IMF Ramal Indonesia Masih Bisa Pesta 'Durian Runtuh', Tapi...

Maesaroh, CNBC Indonesia
13 October 2022 16:00
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diramal masih bisa menikmati keuntungan dari harga komoditas. Namun, keuntungan menjadi terbatas karena harga komoditas semakin melandai.

Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department Dana Moneter Internasional (MF) Cheng Hoon Lim mengatakan harga komoditas memang melandai dalam dua bulan terakhir. Namun, harga tersebut masih tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.

"Harga komoditas turun dalam dua bulan terakhir tetapi masih tetap tinggi. Karena itu, Indonesia akan diuntungkan oleh ekspor," tutur Lim, kepada CNBC Indonesia.


Seperti diketahui, harga komoditas pangan dan energi melambungkan setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari 2022. Sejumlah komoditas bahkan menembus rekor tertinggi dalam sejarah atau beberapa tahun.

Pada 2 Maret, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di level US$ 446/ton. Ini menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008. Harga nikel sempat melandai tetapi kemudian melesat lagi dan mencatat rekor terbaru pada 5 September 2022 ke US$ 463,75 per ton.



Dalam tentang Maret-Oktober 2022, rata-rata harga batu bara ada di kisaran US$ 373 per ton. Harga terendah adalah US$ 220 per ton. Harga terendah tersebut bahkan masih 2-3 tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan pra-pandemi pada 2018-2019.

Tak hanya batu bara, perang juga melambungkan harga minyak sawit mentah hingga menembus rekor baru pada 29 April 2022 ke posisi MYR 7.104 per ton.  Harga nikel menembus US$ 27.000/ton pada 4 Maret 2022 dan melewati level tertinggi di Februari 2011.

Sementara itu, harga emas pada 8 Maret sempat melesat ke US$ 2.069,89/troy ons, mendekati rekor tertinggi di level US$ 2.072,49, yang dicapai pada 7 Agustus 2020 lalu.

Pada 7 Maret, minyak mentah jenis Brent meroket hingga nyaris menembus US$ 140/barel, tepatnya US$ 139,13/barel. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir, tepatnya sejak 15 Juli 2008.

Lonjakan harga komoditas tidak hanya membuat nilai ekspor Indonesia melonjak tetapi juga menambah penerimaan negara secara signifikan.

Ekspor Indonesia terus menerus mencetak rekor baru yakni pada April 2022 kemudian Agustus 2022.  Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2022 mencapai US$194,60 miliar atau melonjak 35,42% dibanding periode yang sama tahun 2021.

Pemerintah juga mendapatkan tambahan penerimaan negara sebesar Rp 420 triliun tahun ini, berkah dari kenaikan harga komoditas.

Lim menjelaskan harga komoditas melambat karena melandainya pertumbuhan ekonomi global, terutama di China. Namun, perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung serta masih tingginya harga minyak mentah akan menopang harga komoditas energi lain.

"Kita belum tahu kapan situasi ini akan berakhir. Harga minyak juga masih tinggi. Ini sangat sudah diprediksi," ujar Lim.


(mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Turun Bikin Pesta Durian Runtuh Bubar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular