura melaju 0,56%, ASX 200 Australia naik 0,18%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,21%.

Beberapa negara di Asia-Pasifik akan merilis data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI). Adapun negara-negara tersebut yakni Australia dan Jepang (data final), Singapura, Indonesia, Korea Selatan, dan China (versi Caixin).

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menguat terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada Jumat lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,26%, S&P 500 melonjak 1,44%, dan Nasdaq Composite melejit 1,74%.

Pasar menyambut baik dari rilis data inflasi personal consumption expenditure (PCE) periode Februari lalu yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan pasar.

Inflasi inti PCE tumbuh 0,3% pada Februari dari bulan sebelumnya, lebih rendah dari prediksi Dow Jones 0,4%. Sementara secara tahunan, tumbuh 4,6% juga lebih rendah dari prediksi 4,7%.

Inflasi PCE merupakan acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Pertumbuhan yang semakin rendah menguatkan ekspektasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi.

"Pasar ekuitas tampaknya senang dengan sedikit penurunan inflasi, sebagaimana mestinya. Ini menggarisbawahi bahwa kampanye The Fed, pada kenyataannya, bekerja, meskipun lambat," kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial di Charlotte, Karolina utara.

Selain itu, data tenaga kerja AS yang dirilis pekan lalu juga masih cukup kuat, di mana data klaim tunjangan pengangguran dalam sepekan yang berakhir 25 Maret sebanyak 198.000 klaim, naik 7.000 dibandingkan pekan sebelumnya, dan sedikit di atas ekspektasi 195.000 klaim.

Klaim tunjangan pengangguran tersebut memberikan gambaran pasar tenaga kerja AS yang masih kuat meski The Fed sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.

Selain itu, data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) final AS kuartal IV-2022 tumbuh sebesar 2,6%, lebih rendah dari rilis sebelumnya 2,7%.

Pada kuartal pertama 2023, pertumbuhan ekonomi AS diprediksi masih akan berakselerasi. Berdasarkan data GDPNow milik Fed Atlanta, PDB diprediksi tumbuh 3,2%.

Kuatnya perekonomian AS sebenarnya memberikan kebingungan di pasar. Dalam kondisi normal, hal tersebut bagus, tetapi saat "berperang" melawan inflasi tinggi akan menjadi buruk.

Namun, pejabat The Fed seakan masih terbelah, di mana ada yang menginginkan bahwa The Fed dapat bersikap dovish, tetapi juga ada yang 'kekeuh' The Fed bisa mempertahankan sikap hawkish-nya dalam waktu yang lebih lama.

Presiden The Fed Boston, Susan Collins berpendapat bahwa suku bunga harus dipertahankan guna mendinginkan inflasi.

Di lain sisi, pelaku pasar di global pada hari ini akan memantau pergerakan harga minyak dunia, setelah Arab Saudi dan produsen minyak OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak mentah pada Minggu kemarin.

Pengurangan produsen minyak lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari. Keputusan ini dapat saja melambungkan kembali harga minyak mentah dan membuat inflasi cenderung sulit kembali untuk turun.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular