
Masih Lemah, Rupiah Butuh "Obat Kuat" di Benua Biru

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi terhadap dua mata uang di Benua Biru, yakni euro dan poundsterling pada perdagangan hari ini, Rabu (8/6). Namun, rupiah berhasil melibas dolar franc swiss. Apa penyebabnya?
Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, rupiah terkoreksi tipis terhadap euro sebanyak 0,02% ke 15.463,09/EUR dan rupiah melemah terhadap poundsterling 0,49% di Rp 18.194,70/CHF.
Namun, dolar franc swiss yang menyandang status sebagai salah satu aset lindung, terkoreksi terhadap Mata Uang Ibu Pertiwi sebesar 0,22% ke Rp 14.848,98/CHF.
Secara fundamental, rilis data ekonomi dari dalam negeri memang kurang begitu baik. Bank Indonesia (BI) telah merilis posisi cadangan devisa Indonesia bulan Mei 2022 senilai US$ 135,6 miliar yang sedikit lebih rendah ketimbang pada bulan April 2022 sebesar US$ 135,7 miliar.
"Perkembangan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan devisa minyak dan gas (migas), pajak, dan jasa, serta kebutuhan pembayaran utang luar negeri," tulis BI pada rilisnya.
Hal tersebut mungkin saja karena pemerintah Indonesia sempat melarang ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan produk turunannya pada periode 28 April hingga 23 Mei 2022.
Jika mengacu pada data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan Bea Keluar (BK) pada Mei 2022 tercatat Rp 1,25 triliun, atau turun 78% dibandingkan perolehan di April 2022.
Penerimaan BK tersebut adalah yang terendah dalam tahun ini. Penerimaan BK di bulan Mei bahkan tidak sampai setengah dari yang dikumpulkan pemerintah di bulan April.
Anjloknya penerimaan BK disebabkan merosotnya sumbangan CPO dan produk turunannya. Perolehan bea keluar dari CPO dan produk turunnya pada Mei hanya mencapai Rp 637,7 miliar atau merosot 78% dibandingkan April 2022.
Secara nominal, pos ini berkurang hingga Rp 2,27 triliun. Padahal, sepanjang tahun ini, rata-rata penerimaan BK dari CPO dan produk turunannya menembus Rp 2,9 triliun.
Selain itu, investor global menanti rilis kebijakan moneter dari bank sentral Eropa (ECB) yang akan dirilis pada Kamis (9/6) malam waktu Indonesia dan disusul oleh rilis proyeksi ekonomi dari ECB.
Bank of America (BofA) menaikkan proyeksinya bahwa ECB akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 150 basis poin (bps) tahun ini dari 100 bps, yang termasuk kenaikan sebesar 50 basis poin pada Juli dan September.
Hal tersebut dipicu oleh rilis inflasi zona Eropa pada pekan lalu yang mencapai 8,1% dan melampaui ekspektasi pasar. Sehingga, analis menilai bahwa kenaikan 100 bps menjadi kenaikan yang minimum untuk dilakukan.
Prediksi bahwa ECB akan menaikkan suku bunganya ikut menopang nilai tukarnya, sehingga wajar saja jika rupiah pun terkoreksi.
Meski begitu, rupiah berhasil menguat terhadap dolar franc swiss. Di sepanjang pekan ini, rupiah terapresiasi terhadap franc swiss sebanyak 0,98% dan menguat sebanyak 2,29% secara bulanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Eropa Diprediksi Melambat, Tapi Euro Cs Masih Menguat