
Surat Utang Pemerintah Laku Keras, Rupiah Trengginas!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pekan ini. Aliran modal masuk, terutama di pasar obligasi pemerintah, menjadi modal keperkasaan mata uang Ibu Pertiwi.
Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 0,21% di hadapan mata uang Negeri Paman Sam secara point-to-point. Dolar AS terdorong kian jauh di bawah Rp 14.500.
Namun rupiah tidak sendiri. Hampir seluruh mata uang utama Asia berhasil membukukan apresiasi di hadapan dolar AS. Hanya dolar Hong Kong yang masih melemah secara mingguan.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada minggu ini:
![]() |
Dari dalam negeri, penguatan rupiah disokong oleh arus modal masuk di pasar keuangan. Di pasar saham, investor memang mencatatkan jual bersih (net sell) lebih dari Rp 1 triliun tetapi tidak demikian di pasar obligasi pemerintah.
Per 27 Juli 2021, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) adalah Rp 965,56 triliun. Bertambah Rp 2,79 triliun dibandingkan posisi sepekan sebelumnya.
Pekan ini, lelang SBN berjalan sukses. Pemerintah lelang enam seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di mana penawaran yang masuk mencapai Rp 56,69 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah memenangkan Rp 13,15 triliun, lebih tinggi dibandingkan target indikatif yang senilai Rp 12 triliun.
Kemudian pada 28 Juli 2021, pemerintah berhasil menjual SBN berdenominasi valas yaitu dolar AS dan euro. Ada tiga seri SBN dolar AS dengan nilai total penerbitan US$ 1,65 miliar. Sementara untuk SBN euro hanya ada satu seri dengan nilai penerbitan EUR 500 juta.
"Memanfaatkan sentimen investor yang kuat dan kondusifnya pasar AS, pemerintah secara cepat dan oportunistik memutuskan untuk melakukan transaksi penerbitan SUN Valas dual-currency yang kedua di tahun ini. Hasil dari penerbitan kali ini akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum, termasuk untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19," sebut keterangan tertulis Kementerian Keuangan.
Halaman Selanjutnya --> Dolar AS Sedang Melempem
