Newsletter

PPKM Level 4 Selesai Hari Ini atau Lanjut Lagi, Pak Jokowi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 August 2021 06:00
Jelang Lebaran, Penukaran Uang Pecahan  Rupiah Kecil Baru Mulai Ramai (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif pada perdagangan pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, tetapi nilai tukar rupiah mampu menguat.

Seminggu kemarin, IHSG melemah 0,52% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, IHSG harus puas tergusur dari level 6.100.

Pembelian saham oleh investor asing pada minggu ini adalah Rp 14,35 triliun. Namun investor asing menjual lebih banyak yaitu Rp 15,39 triliun. Dengan demikian, investor asing melakukan jual bersih Rp 1,04 triliun.

ihsg

Namun, sepertinya pelaku pasar masih berminat masuk ke pasar obligasi pemerintah. Imbal hasil (yield) Surat Utang Negara tenor 10 tahun yang sempat berada di 6,3017% turun menjadi 6.307% pada akhir pekan lalu.

Yield dan harga obligasi berbanding terbalik. Penurunan yield berarti harga obligasi sedang naik karena peningkatan permintaan.

sbn

Per 27 Juli 2021, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah Rp 965,56 triliun. Bertambah Rp 2,79 triliun dibandingkan posisi sepekan sebelumnya.

Pekan lalu, lelang obligasi pemerintah berjalan sukses. Pemerintah lelang enam seri Surat Berharga Syariah Negara (SBN) di mana penawaran yang masuk mencapai Rp 56,69 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp 13,15 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang senilai Rp 12 triliun.

Kemudian pada 28 Juli 2021, pemerintah berhasil menjual SBN berdenominasi valas yaitu dolar AS dan euro. Ada tiga seri SBN dolar AS dengan nilai total penerbitan US$ 1,65 miliar. Sementara untuk SBN euro hanya ada satu seri dengan nilai penerbitan EUR 500 juta.

Arus modal di pasar SBN ini menjadi penopang penguatan nilai tukar rupiah. Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 0,21% di hadapan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point.

kurs

Halaman Selanjutnya --> Virus Corona Varian Delta 'Hantui' Wall Street 

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama di Wall Street melemah sepanjang pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite masing-masing terkoreksi 0,24%, 0,21%, dan 1,11%.

Sepertinya investor di pasar saham New York mulai mengkhawatirkan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali mengganas. Apalagi virus corona varian delta yang lebih mudah menular dari sebelumnya sudah hadir di lebih dari 100 negara, termasuk Negeri Paman Sam.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di AS per 30 Juli 2021 adalah 34.564.448 orang. Bertambah 90.660 orang dari hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 67.391 orang per hari. Lebih tinggi ketimbang rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 64.169 orang setiap harinya.

corona

US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam dokumen internal yang dilihat oleh Washington Post mengungkapkan bahwa 'perang' melawan virus corona memasuki babak baru dengan kehadiran varian delta. CDC kembali merekomendasikan penggunaan masker bagi warga AS.

Menurut CDC, virus corona varian delta menyebar semudah cacar air dan lebih menular dibandingkan flu biasa. Virus corona varian delta bisa menyerang mereka yang sudah divaksin, dan bagi yang belum divaksin gejalanya lebih berat dari varian sebelumnya.

"Risiko penularan meningkat. Tidak sepeti varian lain, orang yang sudah divaksin bisa menularkan virus corona varian delta," tegas Rochelle Walensky, Kepala CDC, seperti dikutip dari Reuters.

Perkembangan ini membuat investor (dan seluruh dunia) cemas. Pandemi yang kembali 'menggila' akan membuat kehidupan normal seperti dulu semakin jauh dari jangkauan. Bahkan ancaman pengetatan aktivitas dan mobilitas masyarakat kembali mengemuka.

"Ada kekhawatiran, pelaku pasar berbisik-bisik mengenai virus corona varian delta karena kasus positif naik lagi. Investor cemas karena ini akan mengancam proses pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening) dan bahkan kembali 'dikunci' seperti dulu lagi," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management yang berbasis di Oklahoma, seperti diberitakan Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama adalah rilis data aktivitas manufaktur yang dicerminkan dari Purchasing Managers' Index (PMI) periode Juli 2021.

Pada Juni 2021, IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia ada di 53,5. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 55,3 di mana kala itu menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. So, walau skor PMI manufaktur Indonesia turun tetapi masih di zona ekspansi.

pmi

Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia Juli 2021 turun lagi menjadi 51,4. Sepertinya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang dilanjutkan menjadi PPKM Level 4 akan memukul kinerja industri manufaktur Tanah Air.

Mirae Asset bahkan memperkirakan PMI manufaktur akan masuk ke zona kontraksi di bawah 50. Tanda-tanda ke arah sana sudah terlihat sejak rilis PMI periode Juni 2021.

"Survei IHS Markit mengungkapkan bahwa terdapat risiko. Misalnya, dunia usaha memang masih optimistis terhadap prospek produksi untuk 12 bulan ke depan, tetapi optimisme itu berkurang karena gangguan dari gelombang kedua serangan Covid-19," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

PPKM Darurat dan Level 4 mensyaratkan pekerja di sektor non-esensial dan non-kritikal untuk 100% bekerja dari rumah. Pusat perbelanjaan pun diharuskan tutup untuk sementara. Aparat keamanan berjaga di berbagai titik untuk menyekat mobilitas masyarakat, karena pemerintah menganjurkan rakyat untuk sebisa mungkin #dirumahaja.

Langkah ini terpaksa ditempuh untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona. Namun harga yang harus dibayar amatlah mahal. Permintaan turun, distribusi pun terganggu.

Padahal industri manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari sisi lapangan usaha. Tahun lalu, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB dalah 19,88%.

growth

Jadi bisa dibayangkan bagaimana besarnya dampak perlambatan industri manufaktur terhadap perekonomian nasional. Prospek ekonomi Indonesia yang samar-samar bisa membuat investor menjaga jarak.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)

Kedua, investor juga patut menyimak rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Juli 2021 pada pukul 11:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,01% secara bulanan (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Juli 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 1,45%. Kemudian inflasi inti 'diramal' 1,365% yoy.

inflasi

Laju inflasi yang selow ini bisa dipandang dari dua kacamata. Pertama adalah pasokan yang memadai, dan kedua adalah permintaan yang melambat. Sepertinya yang disebut terakhir lebih mendekati realita di lapangan.

Bank Indonesia (BI) sudah memberi wanti-wanti bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sepertinya akan melambat karena ada masalah di permintaan. Penyebabnya apa lagi kalau bukan PPKM.

"Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian delta Covid-19. Penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas, di tengah peningkatan stimulus bantuan sosial oleh pemerintah, dan tetap kuatnya kinerja ekspor," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli 2021.

Tidak hanya BI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sudah memberi peringatan. Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular membuat sejumlah negara memberlakukan pengetatan aktivitas publik, termasuk Indonesia.

Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat. "Ini dilema. Dari sisi kesehatan dan akan berdampak ke tren pemulihan ekonomi kita," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juli 2021.

Sementara konsumsi rumah tangga adalah kontributor terbesar dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Tahun lalu, sumbangan pos ini terhadap PDB mencapai 58,97%, tertinggi sejak 2008.

growth

Sudah industri manufaktur terpukul, kini konsumsi rumah tangga sepertinya bakal mengalami hal serupa. Artinya, masa depan ekonomi Ibu Pertiwi betul-betul sangat tidak pasti.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (3)

Sentimen ketiga, hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan PPKM Level 4. Ya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa PPKM Level 4 berlaku pada 22 Juli-2 Agustus 2021.

Selama PPKM Level 4, pemerintah memberikan sejumlah pelonggaran. Misalnya, warung makan yang berada di tempat terbuka boleh menerima pengunjung yang makan-minum di tempat, tetapi waktu bersantap dibatasi maksimal 20 menit.

Untuk memutuskan apakah PPKM Level 4 akan berlanjut atau ada pelonggaran lebih jauh, pertimbangan pertama tentu aspek kesehatan. Intinya, apakah pandemi sudah lebih terkendali atau belum.

Per 1 Agustus 2021, jumlah pasien positif corona di Tanah Air tercatat 3.440.396 orang. Bertambah 30.738 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah tambahan kasus harian terendah sejak 26 Juli 2021.

Dalam seminggu terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 39.127 orang per hari. Turun dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yakni 41.290 orang saban harinya.

Selama pelaksanaan PPKM Level 4 (22 Juli-1 Agustus 2021), rata-rata pasien positif bertambah 41.506 orang per hari. Juga berkurang dibandingkan rerata 11 hari sebelumya yaitu 44.802 orang per hari.

corona

Penyebaran virus corona juga terpantau tidak seganas beberapa waktu lalu. Ini tercermin dari tingkat reproduksi efektif (Rt). Jika Rt masih di atas satu, artinya seorang pasien positif corona berisiko menulari orang lain sehingga membuat rantai penularan semakin panjang.

Mengutip data Bonza per 1 Agustus 2021 pukul 22:25 WIB, sudah semakin banyak provinsi yang memiliki Rt kurang dari satu. Jadi, pandemi kini lebih terkendali di lebih banyak provinsi.

Lebih menggembirakan lagi, daerah-daerah yang sebelumnya menjadi episentrum corona nasional kini sudah memiliki Rt di bawah satu seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Sepertinya PPKM Darurat yang dilanjutkan dengan Level 4 mampu mengerem penyebaran virus corona di daerah-daerah rawan tersebut.

corona

Namun bukan berarti Indonesia bisa berpuas diri. Sebab, provinsi yang memiliki Rt di bawah satu masih 14, atau baru 41,17%. Di sebagian besar provinsi, Rt masih di atas satu. Ini berarti Indonesia belum sepenuhnya mampu mengendalikan laju penyebaran virus corona.

Plus, jumlah pasien meninggal masih sangat tinggi. Per 1 Agustus 2021, total jumlah pasien yang tutup usia gara-gara serangan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu adalah 95.723 orang. Bertambah 1.604 orang dari hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien meninggal dunia bertambah 1.681 orang. Lebih banyak ketimbang rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 1.314 orang saban harinya.

Selama penerapan PPKM Level 4, rata-rata pasien meninggal bertambah 1.649 orang per hari. Lebih tinggi daripada rerata 11 hari sebelumnya yakni 1.102 orang setiap harinya.

corona

Oleh karena itu, kalau pertimbangannya adalah keselamatan nyawa rakyat Indonesia dari ancaman virus corona, maka PPKM Level 4 ada baiknya diterusnya. Bahkan kalau bisa lebih tegas, tidak dilonggar-longgarkan.

Namun tentu ada sudut pandang lain yaitu sosial-ekonomi. PPKM terbukti membuat rumah tangga dan dunia usaha menderita karena ekonomi 'lumpuh'. Risiko kenaikan angka pengangguran dan kemiskinan tentu tidak bisa diabaikan.


Halaman Selanjutnya --> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini

Berikut adalah sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Rilis data PMI manufaktur Indonesia periode Juli 2021 (07:30 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur Jepang periode Juli 2021(07:30 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur Korea Selatan periode Juli 2021 (07:30 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur China periode Juli 2021 (08:45 WIB).
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (10:00 WIB).
  • Rilis data inflasi Indonesia periode Juli 2021 (11:00 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur India periode Juli 2021 (12:00 WIB).
  • Rilis data keyakinan konsumen Jepang periode Juli 2021 (12:00 WIB).
  • Rilis data penjualan ritel Jerman periode Juni 2021 (13:00 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur Zona Euro periode Juli 2021 (15:00 WIB).
  • Rilis data PMI manufaktur AS periode Juli 2021 (21:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

growth

Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular