Durian Runtuh Bikin Sri Mulyani Kipas-kipas Duit, 2022 Lagi?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
23 December 2021 12:20
Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)
Foto: Konferensi Pers APBN KITA Edisi 21 Desember 2021. (Tangkapan layar toutube Kemenkeu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan mencatat total penerimaan negara per November 2021 mencapai Rp 1.699,36 triliun. Jumlah ini setara dengan 97,46% dari target APBN 2021.

Penerimaan pajak tumbuh 17% mencapai Rp 1.082,6 triliun atau 88% dari target. Kenaikan tertinggi ada pada PPh migas dengan 57,7% dan non migas tumbuh 12,6%. PPN tumbuh 19,8% dan PBB tumbuh minus 6,2% dan pajak lainnya tumbuh 79,7%.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tumbuh 25,4% menjadi Rp 382,5 triliun atau 128,3% dari target APBN. Kenaikan ditopang oleh pendapatan SDA migas 24,7% dan non migas 86,9% di mana masing-masing sudah berada di atas target.

Tingginya penerimaan, besar dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas dalam setahun terakhir. Khususnya batu bara dan minyak kelapa sawit yang menjadi ekspor andalan Indonesia selama ini. Apakah berlanjut tahun 2022?

Harga komoditas pada tahun 2022 secara umum diperkirakan berangsur normal. Lonjakan harga yang terjadi sepanjang tahun 2021 akibat masalah pasokan mulai dari produksi hingga distribusi.

Seiring dengan pemulihan ekonomi, produksi komoditas pun bisa meningkat setelah terpukul akibat pandemi pada tahun 2020. Ditambah dengan upaya intervensi pemerintah untuk mengendalikan harga komoditas seperti yang dilakukan oleh China terhadap harga batu bara.

Selain itu masalah rantai pasokan juga diprediksi akan membaik pada tahun 2022 seiring dengan pembukaan akses masuk ke negara.

Harga batu bara masih tetap tinggi pada tahun 2022 namun potensi lonjakan seperti Oktober 2021 terbatas karena sisi produksi yang terus tumbuh akan mengimbangi sisi permintaan.

Sementara sawit masih akan ditopang permintaan dari biodiesel. Selain itu, pemulihan ekonomi juga dapat mendorong CPO sebagai bahan baku barang konsumsi.

Indonesia masih akan mendapatkan manfaat dari komoditas tahun depan. Namun tidak akan signifikan seperti tahun 2021 karena mulai ada keseimbangan dari pasokan dan permintaan.

Halaman Selanjutnya --> Pasokan dan Permintaan Mulai Seimbang

Harga batu bara diyakini para produsen masih akan tetap tinggi hingga kuartal I-2022. Hal ini dipicu oleh permintaan yang diperkirakan masih tinggi pada awal tahun.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia.

"Kemungkinan di awal tahun, di kuartal pertama harga masih cukup kuat. Biasanya awal tahun demand cukup tinggi karena faktor cuaca. Di Tiongkok sendiri mereka akan melaksanakan Winter Olympic," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/12/2021).

Pihaknya pun memperkirakan permintaan batu bara pada tahun depan masih cukup tinggi. Meski sejumlah negara maju mengampanyekan anti-batu bara dan meminta menghentikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), namun menurutnya itu belum akan terjadi pada tahun depan, termasuk di Indonesia.

Sementara itu, Badan energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan batu bara untuk masih akan terus tumbuh dan mencapai puncaknya hingga tahun 2024.

IEA memperkirakan permintaan batu bara akan melampaui rekor tahun 2013 pada tahun 2022 dan terus meningkat ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 8.031 juta ton pada tahun 2024.

Peningkatan ini didorong oleh China yang akan tumbuh 135 juta ton, India 129 juta ton dan negara-negara Asia Tenggara 50 juta ton. Ini jadi peluang bagi Indonesia karena China, India, dan negara-negara di Asia Tenggara adalah pasar utama batu bara.

Sepanjang Januari-September 2021, ekspor batu bara China mencapai US$ 5,55 miliar dan jadi penyumbang terbesar. Sementara India mencapai US$ 2,88 miliar. Ekspor ke negara tetangga Filipina dan Malaysia masing-masing sebesar US$ 1,49 miliar dan US$ 1,48 miliar.

IEA mengatakan produsen batu bara besar seperti China, India, Indonesia dan Rusia akan meningkatkan produksinya dalam merespon kelangkaan pasokan batu bara pada tahun 2021. EIA memperkirakan produksi tertinggi sepanjang masa sebesar 8.111 Mt akan terjadi pada tahun 2022. Peningkatan terbesar diperkirakan terjadi di India tumbuh 163 juta ton, China tumbuh 57 juta ton, Rusia tumbuh 16 juta ton dan Pakistan tumbuh 12 juta ton.

Indonesia sendiri menargetkan produksi batu bara nasional yang dinaikkan menjadi kisaran 637 juta sampai 664 juta ton pada 2022. Target ini naik dibandingkan target produksi 2021 sebesar 625 juta ton.

Halaman Selanjutnya --> Apa Kabar Harga Sawit Tahun Depan?

Normalisasi pasokan juga akan terjadi pada CPO yang diperkirakan akan menekan harga. Produksi yang akan berangsur pulih dan masalah tenaga kerja Malaysia yang membaik akan memperbaiki pasokan CPO.

Darab Mistri, analis komoditas dari Gadrej Internasional Ltd, meyakini operasional kebun sawit di Malaysia akan mulai normal tahun 2022. Dia mengatakan masalah kekurangan tenaga kerja juga akan teratadi tahun depan namun efeknya akan terasa pada kuartal II 2022.

Darab memprediksi produksi CPO Malaysia akan mencapai 19 juta ton tahun 2022, naik dari 18 juta ton pada 2021. Untuk Indonesia, Darab memprediksi produksi CPO akan naik 1 juta ton pada 2022. Di sisi permintaan, Darab mengungkapkan akan terjadi peningkatan dua juta ton dari biodiesel.

"Permintaan terhadap energi akan terus mengalami kenaikan 2 juta ton pada tahun 2021-2022," jelas Dorab.  

Permintaan dari konsumsi diperkirakan akan naik 3 juta ton setiap tahun karena pemulihan ekonomu dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular