Mata Uang di Benua Biru Sedang Perkasa, Rupiah Tak Berdaya..

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
27 May 2022 11:58
Mata Uang Euro. (REUTERS/Thomas Hodel)
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Thomas Hodel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah tidak berdaya terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Jumat (27/5/2022). Mata uang di Benua Biru memang sedang perkasa, sehingga rupiah pun terkoreksi.

Melansir Refinitiv, pukul 11:15 WIB, rupiah melemah tipis terhadap euro sebanyak 0,06% ke Rp 15.672/EUR dan rupiah terkoreksi terhadap poundsterling 0,24% di Rp 18.425,02/GBP.

Hal serupa terjadi pada dolar franc swiss menguat terhadap Mata Uang Ibu Pertiwi sebesar 0,24% ke Rp 15.245,94/CHF.

Poundsterling sempat menyentuh rekor tertingginya dalam tiga pekan pada Kamis (26/5) didorong oleh langkah-langkah terbaru pemerintah Inggris untuk membantu meringankan krisis biaya hidup dan meningkatkan perekonomiannya dalam jangka pendek.

Pemerintah Inggris memberikan dukungan senilai 15 miliar pound (US$18,9 miliar) untuk rumah tangga untuk subsidi tagihan energi yang melonjak.

Kebijakan tersebut akan memberi setiap rumah tangga Inggris diskon 400 pound untuk tagihan energi mereka dan lebih banyak lagi untuk rumah tangga berpenghasilan rendah.

Sontak saja, poundsterling menyentuh puncaknya di level US$ 1,262 sebelum akhirnya bergerak lebih rendah. Hari ini, poundsterling kembali melanjutkan penguatannya, pukul 11:20 WIB, poundsterling berhasil menguat 0,31% di pasar spot terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tidak heran, keperkasaan poundsterling dapat menekan rupiah.

"Tindakan pemerintah Inggris adalah hal yang baik untuk pertumbuhan dalam jangka pendek. Sejauh ini, pemerintah sangat ketat dengan dompet dan ini akan membuat pekerjaan pengetatan Bank of England (BOE) sedikit lebih mudah karena memberikan sedikit penyeimbangan untuk biaya krisis hidup," kata Henry Occleston, ahli strategi makro Eropa di Macro Hive di London.

Di pertengahan hari ini, euro terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebanyak 0,27% ke level EUR 1,0752/US$. Di sepanjang pekan ini, euro berhasil membukukan penguatan sebanyak 1,85%.

Investor wilayah Eropa masih menanti pertemuan bank sentral Eropa (ECB) selanjutnya yang akan digelar pada 9 Juni. Pasar berekspektasi dengan kenaikan sebesar 110 basis poin di tahun ini pada setiap pertemuan ECB mulai Juli.

Suku bunga ECB saat ini masih berada di -0,5% yang telah bertahan sejak 2014. Namun, angka inflasi yang telah menyentuh rekor tertinggi 7,4% di April sejak 41 tahun lalu, meningkatkan potensi ECB untuk lebih hawkish lagi.

Pada awal pekan ini, Presiden ECB Christine Lagarde memberikan pernyataan, bahwa pembuat kebijakan kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan dari wilayah negatif pada akhir September. Gubernur ECB Perancis Francois Boleroy de Galhau juga memberikan dukungan terhadap pernyataan tersebut dan memperkuat ekspektasi pasar.

"Jika Anda melihat pernyataan Presiden Lagarde, kesepakatan itu mungkin dilakukan karena ada konsensus yang berkembang, masalah utama setidaknya dalam jangka pendek adalah inflasi tanpa keraguan," tutur Francois Boleroy de Galhau.

Selain itu, dolar franc swiss yang merupakan salah satu aset safe-haven, bergerak menguat di sepanjang pekan ini terhadap dolar AS sebanyak 1,72%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Eropa Diprediksi Melambat, Tapi Euro Cs Masih Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular