Analisis

Kinerja Ciamik Abis! 4 Raksasa Bank RI jadi Idola Investor

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
25 February 2022 11:45
kolase foto/ BCA, BRI, Mandiri, BNI / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan raksasa Tanah Air sukses mencetak kinerja keuangan yang moncer sepanjang 2021 di tengah pemulihan ekonomi RI akibat dampak pagebluk Covid-19.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi RI yang diukur lewat produk domestik bruto (PDB) naik menjadi 3,68% secara tahunan (yoy) pada 2021, keluar dari jurang kontraksi (negatif) pada tahun sebelumnya yang minus 2,07%.

Seiring dengan itu, menurut data Bank Indonesia (BI), pertumbuhan kredit perbankan sepanjang 2021 tercatat sebesar 5,2% secara yoy. Angka tersebut membalik pertumbuhan negatif penyaluran kredit selama 2020 yang minus 2,4%.

Pertumbuhan kredit yang positif tersebut mengindikasikan kinerja keuangan perbankan yang cemerlang pula.

Mari kita bahas terlebih dahulu dari sisi top line atawa pendapatan bunga bersih dan juga bottom line laba bersih 'the big four' alias empat emiten bank raksasa RI.

Keempat emiten tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Tiga nama pertama adalah bank BUMN, sedangkan nama terakhir merupakan bank milik Grup Djarum.

Pendapatan Naik, Laba Melejit

Tabel 1. Kinerja Empat Bank Besar RI pada 2021

Nama Bank

Pendapatan Bunga Bersih 2021

% Pendapatan Bunga Bersih (YoY)

Laba Bersih 2021

% Laba Bersih (Yoy)

Bank Negara Indonesia (BBNI)

Rp 37.86 T

11.71

Rp 10.68 T

288.36

Bank Mandiri (BMRI)

Rp 53.96 T

15.27

Rp 25.41 T

79.58

Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Rp 95.82 T

27.50

Rp 32.21 T

75.53

Bank Central Asia (BBCA)

Rp 52.78 T

3.31

Rp 31.41 T

19.52

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI | *Berdasarkan kinerja keuangan individual (bank only)

Apabila menilik Tabel 1 di atas, emiten bank BUMN BNI mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara bank only tertinggi sepanjang 2021, yakni sebesar 288,36% menjadi Rp 10,68 triliun. Pada 2020, laba bersih individual BNI tercatat sebesar Rp 2,75 triliun.

Sementara, nilai laba bersih (bank only) tertinggi sepanjang 2021 dipegang oleh bank pelat merah lainnya BRI sebesar Rp 32,21 triliun, melampaui laba bersih emiten Grup Djarum BCA yang mencapai Rp 31,41 triliun.

Sepanjang tahun lalu, BRI sendiri mencatatkan pertumbuhan laba bersih individual sebesar 75,53%, sedangkan BCA membukukan persentase kenaikan laba bersih bank only sebesar 19,52%.

Dari sisi pendapatan bunga bersih (individual) sepanjang 2021, BRI juga menjadi yang terbesar, yakni sebesar Rp 95,82 triliun, di atas emiten bank BUMN Bank Mandiri dengan nilai Rp 53,96 triliun.

NIM Tumbuh Positif

Lalu, bagaimana dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM)?

Seiring dengan lonjakan pendapatan bunga bersih sepanjang 2021, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) empat bank di atas secara umum naik. (Tabel 2).

Tabel 2. NIM Bank Besar 2021

Bank

NIM 2021 (%)

Perubahan NIM yoy (basis poin/bps)

BBRI

6.89%

0.89

BBCA

5.10%

-0.60

BMRI

4.73%

0.25

BBNI

4.67%

0.17

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI

BBRI membukukan pertumbuhan NIM tertinggi secara yoy, yakni 0,89 basis poin (bps) menjadi 6,89% pada akhir 2021. Sementara, BBCA malah minus 0,60 bps menjadi 5,10%.

Namun, secara garis besar, angka tersebut berada di atas rerata NIM industri perbankan nasional.

Sebagai informasi, mengacu pada data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per November 2021 yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM bank umum tercatat di angka 4,51%.

Profitabilitas Bank Ikut Moncer

Setidaknya ada dua rasio profitabilitas yang bisa digunakan untuk mengukur profitabilitas bank, yakni return on asset (ROA) dan return on equity (ROE).

ROA dan ROE membantu mengukur kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.

Secara keseluruhan, nilai ROA dan ROE keempat bank gede di atas tumbuh positif. (Tabel 3).

Tabel 3. ROA dan ROE Bank Utama RI 2021

Bank

ROA 2021

Perubahan ROA yoy (bps)

ROE 2021

Perubahan ROE yoy (bps)

BBRI

2.72%

0.74

16.87%

5.82

BBCA

3.41%

0.09

18.25%

1.71

BMRI

2.53%

0.89

16.24%

6.88

BBNI

1.43%

0.89

10.42%

7.56

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI

Angka pertumbuhan ROA tertinggi dimiliki BMRI dan BBNI dengan masing naik 0,89 bps. Sementara, pertumbuhan ROE terbesar dipegang BBNI dengan bertambah 7,59 bps.

Asal tahu saja, secara umum keempatnya berada di atas atau mendekati rerata ROA industri yang sebesar 1,6%. Keempat bank tersebut juga berada di atas rerata ROE industri tercatat sebesar 10,36%.

Baca soal Angka Kredit, DPK, sampai NPL di halaman selanjutnya >>>

Pertumbuhan Kredit & DPK Ciamik

Kinerja intermediasi (pengumpul dan penyalur dana masyarakat) the big four bank juga mengesankan.

Ini terlihat, pertama, dari sisi pertumbuhan penyaluran kredit (bank only) keempatnya yang berada di atas rerata kredit perbankan nasional yang sebesar 5,2% sepanjang 2021. (Tabel 4).

BRI menjadi bank dengan nilai penyaluran kredit (bank only) tertinggi, yakni Rp 943,70 triliun, tumbuh 7,16% secara yoy.

Sementara, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit (bank only) tertinggi, sebesar 8,45%, menjadi Rp 828,11 triliun.

Kemudian, kedua, pertumbuhan kredit juga ditopang oleh angka Dana Pihak Ketiga (DPK) yang juga ciamik. (Tabel 4).

Tabel 4. Kredit dan DPK (Bank Only) 2021

Bank

Penyaluran Kredit 2021 (Bank Only)

Perubahan Kredit yoy

DPK 2021 (Bank Only)

Perubahan DPK yoy

BBRI

Rp 943.70 T

7.16%

Rp 1127.85 T

7.14%

BBCA

Rp 620.64 T

7.82%

Rp 966.98 T

15.83%

BMRI

Rp 828.11 T

8.45%

Rp 1026.29 T

12.91%

BBNI

Rp 581.49 T

5.38%

Rp 729.54 T

15.40%

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI

Mayoritas bank tersebut memiliki pertumbuhan DPK dua digit, dengan BBCA mencatatkan angka tertinggi sebesar 15,83%.

Secara umum, menurut data OJK, penghimpunan DPK bank umum mengalami kenaikan 12,21% secara yoy.

NPL Terjaga

Seiring kredit meningkat, angka rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) keempat bank tersebut juga terjaga dan mayoritas semakin membaik sepanjang tahun lalu di tengah proses pemulihan ekonomi. (Tabel 5).

Tabel 5. Rasio NPL Gross dan NPL Neto Bank 2021

Bank

NPL Gross 2021

Perubahan NPL Gross yoy (bps)

NPL Net 2021

Perubahan NPL Net yoy (bps)

BBRI

3.08%

0.14

0.70%

-0.10

BBCA

2.16%

0.37

0.78%

0.04

BMRI

2.81%

-0.48

0.41%

-0.02

BBNI

3.70%

-0.55

0.73%

-0.22

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI

Sekadar informasi, rerata rasio NPL bruto perbankan secara umum yang tercatat sebesar 3,00% hingga akhir 2021.

Bagaimana dengan Posisi Permodalan dan Likuiditas?

Kesehatan keempat bank tersebut dari sisi Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) atawa Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) juga masih terus terjaga. (Tabel 6).

Nilai keempatnya berada di atas batas (threshold) aturan otoritas soal CAR/KPMM untuk bank sistemik sebesar 18,5%.

Adapun rerata rasio CAR perbankan hingga akhir 2021 juga tercatat di atas ambang batas sebesar 25,67%.

Demikian pula soal likuiditas dari sisi rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio/LDR) yang tercatat masih di rentang ideal yang dipatok Bank Indonesia di 78-82%. (Tabel 6).

Tabel 6. Rasio CAR/KPMM dan LDR Bank 2021

Bank

CAR (KPMM) 2021

Perubahan CAR yoy (bps)

LDR 2021

Perubahan LDR yoy (bps)

BBRI

25.28%

4.67

83.67%

0.01

BBCA

25.66%

-0.17

61.96%

-3.81

BMRI

19.60%

-0.3

80.04%

-2.91

BBNI

19.74%

2.96

79.71%

-7.57

Sumber: Laporan Keuangan Emiten di BEI

Mayoritas bank tersebut juga memiliki LDR di atas rerata bank nasional secara umum yang berada di angka 77,90%.

Mari simak secara lebih mendetail kinerja keempat bank besar tersebut di bawah ini.

Baca halaman selanjutnya >>>

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)/BRI

BRI membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang tahun 2021 sebesar Rp 31,06 triliun secara konsolidasian.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, laba bersih tersebut meningkat 66,53% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai Rp 18,65 triliun.

Sedangkan, secara individual (bank only), BRI mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp 32,21 triliun per Desember 2021 dari tahun sebelumnya Rp 18,35 triliun, atau meningkat 75,53%.

Meningkatnya perolehan laba bersih perseroan sejalan dengan meningkatnya pendapatan bunga menjadi sebesar Rp 143,52 triliun pada akhir 2021 dari tahun sebelumnya Rp 135,76 triliun.

Adapun, beban bunga tercatat sebesar Rp 29,43 triliun dari tahun sebelumnya Rp 42,18 triliun. Sehingga, secara konsolidasian, pendapatan bunga bersih emiten bank bersandi BBRI ini senilai Rp 114,09 triliun, naik sebesar 21,91% dari sebelumnya Rp 93,58 triliun.

Sepanjang tahun 2021, perseroan menyalurkan kredit secara konsolidasian sebesar Rp 994,41 triliun, naik 5,36% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 943,79 triliun.

Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya total aset perseroan menjadi Rp 1.678 triliun per akhir Desember 2021 dari tahun sebelumya Rp 1.610 triliun.

Dari sisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross perseroan tercatat mengalami kenaikan dari posisi 31 Desember 2021 di level 2,98% menjadi 3,08%. Sedangkan, NPL net sedikit mengalami perbaikan dari 0,80% menjadi 0,70%.

Sementara itu, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) BBRI tercatat tumbuh 6,89% pada Desember 2021 dari tahun sebelumnya 6% dengan rasio simpanan terhadap pinjaman atau loan to deposit ratio/LDR) di level 83,67% pada Desember 2021, tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya di level 83,66%.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)/BCA

BCA melaporkan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun sepanjang 2021, tumbuh 15,8% year-on-year (YoY) dari laba bersih tahun 2020.

"Menurut Bapak Jahja [Dirut BCA], kami mengapresiasi upaya pemerintah dalam mengendalikan pandemi dan memberikan paket stimulus. BCA mendukung momentum pemulihan ekonomi," ujar EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA Hera F Haryn dalam konferensi pers, Kamis (27/1/2022).

BCA dan entitas anak menutup tahun 2021 dengan total kredit yang tumbuh 8,2% yoy, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.

Sejalan dengan pencapaian itu, kredit korporasi naik 12,3% YoY mencapai Rp 286,5 triliun di Desember 2021, menjadi penopang utama pertumbuhan total kredit BCA. KPR, yang menjadi kontributor tertinggi kedua, tumbuh 8,2% YoY menjadi Rp 97,5 triliun. Kredit komersial dan UKM juga naik 4,8% YoY menjadi Rp 195,8 triliun.

Sementara itu, KKB terkoreksi 2,4% YoY menjadi Rp36,0 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit tumbuh 5,2% YoY menjadi Rp11,8 triliun. Total portofolio kredit konsumer naik 5,1% YoY menjadi Rp148,4 triliun.

Capaian ini mendukung dana giro dan tabungan (CASA) naik 19,1% yoy di Desember 2021. Pertumbuhan dana dan kredit disertai dengan peningkatan kualitas aset, sehingga biaya provisi tercatat menurun 19,6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Rasio loan at risk (LAR) turun ke 14,6% di tahun 2021, dibandingkan dengan 18,8% di tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan) terjaga sebesar 2,2% didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi.

Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga naik 16,1% YoY menjadi Rp975,9 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 14,2% YoY mencapai Rp1.228,3 triliun.

Asal tahu saja, BBCA dan BBRI merupakan penguasa pasar saham RI dengan kapitalisasi pasar terbesar pertama dan kedua di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Rp 986,20 triliun dan Rp 671,41 triliun. 

Baca halaman selanjutnya >>>

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)/BBNI

BNI membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasian senilai Rp 10,89 triliun sepanjang tahun 2021.

Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, Rabu (26/1/2022), perolehan laba bersih tersebut naik signifikan dari periode yang sama di tahun 2020 senilai Rp 3,28 triliun.

Sementara itu, laba bersih bank secara individual (bank only), tercatat sebesar Rp 10,68 triliun sampai dengan Desember 2021 dari tahun sebelumnya Rp 2,75 triliun.

Pada tahun 2021, bank bersandi BBNI ini tercatat membukukan pendapatan bunga secara konsolidasian Rp 50,02 triliun turun dari tahun sebelumnya Rp 56,17 triliun.

Beban bunga konsolidasian tercatat turun menjadi Rp 11,77 triliun per Desember 2021 dari sebelumnya Rp 19,02 triliun. Sehingga, pendapatan bunga bersih BBNI pada tahun 2021 sebesar Rp 38,24 triliun, meningkat dari capaian tahun 2020 senilai Rp 37,15 triliun.

BBNI tercatat menyalurkan kredit secara konsolidasian sebesar Rp 582,43 triliun pada tahun 2021, naik 5,30% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 553,10 triliun.

Dari sisi total aset BNI, per Desember 2021 tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp 964,83 triliun dari Desember 2020 senilai Rp 891,33 triliun.

Dari sisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross BBNI tercatat mengalami penurunan menjadi 3,70% dari periode tahun 2020 di level 4,25%. NPL net juga turun menjadi 0,73% dari sebelumnya 0,95%.

Rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) BBNI juga kian longgar menjadi 79,71% dari periode yang sama di tahun 2020 di level 87,28%.

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

Bank Mandiri mencatatkan laba bersih senilai Rp 28,02 triliun sepanjang 2021. Angka ini mengalami kenaikan 66,83% secara tahunan dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 16,80 triliun.

Sepanjang tahun lalu perusahaan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 8,86% secara tahunan, sedangkan secara kuartalan sebesar 2,8%.

Sektor yang menyumbang kredit paling besar adalah sektor korporasi dengan porsi 35,2%, lalu sektor komersial dengan porsi 16,5% dan sektor mikro sebesar 12,6%.

Sedangkan sektor dengan pertumbuhan kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah sektor konsumer yang naik 4,1% secara tahunan, disusul sektor SME sebesar 3,3% dan sektor komersial yang naik 3,2%.

Sektor mikro dan korporasi masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 2,4% dan 1,4% secara tahunan.

Dari segi pendanaan, tercatat loan to deposit ratio (LDR) perusahaan sebesar 80,8%. CASA rasio sebesar 69,7%.

Untuk permodalan, CAR perusahaan tercatat sebesar 19,55%.

Net Interest Margin (NIM) perusahaan tercatat sebesar 5,09%, turun tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,10%.

Dari segi resiko, NPL perusahaan tercatat ada di angka 2,72%, turun dari posisi periode yang sama tahun sebelumnya di angka 3,10%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular