
Emas Disebut Menuju Kehancuran, Ini Alasannya!

Sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus lalu, harga emas mulai merosot. Sempat menguat lagi ke atas US$ US$ 2.000/troy ons pada 18 Agustus lalu, tetapi dibanting turun lagi dan tidak pernah lagi menyentuh level tersebut.
Di tahun 2021, emas sempat merosot ke US$ 1,676/troy ons pada 8 Maret lalu, sebelum rebound dan menanjak hingga level tertinggi yang bisa dicapai di US$ 1.900/troy ons di akhir Mei lalu, itu pun hanya beberapa hari saja. Setelahnya merosot lagi, artinya emas sudah dalam tren menurun.
Isu tapering menjadi salah satu faktor yang membuat harga emas berada dalam tren menurun.
![]() Foto Refinitiv |
Maklum saja, berkaca dari sejarah 2013, harga emas dunia bisa ambrol hingga lebih dari 45% dari rekor tertinggi di September 2011 US$ 1.920/troy ons akibat tapering.
Jika dilihat dari rekor saat ini yang dicapai pada bulan Agustus tahun lalu, hingga ke level terendah tahun ini pada 8 Maret, emas "baru" merosot 19%.
Di tahun 2013, saat The Fed melakukan tapering, aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.
Saat itu terjadi, dolar AS menjadi perkasa, dan harga emas dunia yang dibanderol dengan mata uang Paman Sam menjadi terpukul.
Taper tantrum pernah terjadi pada periode 2013-2015. Tetapi jauh sebelumnya, emas sudah bereaksi terhadap kebijakan moneter The Fed. Sam seperti saat ini, ketika emas sulit menguat akibat isu tapering, bahkan saat belum jelas kapan akan dilakukan.
Sebelum menggelontorkan QE akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) sejak Maret 2020 lalu, The Fed pernah melakukan hal sama saat terjadi krisis finansial global 2008. QE The Fed tersebut membawa emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Agustus 2020, dan sebelumnya pada September 2011.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Melihat Kembali Dampak QE 2008 dan Tapering 2013 ke Emas
(pap/pap)