Review Semester I-2022

Batu Bara Primadona, Timah Merana

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
01 July 2022 12:20
freeport Indonesia
Foto: Antara Foto Muhammad Adimaja via Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas dunia menguat sepanjang semester I-2022. Sektor energi jadi pendorong didukung oleh ketatnya pasokan. Kemudian diikuti oleh harga komoditas pangan dan tumbuhan.

Sementara kekhawatiran resesi menenggelamkan harga komoditas logam industri. Sementara harga logam mulia seperti emas dan perak tertekan sepanjang paruh pertama 2022 karena pengetatan kebijakan moneter bank sentral.

Batu bara jadi primadona dari kenaikan harga komoditas. Harganya melesat hingga 143,1% ptp. Diikuti oleh harga minyak dan gas. Sementara timah paling terpuruk, harganya merosot 31,9% ptp sepanjang semester pertama.

Indeks komoditas S&P Goldman Sachs berada di 786,46, naik 40,14% point-to-point sepanjang semester I-2022.

Kinerja komoditas tahun-ke-tahun sebagai kelas aset telah "mirip dengan mengendarai Tilt-a-Whirl," kata Walter Kunisch J, ahli strategi komoditas senior di Hilltop Securities.

Ini karena gerak komoditas dunia yang sangat fluktuatif. Khususnya harga komoditas logam yang pada kuartal pertama mampu mencatatkan rekor harga tertinggi. Namun, jatuh dalam setelah kuartal kedua.

"Ekonomi politik global, kebijakan politik tingkat negara, kebijakan nol Covid China, bersama dengan masalah rantai pasokan yang masih ada dan variabel penawaran dan permintaan yang dinamis telah membuat pelaku pasar bergerak liar," ujar Kusnich kepada Market Watch, Kamis (30/6/2022).

Harga minyak mentah dunia, gas alam, dan batu bara mencatatkan kenaikan luar biasa pada paruh pertama 2022. "Bertahun-tahun kurangnya investasi besar-besaran yang diakhiri oleh pandemi sekarang muncul kembali," kata Matt Sallee, manajer portofolio dan presiden di Tortoise. 

"Gabungkan ini dengan satu tahun plus pembatasan mobilitas yang bergulir dan pasokan tidak dapat mengikuti, karenanya keuntungan besar dalam minyak tahun ini," tambahnya.

Batu bara dunia jadi komoditas yang memiliki pertumbuhan tertinggi, yakni 143,1% ptp.

Harga minyak mentah dunia jenis brent tercatat US$ 114,8/barel, naik 47,6% ptp sepanjang semester pertama. Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 105,8/barel, menguat 40,6% ptp. Harga gas alam juga telah naik 45,4% ptp mengikuti lonjakan harga minyak.

Konflik Rusia dan Ukraina membuat harga energi meningkat. Sebab Rusia sebagai salah satu pemasok utama dunia dikenai sanksi oleh negara-negara barat yang berakibat susutnya minyak mentah, batu bara, dan gas Rusia dari dunia.

Eropa yang bergantung kepada energi Rusia menjadi was-was karena mampetnya aliran energi berakibat pada ancaman krisis energi di Benua Biru.

Sebagai solusi, Eropa menyasar pasar di Asia, Amerika, dan Afrika untuk mencari pasokan energi. Hal ini membuat permintaan melonjak. Padahal pasokan masih rendah.

"Eropa tiba-tiba bersaing dengan Asia untuk gas alam AS, dan pasar itu juga menderita karena kurangnya investasi, yang semakin memperburuk ketatnya pasar komoditas," kata Sallee.

Harga EnergiSumber: Refinitiv
Harga Energi

Harga kedelai, jagung, dan gandum sebagai bahan pangan melonjak tajam sepanjang semester I-2022. Ketiganya masing-masing melonjak 26,1% ptp, 25,4% ptp, dam 12,7% ptp.

Harga biji-bijian melonjak karena Rusia dan Ukraina sebagai penghasil utama masih terus berkonflik membuat produksi turun. Ditambah dengan kekeringan di sebagaian produsen dari Amerika menambah kekurangan pasokan.

Hal ini makin diperparah oleh aksi proteksionisme bahan pangan oleh sejumlah negara penghasil biji-bijian. Terbaru ada India yang mengumumkan larangan ekspor gandum.

Harga Biji-bijianSumber: Refinitiv
Harga Biji-bijian

 

Sementara kinerja logam dunia terpuruk sepanjang semester I-2022. Harga logam mulia seperti emas dan perak masing-masing turun 1,2% ptp dan 13% ptp.

Harga tembaga dan timah masing-masing anjlok 15,3% ptt dan 31,9% ptp sepanjang semester 2022. Hanya harga nikel dunia yang menguat 9,4% ptp.

Di antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja buruk tembaga dkk, langkah agresif dari kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan bank-bank sentral jadi yang utama. Sebab hal ini dianggap memicu pelemahan ekonomi global bahkan resesi.

Selain itu, lockdown di China, konsumen utama logam, juga jadi salah satu faktor penghambat dari laju harga logam. Akibatnya permintaan menjadi turun, harga pun mengikuti.

Chintan Karnani, direktur penelitian di Insignia Consultants memperkirakan permintaan China untuk logam industri kemungkinan akan meningkat sangat tajam pada kuartal ketiga karena pabrik beroperasi pada kapasitas penuh.

Sementara tingkat bunga global yang "meningkat" oleh sebagian besar bank sentral akan mencapai puncaknya pada Oktober, tambahnya.

Harga LogamSumber: Investing
Harga Logam

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular