Kuartal I-2021

Dihantam Pandemi, Nasib Pizza Hut-CFC dkk Merana di Q1

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
05 July 2021 11:35
Karyawan PHD berjualam pizza di pinggir jalan di Kawasan Bintaro, Tangerang Selatam, Jumat (18/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto))
Foto: Karyawan PHD berjualam pizza di pinggir jalan di Kawasan Bintaro, Tangerang Selatam, Jumat (18/9/2020). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto))

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski pemerintah telah berupaya keras menaikkan angka vaksinasi nasional, tanda-tanda perbaikan yang berarti masih belum terlihat.

Sebaliknya kasus aktif malah bertambah dan menyentuh rekor tertinggi seminggu terakhir. Kondisi tersebut memaksa pemerintah melaksanakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat mulai 3-20 Juli untuk membatasi penyebaran virus, di Jawa-Bali.

Kebijakan pembatasan kegiatan ini tentu bukan berita baik bagi emiten restoran cepat saji yang hingga kuartal I-2021 masih mencatatkan penurunan kinerja.

Pandemi yang masih jauh dari kata usai dan ekonomi yang belum kunjung membaik turut memaksa emiten-emiten yang bergerak di bisnis restoran cepat saji menutup satu-persatu gerai resto, bahkan jumlah karyawan juga ikut dipangkas demi dapat bertahan di masa pandemi ini.

Berikut rangkuman kinerja keuangan, tiga emiten restoran waralaba yang masih babak belur di kuartal I-2021, mengacu laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pizza Hut

Emiten resto yang memasarkan makanan khas Italia yang merupakan pengelola restoran waralaba yang memegang merek dagang Pizza Hut di Indonesia PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) ikut mengalami penurunan kinerja keuangan.

Sarimelati Kencana mencatatkan penurunan laba menjadi Rp 4,87 miliar pada triwulan pertama tahun 2021. Laba bersih ini turun 19,34% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 6,04 miliar.

Penurunan laba bersih ini salah satunya diakibatkan oleh berkurangnya pendapatan perusahaan menjadi Rp 713,93 miliar, turun 25,29% dari pendapatan kuartal I-2020 sebesar Rp 955,64 miliar.

Adapun penjualan PZZA terdiri atas makanan dan minuman. Lini bisnis makanan menyumbang porsi penjualan tertinggi sebesar Rp 676,87 miliar atau turun dari sebelumnya Rp 886,03 miliar.

Sedangkan pendapatan dari lini bisnis minuman sejumlah Rp 38,43 miliar, juga turun dari kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp 76,31 miliar.

Aset tersebut terdiri dari aset lancar yang hanya 17% atau sejumlah Rp 357,34 miliar, sedangkan 83% sisanya berupa aset tidak lancar atau sebesar Rp 1,76 triliun.

Liabilitas perusahaan mengalami penurunan 11,8% menjadi Rp 953,39 miliar dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 1,08 triliun.

Jika kondisi pandemi covid-19 urung membaik, kinerja PZZA bisa saja akan terus tertekan hingga akhir tahun. Sebagai catatan, tahun lalu Sarimelati Kencana mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 93,51 miliar, atau berbalik dari tahun 2019 yang mencetak laba bersih sebesar Rp 200,02 miliar.

Penjualan neto perseroan sebesar Rp3,46 triliun di tahun lalu, atau merosot 13,25% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 3,99 triliun.

Manajemen mengungkapkan, dampak dari virus Covid-19 di masa depan terhadap Indonesia dan perusahaan masih belum dapat ditentukan saat ini. Peningkatan jumlah infeksi Covid-19 yang signifikan atau penyebaran yang berkepanjangan dapat mempengaruhi Indonesia dan perusahaan

KFC Indonesia

Pada kuartal I-2021 PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), emiten pengelola restoran waralaba yang memegang merek dagang KFC Indonesia, mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 61,47 miliar.

Kinerja ini memburuk dari periode yang sama tahun sebelumnya di mana perusahaan masih mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 5,41 miliar.

Penurunan laba bersih ini salah satunya diakibatkan oleh berkurangnya pendapatan perusahaan menjadi Rp 1,08 triliun, turun 28,66% dari pendapatan kuartal I-2020 sebesar Rp 1,52 triliun.

Hingga akhir kuartal pertama (31 Maret) 2021, perusahaan mempunyai 14.604 karyawan tetap, berkurang 631 karyawan dari akhir tahun lalu sebanyak 15.235 karyawan.

Aset perusahaan mengalami penyusutan 6,18% dari posisi awal di akhir tahun lalu yang bernilai Rp 3,72 triliun, kini menjadi Rp 3,49 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan pun ikut tercatat turun 4,65% menjadi sebesar Rp 1,19 triliun dari semula Rp 1,24 triliun.

Mengutip laporan keuangan, manajemen FAST mengatakan melemahnya daya beli pelanggan, dan kebijakan publik yang diberlakukan untuk menahan penyebaran Covid-19 mengakibatkan gangguan operasional yang menyebabkan penurunan penjualan yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Per 31 Desember 2020, saham perusahaan dipegang PT Gelael Pratama 39,84%, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dari Grup Salim sebesar 35,84%, dan investor publik 24,24%.

NEXT: Nasib CFC Indonesia

Adapun restoran cepat saji lainnya yang merupakan produk lokal dengan nama merek dagang internasional, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), kinerjanya juga babak belur di tiga bulan awal tahun ini.

Emiten pemilik restoran dengan merek dagang California Fried Chicken atau CFC Indonesia, mencatat peningkatan rugi bersih sebesar 80,32% dari periode yang sama tahun lalu.

Hingga akhir kuartal I-2021, rugi bersih PTSP mencapai Rp 13,31 miliar atau hampir dua kali lipat dari kerugian yang diperoleh pada kuartal I-2020 sebesar Rp 7,38 miliar.

Menumpuknya kerugian yang dialami PTSP salah satunya diakibatkan oleh penurunan pendapatan perusahaan menjadi Rp 81,85 miliar, turun 44,80% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,38 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan publikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat penurunan penjualan terjadi di semua merek dagang yang dimiliki oleh PTSP.

Oh iya, aktivitas utama perusahaan saat ini adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dengan menggunakan merek dagang "California Fried Chicken" yang disingkat CFC, Sapo Oriental, Sugakiya, dan Cal Donat. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada 1984.

Penjualan CFC turun menjadi Rp 76,58 miliar dari semula Rp 137,94 miliar, Sapo Oriental turun menjadi Rp 2,18 miliar dari semula Rp 4,82 miliar, Sugakiya turun menjadi Rp 1,62 miliar dari semula Rp 2,58 miliar dan terakhir Cal Donat penjualannya turun menjadi Rp 1,09 miliar dari semula Rp 2,24 miliar.

Selain itu pendapatan dari royalti dan franchise fee juga turun menjadi Rp 373,20 juta dari sebelumnya sebesar Rp 694,92 juta.

Hingga akhir kuartal pertama (31 Maret) 2021, jumlah gerai yang dimiliki oleh perusahaan dan entitas anak dan gerai waralaba yang tersebar di seluruh Indonesia adalah sebanyak 315 gerai.

Angka tersebut berkurang tiga dari akhir tahun 2020, yang mana perusahaan masih memiliki total 318 gerai restoran.

Aset perusahaan mengalami penyusutan 11,16% dari posisi awal di akhir tahun lalu yang bernilai Rp 380,49 miliar, kini menjadi Rp 338,04 miliar.

Liabilitas perusahaan mengalami penurunan 12,57% menjadi Rp 205,44 miliar dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 234,98 miliar.

Liabilitas ini terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar 62,05% atau hampir dua pertiganya yakni sebesar Rp 127,45 miliar dan Rp 77,94 miliar sisanya berupa kewajiban jangka panjang.

Alhasil ekuitas perusahaan tercatat turun 8,87% menjadi sebesar Rp 132,60 miliar dari semula Rp 145,51 miliar.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular