Analisis

Ada Ramalan Jokowi, Cek Fakta Saham Batu Bara-CPO-Nikel!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
21 October 2021 12:25
Presiden Jokowi Saat Peresmian Pembukaan Apkasi Otonomi Expo

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis energi yang sedang menimpa sejumlah negara yang berbarengan dengan kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia, termasuk batu bara, sawit, nikel, tembaga, turut menarik perhatian Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Sebelumnya, Jokowi menyinggung soal krisis energi akhir-akhir ini saat menghadiri peresmian pembukaan Apkasi Otonomi Expo Tahun 2021 yang digelar di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/10/2021).

Di tengah krisis energi saat ini, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut tidak menampik bahwa Indonesia diuntungkan karena harga komoditas naik.

"Saya kira daerah yang memiliki kelapa sawit [CPO, crude palm oil], yang memiliki batu bara seneng semuanya atau yang memiliki nikel atau yang memiliki tembaga semuanya seneng karena ekonomi di daerah penghasil komoditas itu pasti akan merangkak naik. Insya Allah akan merangkak naik," ujar Jokowi dalam forum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) itu.

Lantas, pertanyannya, bagaimana dengan kinerja saham emiten di bursa RI yang memiliki bisnis di ketiga sektor tersebut?

Di bawah ini, Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas kinerja 5 besar saham masing-masing emiten dari ketiga sektor di atas dalam sebulan terakhir, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (21/10) pukul 10.45 WIB.

5 Saham Batu Bara dengan Kenaikan Tertinggi Sebulan

Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% 1 Bulan

Bayan Resources

BYAN

26275

72.86

Indika Energy

INDY

2140

56.20

Perdana Karya Perkasa

PKPK

134

55.81

Harum Energy

HRUM

8125

50.93

Bumi Resources

BUMI

78

47.17

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 21 Oktober 2021, pukul 10.45 WIB

Apabila menilik data di atas, saham batu bara milik taipan Dato Low Tuck Kwong BYAN menjadi yang paling melonjak dalam sebulan terakhir, yakni mencapai 72,86% ke Rp 26.275/saham.

Namun, perlu dicatat, harga saham BYAN sudah ambles selama 4 hari beruntun, lantaran dilanda aksi ambil untung investor. Tren koreksi ini juga dialami saham-saham batu bara setidaknya selama sepekan ini.

Kedua, ada saham INDY yang melejit 56,20% dalam sebulan. Namun, saham INDY anjlok hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB) 6,96% hingga perdagangan siang ini.

Saham Grup Bakrie BUMI juga melejit 47,17% dalam sebulan belakangan. Lalu, sama seperti saham batu bara lainnya, hingga siang ini turun 6,02%.

Saham batu bara menjadi yang paling melonjak dibandingkan dengan CPO dan nikel lantaran reli kenaikan komoditas batu bara menjadi yang paling tinggi sepanjang tahun ini.

5 Saham CPO dengan Kenaikan Tertinggi Sebulan

Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% 1 Bulan

Sawit Sumbermas Sarana

SSMS

1175

45.06

Eagle High Plantations

BWPT

99

39.44

Sampoerna Agro

SGRO

2480

37.40

PP London Sumatra Indonesia

LSIP

1445

33.95

Cisadane Sawit Raya

CSRA

408

30.77

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 21 Oktober 2021, pukul 10.45 WIB

Kemudian, di antara saham CPO lainnya, saham SSMS menjadi yang paling melesat, yakni sebesar 45,06%, dalam sebulan ini. Hari ini, saham SSMS naik 2,64%, berbarengan dengan mayoritas saham CPO raksasa lainnya.

Kedua, saham milik BUMN Malaysia Felda dan Grup Rajawali BWPT yang berhasil melejit 39,44% dalam 30 hari terakhir. Siang ini, saham BWPT terkerek 1,02%.

Saham Grup Samporna SGRO dan Grup Salim LSIP juga sama-sama menanjak dalam sebulan, yakni masing-masing sebesar 37,40% dan 33,95%.

NEXT: Masih Ada Analisis Saham Nikel!

5 Saham Nikel dengan Kenaikan Tertinggi Sebulan

Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% 1 Bulan

Harum Energy

HRUM

8125

50.93

Timah

TINS

1715

13.20

Aneka Tambang

ANTM

2570

9.83

Pelat Timah Nusantara

NIKL

1165

7.87

Vale Indonesia

INCO

5125

7.67

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 21 Oktober 2021, pukul 10.45 WIB

Terakhir, saham nikel menjadi saham yang paling kecil penguatannya dibandingkan batu bara dan CPO. Ini terjadi lantaran respons saham nikel terhadap kenaikan harga nikel terlihat agak terlambat. Selain itu, harga kontrak berjangka nikel--kendati cenderung naik sepanjang tahun ini--baru mulai menanjak tinggi pada awal Oktober 2021 ketika berhasil rebound dari level US$ 17.900-an/ton.

Apabila melihat tabel di atas, saham emiten milik taipan Kiki Barki HRUM menjadi yang paling meroket, yakni 50,93% dalam sebulan. Namun, sebagai catatan, bisnis tradisional HRUM adalah batu bara sehingga sentimen utama penyokong kenaikan saham ini adalah reli harga batu bara.

Di bawah HRUM, ada saham emiten BUMN TINS dan ANTM yang masing-masing naik 13,20% dan 9,83% dalam sebulan.

Tidak hanya itu, saham INCO juga terkerek naik 7,67% dalam sebulan terakhir.

Reli Harga Batu Bara, CPO, hingga Nikel

Lonjakan harga batu bara, CPO, dan juga nikel akhir-akhir ini memang luar biasa.

Menurut data Refinitiv, harga batu bara melonjak 30,7% dalam sebulan terakhir. Sementara, sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 188,2%. Hanya saja, dalam sepekan terakhir, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) sedang terkena aksi ambil untung (profit taking) dengan ambles lebih dari 25% ke US$ 213,1/ton.

Di tengah lesatan tinggi harga batu bara, perkembangan di China menjadi sentimen negatif bagi si batu hitam saat ini. Pemerintah China tengah mempertimbangan untuk melakukan intervensi terhadap harga komoditas yang naik tajam, termasuk batu bara. Asal tahu saja, sekitar 60% pembangkit listrik di China menggunakan tenaga batu bara.

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China pada Selasa lalu mengungkapkan tengah mempelajari langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mengintervensi harga batu bara. Pemerintahan Presiden Xi Jinping akan melakukan segala upaya agar harga kembali ke kisaran yang masuk akal.

Sementara, pada Kamis (21/10/2021) pukul 10:33 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 5.160/ton. Angka ini naik 1,76% dari posisi kemarin dan menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah perdagangan CPO.

Dengan demikian, harga ini memecahkan rekor tertinggi yang diciptakan pada penutupan perdagangan Rabu (20/10) kemarin ketika ditutup di MYR 5.071/ton.

Harga CPO saat ini masih menjalani tren bullish. Dalam sebulan terakhir, harga komoditas melonjak 19,17% secara point-to-point. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga meroket 43,33%.

Setali tiga uang, harga kontrak berjangka nikel juga mulai menunjukkan tren kenaikan akhir-akhir ini.

Pada Rabu (20/19), harga kontrak berjangka 3 bulan nikel di London Metal Exchange (LME) melesat 4,55% dibandingkan pada penutupan hari sebelumnya. Dalam sepekan nikel melejit 10,81%, sedangkan dalam sebulan melonjak 11,33%. Adapun secara ytd melambung 26,64%.

Memang, persediaan nikel di gudang LME terus terjun ke level terendah sejak Desember 2019. Pada tanggal 15 Oktober 2021, persediaan nikel tercatat 146.022 ton, turun 38,47% year-on-year (yoy) dibanding 15 Oktober 2020.

Rata-rata persediaan nikel pada bulan Oktober 2021 tercatat 150.570 ton, turun 13,52% month-to-month (mom) dibanding rata-rata persediaan September 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular