
Rupiah Juara Pekan Ini di Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih berjaya di pekan ini terhadap Euro dan poundsterling, di tengah banyaknya isu tak sedap menekan Mata Uang Garuda.
Melansir data Refinitiv, euro terhadap rupiah melemah 0,28% ke Rp 16.340,24/EUR yang sepanjang pekan ini mata uang 19 negara ini jeblok 0,32%. Sementara itu poundsterling melemah 0,04% ke Rp 1.9430,52/GBP dan sepanjang pekan ini nyaris ambrol 0,11%.
Kurs rupiah juga tertekan oleh dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Namun, kurs euro dan poundsterling nampaknya lebih terpuruk oleh tekanan dari Negeri Paman Sam tersebut.
AS merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sehingga membawa pengaruh luar biasa, termasuk terhadap negara maju dan negara berkembang.
Departemen Tenaga Kerja AS kemarin merilis data inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang melonjak ke 7,5% secara tahunan di Januari. Sementara itu, poling analis Dow Jones dan Reuters memprediksikan inflasi hanya sebesar 7,3%, sehingga data inflasi melampaui ekspektasi pasar.
Lonjakan tersebut dipicu oleh pemulihan ekonomi AS yang berjalan cepat karena pemerintah telah memberikan stimulus perekonomian yang besar di tengah pandemi Covid-19.
Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak 1982, sehingga menguatkan ekspektasi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif tahun ini yang akan dimulai pada bulan Maret sebanyak 50 basis poin (bp).
Di sisi lainnya, potensi invasi Rusia terhadap Ukraina masih menjadi sentimen utama bagi wilayah Eropa. Mengacu kepada Al Jazeera, pemerintah AS telah mengingatkan warga AS untuk tidak pergi ke Ukraina dan untuk warganya yang masih berada di sana diminta segera pulang.
Ada empat level peringatan di AS dan ini telah mencapai level tertinggi. Pemerintah AS juga menambahkan jika terjadi perang, maka pemerintah tidak bisa mengevakuasi lagi.
"Warga Amerika sebaiknya pergi sekarang, kita sedang berhadapan dengan tentara terbesar di dunia dan keadaan bisa sangat kacau," tutur Presiden AS Joe Biden dikutip dari NBC News.
Invasi Rusia terhadap Ukraina bisa terjadi kapan saja tanpa pemberitahuan sebab tentara Rusia sudah menempati perbatasan Ukraina dari beberapa wilayah. Menurut The Straits Times, setidaknya ada 100.000 tentara Rusia yang sudah menempati perbatasan Ukraina.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indeks Dolar AS Melesat 7 Pekan, Rupiah Dkk kok Masih Kuat?