
Ada 'Hantu' Inflasi di Benua Biru, Bikin Rupiah Ikutan Lesu..

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah di hadapan negara-negara Eropa pada perdagangan hari ini, Kamis (14/4/2022) cenderung melemah terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss. Apa pemicunya?
Pada pukul 11:20 WIB, tercatat rupiah terhadap euro melemah 0,11% ke Rp 15.649,77/EUR dan terkoreksi terhadap dolar Inggris sebanyak 0,05% ke Rp 18.845,73/GBP.
Hal yang serupa terjadi, rupiah melemah terhadap dolar franc swiss sebanyak 0,11% ke Rp 15.378,27/CHF.
Semua perhatian tertuju pada pertemuan bank sentral Eropa (ECB) yang dijadwalkan akan digelar hari ini, untuk mengumumkan tingkat suku bunga acuan.
ECB diketahui belum menaikkan suku bunga acuannya hingga inflasi telah mencapai angka 7,5% pada Maret 2022. Di sisi lain, ekonomi blok itu sekarang mengalami stagnasi karena dampak perang yang merugikan rumah tangga dan bisnis.
Menurut analis ABN Amro Nick Kounis bahwa ketidakpastian yang tinggi akan memungkinkan ECB untuk mempertahankan fleksibilitasnya.
"Namun, nada hawkish kemungkinan akan meningkat. Tidak diragukan lagi bahwa hasil yang paling mungkin dalam beberapa bulan mendatang adalah diakhirinya pembelian aset bersih dan selanjutnya tingkat kebijakan yang lebih tinggi," tambahnya dikutip dari Reuters.
Sejumlah pembuat kebijakan konservatif, termasuk gubernur bank sentral Jerman, Belanda, Austria dan Belgia semuanya telah setuju untuk suku bunga acuan yang lebih tinggi karena khawatir akan inflasi yang dapat bertahan lebih lama.
Sementara itu, kemarin telah dirilis angka inflasi Inggris yang telah mencapai 7% di bulan Maret yang menjadi level tertinggi sejak Maret 1992.
Para analis memperkirakan bahwa Bank of England (BoE) akan mulai mengetatkan kebijakan moneternya di bulan Mei dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
"Kami pikir BoE akan mencoba dan mencapai keseimbangan, menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang untuk mendapatkan kebijakan pada pijakan yang lebih netral, sambil tetap mengawasi bagaimana konsumen bertahan," kata Ambrose Crofton, Ahli Strategi Pasar Global di JP Morgan Manajemen Aset.
Tsunami inflasi yang sedang melanda hampir seluruh negeri di dunia, tampaknya ikut mendorong bank sentral di wilayah Eropa dan Inggris untuk segera bertindak.
Sehingga, wajar saja nilai tukar euro dan poundsterling menguat dan menekan rupiah.
Ketika suku bunga acuan wilayah Eropa dan Inggris tinggi, maka selisih imbal hasil (spread) obligasi pemerintah kian membesar terhadap obligasi negara berkembang, terutama di tengah premi risiko negara berkembang yang masih tinggi akibat bayang-bayang efek perang Ukraina.
Spekulasi perpindahan alokasi dari negara berkembang ke negara maju ini secara psikologis menekan nilai mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?