
Saham Batu Bara Gokil! Masih Kuat Nanjak Jelang Akhir Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu masih mampu melanjutkan kenaikan pada awal perdagangan hari ini, Kamis (23/12/2021), setelah cenderung diborong dalam beberapa hari terakhir.
Berikut kenaikan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.41 WIB.
Golden Energy Mines (GEMS), saham +5,15%, ke Rp 6.125/saham
Perdana Karya Perkasa (PKPK), +2,63%, ke Rp 234/saham
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), +1,49%, ke Rp 68/saham
Prima Andalan Mandiri (MCOL), +0,82%, ke Rp 3.670/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), +0,75%, ke Rp 268/saham
United Tractors (UNTR), +0,69%, ke Rp 21.950/saham
Mitrabara Adiperdana (MBAP), +0,56%, ke Rp 3.600/saham
TBS Energi Utama (TOBA), +0,42%, ke Rp 1.195/saham
Menurut data di atas, saham GEMS melonjak 5,15% ke Rp 6.125/saham. Dalam sepekan, saham ini melesat 27,02% dan dalam sebulan melambung 52,91%.
Kedua, saham PKPK terkerek naik 2,63% ke Rp 234/saham, usai naik dalam 2 hari terakhir. Alhasil, saham PKPK melejit 40,96% dalam sepekan.
Setali tiga uang, saham BOSS juga naik 1,49% pagi ini. Saham MCOL dan DOID juga masing-masing terapresiasi 0,82% dan 0,75%.
Sementara, harga batu bara mulai mengendur. Harga si batu hitam turun dua hari beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 178,8/ton. Anjlok 2,08% dibandingkan hari sebelumnya.
Ini membuat harga batu bara terkoreksi selama dua hari perdagangan beruntun. Dalam dua hari tersebut, harga turun 2,37%.
Sebelum terkoreksi dua hari berturut-turut, harga batu bara sempat naik 10 hari tanpa putus. Dalam 10 hari itu, harga melonjak 26,66%
Dari sisi fundamental, sebenarnya faktor pengerek harga batu bara masih cukup kuat. Musim dingin di belahan bumi bagian utara (northern hemisphere) membuat kebutuhan listrik untuk penghangat ruangan meningkat. Sumber energi primer untuk pembangkit listrik salah satunya adalah batu bara.
Sumber energi lain masih belum bisa terlampau diandalkan. Gas alam tengah mengalami kendala pasokan, terutama di Eropa. Masalah kian runyam kala Rusia, pemasok utama gas alam di Benua Biru, sedang diterpa kecaman negara-negara barat karena aktivitas mereka di Ukraina.
Gas alam dari Rusia menuju ke negara-negara Eropa yang melalui jalur Yamal-Eropa terus berkurang sejak akhir pekan lalu. Pada Selasa pekan ini, bahkan sempat berhenti karena aliran gas yang semestinya ke arah barat malah berbalik ke timur.
"Tidak ada hubungannya (dengan Ukraina). Ini semata situasi bisnis," ujar Dmitry Peskov, Juru Bicara Pemerintah Rusia, seperti dikutip dari Reuters.
Sumber energi lain seperti angin juga ternyata belum mumpuni. Kekuatan angin di Eropa pada tahun ini lebih lemah dari biasanya, sehingga minim dalam menghasilkan tenaga listrik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 16 Saham Batu Bara Perkasa, Juaranya Tak Terduga