Saham Emiten 'Receh' Properti Gerak Liar Lagi, Tanda Apa Ini?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
18 October 2021 10:45
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham emiten properti menguat ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Senin (18/10/2021). Sejumlah saham emiten berkapitalisasi pasar (market cap) mini alias di bawah Rp 350 miliar turut menguat pagi ini.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.27 WIB, indeks sektor properti tercatat naik 0,37% bersama mayoritas sektor lainnya.

Berikut ini kenaikan sejumlah saham properti, berdasarkan data BEI.

  1. Bekasi Asri Pemula (BAPA), saham +3,85%, ke Rp 54/saham

  2. Perdana Gapura Prima (GPRA), +2,60%, ke Rp 79/saham

  3. Andalan Sakti Primaindo (ASPI), +1,64% ke Rp 62/saham

  4. Agung Podomoro Land (APLN), +1,36%, ke Rp 149/saham

  5. Pollux Properti Indonesia (POLL), +1,31%, ke Rp 3.090/saham

  6. Bumi Serpong Damai (BSDE), +1,31%, ke Rp 1.160/saham

  7. Lippo Cikarang (LPCK), +0,99%, ke Rp 1.025/saham

  8. Bumi Serpong Damai (BSDE), +0,87%, ke Rp 1.155/saham

  9. Surya Semesta Internusa (SSIA), +0,83%, ke Rp 486/saham

  10. Binakarya Jaya Abadi (BIKA), +0,74%, ke Rp 274/saham

  11. Ciputra Development (CTRA), +0,44%, ke Rp 1.135/saham

Berdasarkan data di atas, setidaknya ada 4 saham emiten dengan nilai kapitalisasi pasar mini yang menguat, yakni BAPA (market cap Rp 35,74 miliar), GPRA (337,86 miliar), ASPI (Rp 42,27 miliar), dan BIKA (Rp 162,28 miliar).

Saham BAPA memimpin kenaikan, yakni 3,85% ke Rp 54/saham, dengan nilai transaksi baru sebesar Rp 91 juta. Pada Jumat pekan lalu (15/10), saham BAPA ditutup turun 1,89%, setelah pada Kamis (14/10) mencuat 6,00%.

Kedua, saham GPRA menguat 2,60% dengan nilai transaksi yang juga mini, yakni Rp 311,41 juta. Saham ini berhasil 'bangkit' setelah 3 hari stagnan.

Di bawah GPRA, ada saham ASPI yang terapresiasi 1,64% ke Rp 62/saham, dengan nilai transaksi yang rendah Rp 155,82 juta. Pada Jumat pekan lalu, saham ASPI naik 1,67%.

Kemudian, saham emiten mini lainnya, BIKA, tercatat menguat 0,74% dengan nilai transaksi Rp 40 juta, setelah turun dalam 2 hari terakhir.

Sentimen pasar yang ikut mendorong kinerja saham properti akhir-akhir ini, mulai dari tanda mulai membaiknya kinerja emiten, semakin gencarnya vaksinasi masyarakat, bunga pinjaman yang ringan, dan pengembangan bidang infrastruktur yang terus berlanjut.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memperpanjang stimulus ekonomi dari pemerintah terhadap sektor properti seperti DP 0% (down payment).

Diskon PPN 100% untuk sektor properti ini diberikan pemerintah untuk pembelian rumah tapak atau rusun baru yang sudah tersedia dan bukan inden dengan harga jual maksimal Rp 2 miliar. Serta diskon 50% untuk pembelian rumah tapak atau rusun baru dengan harga jual Rp 2 miliar - Rp 5 miliar.

Dalam riset terbarunya lembaga pemeringkat global Moody's menjelaskan, permintaan untuk properti residensial (tempat tinggal) Indonesia akan meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan penjualan para pengembang di tahun 2021 dan metrik kredit utama lain--meskipun akan tetap lebih lemah dan berada di bawah level pra-pandemi.

"Laju pertumbuhan pinjaman perumahan telah meningkat sejak awal 2021, didorong oleh pemulihan permintaan untuk properti residensial dan peningkatan pinjaman oleh bank," kata Jacintha Poh, Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Taipan Properti & Direkturnya Jual Lagi Saham Intiland

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular