Newsletter

PPKM Level 4 Selesai Hari Ini atau Lanjut Lagi, Pak Jokowi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 August 2021 06:00
ilustrasi Pembayaran Digital di Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Pasar Tradisional (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kedua, investor juga patut menyimak rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data inflasi Juli 2021 pada pukul 11:00 WIB.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,01% secara bulanan (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Juli 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi diperkirakan 1,45%. Kemudian inflasi inti 'diramal' 1,365% yoy.

inflasi

Laju inflasi yang selow ini bisa dipandang dari dua kacamata. Pertama adalah pasokan yang memadai, dan kedua adalah permintaan yang melambat. Sepertinya yang disebut terakhir lebih mendekati realita di lapangan.

Bank Indonesia (BI) sudah memberi wanti-wanti bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sepertinya akan melambat karena ada masalah di permintaan. Penyebabnya apa lagi kalau bukan PPKM.

"Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian delta Covid-19. Penurunan pertumbuhan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga karena terbatasnya mobilitas, di tengah peningkatan stimulus bantuan sosial oleh pemerintah, dan tetap kuatnya kinerja ekspor," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Juli 2021.

Tidak hanya BI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sudah memberi peringatan. Kehadiran virus corona varian delta yang lebih menular membuat sejumlah negara memberlakukan pengetatan aktivitas publik, termasuk Indonesia.

Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat. "Ini dilema. Dari sisi kesehatan dan akan berdampak ke tren pemulihan ekonomi kita," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juli 2021.

Sementara konsumsi rumah tangga adalah kontributor terbesar dalam pembentukan PDB dari sisi pengeluaran. Tahun lalu, sumbangan pos ini terhadap PDB mencapai 58,97%, tertinggi sejak 2008.

growth

Sudah industri manufaktur terpukul, kini konsumsi rumah tangga sepertinya bakal mengalami hal serupa. Artinya, masa depan ekonomi Ibu Pertiwi betul-betul sangat tidak pasti.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular