Rupiah Melemah Lebih dari 1% di Benua Biru, Suram Nih...

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
18 May 2022 12:02
A pound coin is placed on broken glass and EU flag in this illustration picture taken January 28, 2019. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: Ilustrasi koin Poundsterling (REUTERS / Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi cukup tajam terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Rabu (18/5/2022). Apa pemicunya?

Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, rupiah terkoreksi cukup tajam terhadap euro sebanyak 1,64% ke Rp 15.442/EUR dan rupiah melemah terhadap poundsterling 1,65% di Rp 18.291,61/GBP.

Hal serupa terjadi pada dolar franc swiss yang menguat terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 1,09% ke Rp 14.736,37/CHF.

Kemarin, Presiden bank sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde telah meminta kepada anggota dewan ECB yang beranggotakan bank sentral dari 19 negara Eropa untuk menyisihkan lebih banyak waktunya untuk berdebat dan membatasi presentasi mereka.

Menurut juru bicara ECB bahwa mereka memberikan analisis yang lebih komprehensif dalam dokumen pendukung sebelum pertemuan sehingga presentasi dapat lebih ringkas untuk menghindari pengulangan dan lebih banyak waktu untuk penilaian prospek ekonomi dengan mengambil keputusan yang lebih kolektif.

Pada awal pekan lalu, Lagarde juga mengatakan bahwa ECB akan mengakhiri program stimulusnya di awal kuartal ketiga yang diikuti oleh kenaikan suku bunga yang bisa saja terjadi di beberapa pekan kemudian.

"Kenaikan suku bunga pertama, yang diinformasikan oleh panduan ECB ke depan tentang suku bunga, akan terjadi beberapa saat setelah akhir pembelian aset bersih ... (dan) ini bisa berarti periode hanya beberapa minggu," tambahnya dikutip dari Reuters.

Sementara itu, di wilayah Inggris, krisis biaya hidup terburuk terjadi dalam tiga dekade dan tidak akan mencapai puncaknya hingga akhir tahun ini, jika mengacu pada jajak pendapat Reuters. Namun, Bank of England (BOE) tetap akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan daripada yang diperkirakan.

Diketahui, inflasi Inggris telah mencapai 7% di Maret dan menjadi inflasi tertinggi sejak 30 tahun. Bahkan, Gubernur BOE Andrew Bailey mengatakan bahwa lonjakan inflasi saat ini merupakan tantangan terbesar bank sentral sejak memperoleh kemerdekaan pada tahun 1997.

Tidak heran, jika rupiah pun terkoreksi tajam terhadap mata uang di Benua Biru. Pasalnya, euro dan poundsterling sedang menguat didorong oleh ekspektasi pasar bahwa ECB dan BOE akan menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan selanjutnya untuk mengendalikan inflasi.

Sementara itu, dolar franc swiss merupakan mata uang safe haven yang aman karena stabilitas pemerintahan dan sistem finansial yang dimiliki Swiss.

Wajar saja, jika dolar franc swiss masih menjadi mata uang kepercayaan investor di tengah perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung, serta meningkatnya potensi resesi dan perlambatan ekonomi global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Eropa Diprediksi Melambat, Tapi Euro Cs Masih Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular