
Fakta-fakta Krisis Evergrande, 'Bom Waktu' yang Siap Meledak!

Evergrande yang kian tertekan dan ditambah dengan perusahaan pengembang lain yang relatif lebih kecil ikut melewatkan pembayaran telah memicu kekhawatiran penularan krisis di seluruh sistem keuangan China yang bernilai US$ 50 triliun dalam beberapa pekan terakhir.
Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin mengatakan pada hari Senin bahwa mereka dan lembaga lainnya akan meluncurkan pemeriksaan anti-korupsi selama dua bulan terhadap regulator keuangan negara, bank, perusahaan asuransi, dan manajer kredit macet.
S&P Global Ratings bulan lalu memperkirakan bahwa pengembang yang mendapat rating dari mereka akan menebus US$ 74,46 miliar dalam obligasi domestik dan luar negeri di tahun depan, dengan jatuh tempo besar pertama akan datang pada bulan Januari, sekitar US$ 6,2 miliar obligasi luar negeri akan dibayarkan kembali menurut data pialang CGS-CIMB.
Indikator pasar juga menunjukkan bagaimana penularan perlahan menyebar ke pasar high yield lainnya di negara berkembang.
Peter Kisler manajer di Trium Capital fund menyoroti bagaimana sebagian besar perusahaan pasar berkembang (emerging market) yang imbal hasilnya sudah sekitar 10% telah terpukul.
Biaya asuransi terhadap default negara China juga terus meningkat pada hari Selasa, dengan swap default kredit 5 tahun - yang biasanya digunakan investor sebagai lindung nilai terhadap peningkatan risiko - mencapai level tertinggi sejak April 2020.
Saham beberapa perusahaan properti lainnya memiliki nasib yang lebih baik karena pasar bertaruh pada lebih banyak pelonggaran kebijakan menyusul langkah-langkah yang diambil kota Harbin di timur laut China untuk mendukung pengembang dan proyek mereka.
Kekhawatiran akan krisis yang dapat menjalar ke berbagai sektor tidak akan berakhir sebelum pemerintah China secara langsung turun tangan menyelesaikan permasalahan ini, yang menurut banyak analis China sangat mampu untuk mengendalikan kondisi saat ini, jika mereka mau.
Dalam wawancara dengan Bloomberg TV, CEO Standard Chartered Bill Winter mengatakan pemerintah China tidak akan membiarkan turbulensi pengembang properti berubah menjadi krisis sistemik.
Bill Winter juga menyebutkan penyedia layanan perbankan yang memiliki fokus besar di Asia tersebut tidak memiliki "kekhawatiran eksposur ke sektor properti."
"(terkait) gagasan bahwa ini adalah momen Lehman bagi China: Saya tidak berpikir China sebodoh itu," katanya.
Akan tetapi hingga saat ini pemerintah China belum memberikan bukti konkret upaya penyelamatan perusahaan properti dengan utang terbesar di dunia.
Sebaliknya Beijing belum mau masuk karena berharap perjuangan Evergrande akan menunjukkan kepada perusahaan China lainnya bahwa mereka perlu disiplin dalam keuangan mereka, kata orang-orang yang mengetahui pertimbangannya yang tidak ingin namanya disebutkan, dilansir The New York Times.
Meski demikian China dikatakan memiliki serangkaian alat keuangan yang diyakini cukup kuat untuk membendung kepanikan keuangan jika keadaan memburuk.
Pemerintah "masih akan memberikan jaminan" untuk sebagian besar kegiatan Evergrande, kata Zhu Ning, wakil dekan Shanghai Advanced Institute of Finance, "tetapi para investor harus berkeringat (bersusah payah)."
Pihak berwenang memiliki cara lain untuk memadamkan kegelisahan publik tentang Evergrande.
Selama berbulan-bulan, pemerintah daerah telah mengeluarkan arahan yang mendesak pejabat dan perusahaan Partai Komunis untuk mewaspadai protes yang sedang berkembang terkait dengan pengembang properti China yang bermasalah.
Beberapa pemberitahuan memperingatkan pejabat untuk memantau pembeli rumah yang dirugikan, kontraktor yang tidak dibayar, dan bahkan agen real estat yang diberhentikan.
Dunia keuangan saat ini fokus menyaksikan perjuangan China Evergrande Group, perusahaan pengembang lain serta pasar properti China secara luas, sembari menanti kebijakan baru yang akan diambil Presiden Xi dan Partai Komunis.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
